tag:blogger.com,1999:blog-21254618917757753682024-02-08T08:34:19.597-08:00USHUL NAHWUASAL MUASAL ILMU NAHWU DAN PARADIGMA PEMIKIRAN MAZHAB NAHWUUmar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-1525922933115289162011-01-16T21:31:00.000-08:002011-01-16T21:31:46.892-08:00Madzhab BashrahMadzhab Basrah atau madrasah Bashrah adalah madzhab yang dirintis oleh ‘Anbasah, salah seorang yang disebut-sebut oleh Khalil bin Ahmad al-Farahidi, sebagai murid dan sahabat (ashbahi) Abu al-Aswad yang paling cerdas. Kemudian setelah itu dilanjutkan oleh Maimun al-Aqran. Namun Abu ‘Ubaidah mengatakan bahwa Maimun adalah pelanjut setelah Abu al-Aswad. Kemudian setelahnya, barulah ‘Anbasah al-Fil, yang kemudian dilanjutkan oleh Abu Ishaq al-Khadhramiy.<br />
Selanjutnya adalah Nashr bin ‘Ashim al-Laitsiy dan Yahya bin Ya’mur. Nashr bin ‘Ashim al-Litsiy adalah salah seorang ahli qiraat dan balaghah. Di antara muridnya adalah Abu ‘Amr. Al-Zuhriy mengomentari Nashr:”Ia adalah orang yang sungguh sangat mahir dalam bahsa Arab.” Bahkan ada yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang pertama meletakan bahasa Arab. Sedang Yahya bin Ya’mur adalah seorang yang sangat dikenal ilmu dan kefasihan bahsanya. Ia sangat dikenal dengan keilmuannya yang bersih dan sikap amanahnya. Ia telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Ibnu Abbas dan yang lainnya.<br />
Perlu diketahui bahwa kedua ulama nahwu ini, telah melakukan lompatan yang besar dalam hal penulisan bahasa Arab, setelah Abu al-Aswad al-Dualiy. Mereka berdua membuat kreasi titik huruf-huruf baik satu atau dobel (dua), untuk membedakan huruf-huruf yang mirip, seperti ba, ya, dan nun. Mereka melakukan hal tersebut atas perintah al-Hajjaj bin Khathib, pada mushhaf utsman.<br />
Yahya bin Ya’mur memiliki kelebihan dalam hal karangan. Diriwayatkan ketika Abu al-Aswad, Atha putera Abu al-Aswad dan dia melakukan perluasan kajian nahwu, seperti membuat bab-babnya dan menggali kias-kiasnya. Maka ketika bab-bab dan juz-juz telah cukup mumpuni, sebagian periwayat menisbatkan pada mereka berdua, bahwa yang pertama menletakan nahwu adalah mereka berdua.<br />
Namun Nashr sampai sekarang masih terkenal sebagai orang yang membedakan huruf-huruf yang saling mirip dengan titik yang sudah dikenal. Dialah yang merubah susunan abjad Arab sehingga seperti sekarang ini. Lalu ia menggantikan titik-titik yang digunakan Abu al-Aswad digantikan dengan titik yang kita kenal sekarang yang dulunya hanya dengan alif (untuk bunyi fathah), wawu (untuk bunyi dhamah) dan ya (untuk bunyi kasrah). Abu al-Aswad memberi titik pada kata (kalimat), hanya untuk membedakan tiap akhir kata (baca: mengi’rabi). Sedang Nashr memberi titik pada kata, tujuanya adalah untuk membedakan tiap huruf bagi orang ‘Ajam (non-Arab), yang mana ketika itu masih sering terbalik antara satu huruf dengan yang lainnya yang terdapat kemiripan.<br />
Dalam fase kedua, di antara ulama nahwu Bashrah terdapat nama Abu Amr bin al-‘Ala dan Abudullah bin Ishaq al-Hadhramiy. Abu Amr adalah ulam yang terkenal dan gemilang dalam kajian Al-Qur’an, bahasa dan nahwu. Ia adalah salah seorang ahli qiraat sab’ah. Abu Ubaidah mengomentari dirinya:”Ia merupakan orang yang paling pintar dalam qiraat, bahasa Arab, fase-fase (sejarah) orang-orang Arab, dan sya’ir. Ia memiliki buku banyak, hingga menumpuk sampai langit-langit rumahnya. Ia menjadi rujukan banyak orang pada masanya. Di antara muridnya adalah Isa bin Umar, Yunus bin Hubaib, dan Abu al-Khaththab al-Akhfasy.”<br />
Sedang Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadhramiy adalah ulama nahwu yang sezaman dengan Abu Amr. Ia salah seorang ulama yang pernah menyalahkan Farazdaq dalam menggunakan bahasa dalam syi’ir gubahannya. Abu Amr lebih diunggulkan dalam bidang bahasa, sedang Abu Ishaq lebih diunggulkan dalam bidang nahwu. Abu ishaq merupakan orang yang paling pintar dan cerdas di Bashrah. Ia adalah orang yang mengklasifikasikan pembahasan nahwu dan membuat kias. Dikatakan bahwa ia adalah ulama yang pertama membuat menta’lil nahwu.<br />
Ulama selanjutnya adalah Isa bin Umar al-Tsaqafiy, sahabat Khalid bin Walid. Ia berguru pada Abu Amr bin al-Ala dan Abdullah bin Ishaq al-Hadhramiy. Ia dianggap sebagai salah seorang yang ahli qiraat Bashrah. Ia juga menjadi imam dalam bidang bahasa Arab dan nahwu. Barangkali ia adalah orang yang pertama menyusun kitab yang lengkap dalam kedua bidang tersebut. Kedua kitabnya cukup terkenal, walau tidak ada berita yang sampai pada kita mengenai kedua kitab tersebut. Hanya saja Khalil bin Ahmad sebagai muridnya, pernah membaca dan merawatnya.<br />
Isa bin Umar merupakan guru dari ulama-ulama Bashrah yang terkenal seperti Khalil, Sibawaih dan Abu Zaid al-Anshari. Juga guru dari Abu Ja’far al-Ruasiy yang kelak menjadi perintis madzhab Kufah, yang mana murid-muridnya adalah al-Kisaiy dan al-Farra.<br />
Adapun Khalil bin Ahmad merupakan puncaknya dalam penggalian masalah-masalah nahwu dan mensahkan penggunaan kias dalam nahwu. Ia merupakan orang yang meletakan kaidah-kaidah arudh (wazan syi’ir Arab klasik). Ia mengarang sebuah kitab yang sangat terkenal kitab al-‘Ain yang membuat batasan-batasan bahasa Arab. Ia merupakan guru Sibawaih. Dalam kitab¬-nya yang terkenal, Sibawaih banyak meriwayatkan darinya. Setiap Sibawaih berkata سألته atau قال tanpa disebutkan subjeknya, maka maksudnya adalah Khalil.<br />
Abu Zaid adalah seorang yang sangat jujur dan terpercaya dalam periwayatan. Kendati ia dalam bidang nahwu lebih unggul daripada al-Ashma’iy dan Abu Ubaidah, namun ia pun banyak mengarang dalam bidang bahasa, nawadir (anekdot), dan al-gharib.<br />
Para ulama Bashrah memiliki tradisi kunjungan ke qabilah-qabilah Arab yang tinggal di pedalam-pedalaman. Mereka mengambil bahasa Arab langsung dari penutur aslinya. Mereka beranggapan bahwa bahasa Arab yang asli hanyalah ada di sana. Karena qabilah di pedalaman belum banyak berinteraksi/berhubungan dengan dunia luar, jadi bahasanya pun masih asli terjaga. Maka jika ingin mengetahui bahasa Arab yang baik dan benar, maka datanglah ke qabilah-qabilah di pedalaman. Begitulah barang kali anggapan ulama Bashrah mengenai keaslian bahasa Arab yang akan dijadikan rujukan.<br />
Di antara qabilah yang paling sering mereka kunjungi adalah Tamim dan Qais. Karena kedua qabilah itu belum bercampur dengan masyarakat di luar Arab (‘ajam). Dengan begitu bahasanya akan senantiasa terjaga. Di Bashrah terdapat pasar yang cukup terkenal, yaitu al-Mirbad. Qabilah-qabilah pedalaman Arab pun pada berdatangan mengunjunginya dengan tujuan berniaga. Pasar ini tak jauh beda seperti Ukazh dulu, yaitu selain tempat berdagang, juga tempat perlombaan sya’ir dan saling membanggakan antar qabilah. Penduduk qabilah-qabilah badwi selalu mendatanginya dengan tujuan untuk mengais rezeki dari sana. Kondisi ini sangat memberi pengaruh yang sangat kuat terhadap kefashihan bahasa penduduk Bashrah dan keterjagaan bahasa mereka. Dengan begitu, interaksi kaum pedalaman Arab (Arab badwi) dengan ulama Bashrah tidak hanya terjadi di kampung-kampung Badwi, tetapi juga di pasar al-Mirbad.<br />
Berbeda dengan ulama Kufah, para ulama Basrah ahli di bidang manthiq (logika). Sehingga mereka dapat membuat teori-teori/kaidah-kaidah untuk mempermudah dalam mempelajari nahwuUmar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-68333523947420487872011-01-14T09:00:00.000-08:002011-01-14T09:00:43.092-08:00USHUL NAHWU: TOKOH MADZHAB ANDALUSIA MODERN (HAL. 317-326)<a href="http://syekhmakruf.blogspot.com/2011/01/tokoh-madzhab-andalusia-modern-hal-317.html?spref=bl">USHUL NAHWU: TOKOH MADZHAB ANDALUSIA MODERN (HAL. 317-326)</a>: "Madzhab Andalusia mulai memperhatikan ilmu nahwu pada abad ke-17. Di antara tokoh madzhab Andalusia modern, yaitu: 1). Ibnu al-Hajj - Nama ..."Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-40538222551875438202011-01-13T19:22:00.000-08:002011-01-13T19:22:02.970-08:00ILMU NAHWU DAN ABU ASWAD AD-DHUALIA. Penamaan Ilmu Nahwu, pengarang dan perkembangannya.<br />
Ketika Islam mampu mengembangkan sayapnya ke belahan dunia. Maka, secara otomatis bahasa arab juga ikut andil dalam hal itu. Karena disamping sebagai bahasa resmi umat islam terutama shalat, juga Negara Arab sebagai tempat turunnya agama Islam, yang ketika itu Makkah sebagai daerahnya. Karena itu, bahasa arab akhirnya banyak yang ingin mempelajarinya sehingga tidak terlepaslah dari percampuran dengan bahasa lain yang secara pasti akan merubah susunan gramatikalnya. Akhirnya, fenomena ini menjadi perhatian penting pencinta dan pemerhati bahasa arab sendiri, karena seringnya mereka menemukan kesalahan (lahn) dalam berbicara dan penulisan. Hal ini terjadi, tidak lepas karena orang non arab (azam) dalam berbicara keseharian masih selalu menggunakan bahasa negaranya sendiri, sehingga ketika berbicara dengan orang yang berketurunan arab selalu terdapat kesalahan dalam melafalkan kalimat.<br />
Dalam satu riwayat disebutkan, bahwa Abu Al-Aswad Ad-Dhual sebagai pencinta dan pemerhati bahasa arab yang tinggal di negeri Basrah (sekarang, Irak) pernah menemukan seorang qori sedang mentilawahkan al-Qur an. Ketika itu, qori tersebut membaca kata "rasuulihi" yang terdapat dalam ayat "innallaaha bariiun minalmusyrikiin wa rasuuluhu" dengan berbaris bawah (kasrah) dengan maksud meng'athaf kannya kepada kata" al-musyrikiin". Dan dalam riwayat yang lain, suatu malam Abu Al-Aswad Al-Dhual sedang duduk di balkon bersama putri kesayangannya, ketika sang putri melihat bintang-bintang di langit begitu indah sekali dengan menimbulkan cahaya yang gemilang, sehingga timbul kekagumannya dan mengatakan "ma ahsannus sama a" sebagai badal dari kalimat kagum (ta'azzub) yang seharusnya "ma ahsanasama i". Dan telah banyak ia mendengar keselahan-kesalahan masyarakat pada waktu itu dalam berbicara, sehingga timbul kekhawatirannya akan rusaknya estetika gramatikal bahasa arab dari wujud aslinya. Kemudian ia pergi mengadukan hal-hal yang pernah ditemukannya, yang berkaitan dengan kerusakan estetika gramatikal bahasa arab kepada Saidina Ali Ra.<br />
<br />
B. Aliran-aliran ilmu nahwu (Madaaris an-Nahwiyah).<br />
Setelah tersusunnya ilmu gramatikal bahasa arab dan banyaknya para ulama yang telah memperjelas ilmu tersebut. Hal ini, mengakibatkan timbulnya aliran-aliran dalam ilmu nahwu, yang disebabkan adanya khilaf dikalangan para ulama nahwu dalam menentukan posisi (mahal) kata dalam suatu kalimat. Beda persepsi ini, tidak luput dari pengaruh daerah para ulama tersebut menetap. Diantara aliran-aliran ilmu nahwu (Madaaris an-Nahwiyah) tersebut: aliran (madrasah) Al-Basrah, Kufah, Baghdad, Andalus dan Mesir. Namun, aliran (madrasah) yang paling terkenal dalam kitab-kitab nahwu hanya dua, Basrah dan Kufah.<br />
1. Aliran (Madrasah) Basrah.<br />
Aliran (Madrasah) ini berkembang pesat hingga terkenal di kalangan para ulama nahwu (Nahwiyyiin), dikarenakan begitu semangat dan gigihnya para pelajar (thalib) dalam mempelajari ilmu nahwu yang langsung diajar oleh penyusun kitab nahwu pertama kali, Abu Aswad ad-Dhuali. Sebab utama begitu semangatnya mereka dalam mendalami ilmu nahwu, ketika itu Negeri Basrah telah bercampur penduduknya antara pribumi (baca; warga Basrah) dengan non pribumi (azam) yang hidup layaknya seperti penduduk asli. Bahasa arab merupakan bahasa resmi negara pada waktu itu, namun karena adanya percampuran non pribumi dalam negeri itu yang secara otomatis mengakibatkan adanya kerusakan dalam susunan tata bahasa arab. Sibawaihi merupakan salah satu produk aliran (madrasah) Basrah, yang telah mengarang buku nahwu yang berjudul "al-Kitab". Diantara ciri khas aliran (madrasah) Basrah selalu berpegang pada pendapat jumhur bahasa (lughoh) bila terdapat khilaf. Jika terdapat yang menyalahi jumhur mereka takwilkan atau menggolongkannya sebagai kelompok yang ganjil (syaz), dan aliran (madrasah) ini selalu menggunakan sima'i dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan gramatikal bahasa arab. <br />
2. Aliran (Madrasah) Kufah.<br />
Negeri Kufah terkenal sebagai Negerinya para Muhadditsin, Penyair dan Qira ah. Sehingga terdapat di dalamnya tiga ulama yang masyhur dalam qira ah seperti kisai, Ashim Bin Abi Al-Nujud dan Hamzah. Kisaai termasuk pendiri aliran (Madrasah) Kufah. Penadapatnya terhadap suatu masalah dalam gramatikal bahasa arab selalu menjadi acuan, baik pengikutnya maupun yang lainnya. Ciri khas aliran (madrsah) ini, lebih sering menggunakan qiyas dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan gramatikal bahasa� arab. Jadi, begitu indahnya bahasa arab memiliki pemerhati bahasa yang mampu menjaga estetika bahasa itu sendiri. Bagaimana dengan bahasa Indonesia, akankah tetap memiliki estetika bahasa yang tinggi? Semoga!Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-7630474173872773562011-01-13T19:09:00.000-08:002011-01-13T19:09:20.042-08:00MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA ILMU NAHU KARENA BEBERAPA FACTOR1. Karena adanya ujaran yang tidak benar<br />
Perhatian yang sangat besar untuk melakukan modifikasi bahasa arab menjadi alat komunikasi yang efektif. Perluasan daerah kekuasaan islam yang amat cepat telah menyebabkan banyaknya orang-orang non Arab yang masuk islam, sehingga mengakibatkan terjadinya suatu proses arabisasi yang besar-besaran. Hal ini menimbulkan dan mengakibatkan perkembangan bahasa yang tak diperkirakan sebelumnya. Bahasa Arab yang masih dalam keadaan sederhana, tiba-tiba berada jauh diluar semenanjung Arabia.. Bahkan bahasa Arab telah menjadi bahasa yang dapat memenuhi alat komunikasi antar kabilah. Tetapi hal itu tidak demikian halnya, ketika bahasa Arab menjadi bahasa untuk sedemikian banyaknya negeri asing, sejak awal situasi ini telah menimbulkan masalah kebahasaan yang sangat pelik tidak hanya bagi orang arab sendiri, tetapi juga bagi orang-orang asing yang baru masuk islam. Dari persoalan tersebut muncul ujaran dalam bahasa Arab yang tidak benar, tidak fasih yang dinamakan (lahn) yang keluar dari kemurnian bahasa Arab Padahal bahasa Arab senantiasa menekankan keserasian, kesempurnaan seperti apa yang dicontohkan oleh struktur Al-Quran, dialek Quraisy dan puisi-puisa lama tanpa ada pengaruh asing.<br />
2. Munculnya perbedaan Bacaan Al-Qur’an<br />
3. Pada masa Khalifah Abu Bakr terjadi kemurtadan yang menyebabkan timbulnya perang Ridda, akibat perang ini banyak sekali penghafal Al-Quran yang gugur, lalu atas inisiatif Umar Bin Khattab AlQur’an mulai ditulis dan dikumpulkan. Pada masa Ustman bin Affan, perhatian terhadap Al –Quran semakin besar terbukti banyaknya pembaca Al-Qur’an dan mereka saling menganggap benar hafalannya,sehingga mereka mengatakan bacaan saya lebih utama/benar daripada bacaan kamu. Keadaan ini membuat Ustman merasa khawatir akan kemurnian Al-Qur’an karena perbedaan tersebut. Kemudian Ustman menjadikan Al-Quran yang ada sekarang merupakan karya besar dimasa pemerintahannya.<br />
1. Keinginan memahami Al-Qur’an<br />
Dokumen yang paling baik dan terpercaya tentang keadaan AlQur’an yang berisi ajaran Islam. Penyebaran dan perkembangan islam menyebabkanAl-Quran menjadi kitab yang paling sempurna dan paling dimuliakan, Al-Qur’an telah membawa seperangkat nilai-nilai baru,ungkapan-ungkapan baru dan konsep-konsep tentang kehidupan yang belum ada sebelumnya. Dan AlQuran telah memberikan cakupan dan wawasan dalam akidah ritual, hokum politik dan sebagainya. Dari fenomena ini semua kaum muslimin mempunyai ambisi yang luar biasa keinginan memahami Al-Qur’an.<br />
1. Kesadaran muncul dari kalangan orang Arab<br />
Kesadaran yang muncul dari orang-orang arab ini bahwa mereka menyadari peran bahasa Arab yang sangat luar biasa dalam berbagai sarana dan juga bahasa Arab merupakan mukjat Al-Quran dari aspek kebahasaannya. Dari keutamaan itulah bangsa arab berupaya agar bahasa Arab selalu exis dalam menghadapi berbagai kemajuan zaman.Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-6514549900841556272011-01-09T19:40:00.000-08:002011-01-09T19:40:00.286-08:00KISAH PERJALANAN HIDUP SIBAWAEHIAdalah Sibawaehi (Nama lengkapnya: ‘Amr ibn Utsman Ibn Qunbar [148-180 H./765-795 M.]) pengarang al-Kitâb yang terkenal itu. Julukannya adalah: “Abu Bisyr” tapi orang banyak mengenalnya: “Sibawaehi”. Dalam bahasa Persia, kata Sibawaehi artinya: harum buah apel.Imam pakar Ilmu Nahwu ini dilahirkan di suatu komunitas besar di kota Baidha’, salah satu kota di propinsi Istikhar, Persia (Iran sekarang).<br />
Dalam umur yang relatif dini, Sibawaehi kecil bersama keluarganya hijrah ke kota Bashrah meninggalkan tanah kelahirannya, Baidha’. Dunia metropolitan Bashrah yang menjadi basis keilmuan Islam saat itu merupakan saksi awal keilmuan Sibawaehi dibangun dan ditata. Di situlah tempat ia menuntut ilmu bersama para ulama-ulama terkemuka di zamanya hingga ajal menjemput di usia yang belum terlalu tua, tahun 180 H. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang di kota Ahwaz, Iran.<br />
Hingar-bingar keilmuan Bashrah membuat Sibawaehi kecil kerasan alias beta, dengan tekun ia belajar Hadits dalam halaqah Syeikh Himad ibn Salamah ibn Dinar, salah seorang Muhadist termashur saat itu. Dalam kegigihan itu, Sibawaehi mendapati lahn (kesalahan-ungkap) pada pembelajaran Syeikh ketika membacakan beberapa hadist Nabi. Ia kecewa dengan sang guru. Dirinya bertekat tidak mengulangi kesalahan tersebut (lahn) sebagaimana telah dialami Syeikh Himad. Di sinilah awal Sibawaehi tergiur belajar bahasa Arab agar terhindar dari lahn yang mengjengkelkan itu.<br />
<br />
Karya Monumental Sibawaehi: “al- Kitâb”<br />
Hampir disetiap diktat Ilmu Nahwu yang kita pelajari tak pernah lepas dari rujukan yang bersumber dari al-Kitâb Sibawaehi. Benar juga kesaksian yang mengatakan kitab-kitab Nahwu selepas Sibawaehi tidak lebih dari sekedar pengulangan-pengulangan al-Kitâb, serasa tidak ada referensi lain selain karya dari aliran Bashrah itu. Hal ini bukti ketajaman dan ketelitian pengarang dalam mempelajari gramatika bahasa Arab.<br />
Al-Kitâb Sibawaehi terdiri tiga juz dan terdapat 1500 bait syi’ir yang dimulai dari bab kalam dan diakhiri dengan bab jer. Konon, sejarah dinamakan al-kitab ini merupakan kumpulan tulisan Sibawaehi tentang kaidah Bahasa Arab yang lebih dominan membahasa tentang Ilmu Nahwu. Tanpa menafikan ilmu Balaghah di dalamnya. Kemudian setelah beliau wafat, maka para ulama bahasa membukukan tulisan-tulisannya dengan nama yang megah: “al-Kitâb”.<br />
Abu Ja’far berkata, Muhammad ibn Zaid bercerita bahwasanya para pengoreksi tulisan-tulisan Arab dan orang-orang yang ahli bahasa di negara Arab banyak yang merujuk pada al-Kitâb Sibawaehi dan mereka berkesimpulan bahwasanya kitab Sibawaehi tidak pernah meninggalkan kosa kata yang berpatokan pada lisan orang arab kecuali pada tiga kata.<br />
Adapun salah satu kaidah yang beliau tetapkan adalah “bahwasanya fi’il harus senantiasa dibarengi oleh isim sehingga akan membentuk suatu kalam. Dan sebaliknya, isim tidak membutuhkan fiil seperti contoh الله إلهنا و عبد الله أخونا ” ”.<br />
<br />
PENUTUP<br />
Demikianlah pemaparan singkat saya. Sibawaehi adalah seorang ulama bahasa populer yang mampu mengalahkan para ahli bahasa sebelum dan sesudah periodenya. Konon, al-Kitâb ini merupakan suatu kitab langka sampai di era modern. Isinya bukan hanya mencakup pembahasan Nahwu, melainkan bisa disebut sebagai buku “ensiklopedia” ilmu-ilmu kaidah bahasa yang konkrit.<br />
Terlepas dari pemaparan di atas, perlu kiranya kita menyadari bahwa ilmu bahasa harus dikembangkan seiring kemajuan zaman. Usaha mengembangkan bahasa Arab di era kontemporer sekarang sudah dipelopori oleh, di antaranya: Abbas Aqqad, Syauqi Dhayf. Tidak dipungkiri lagi, bahasa Arab memang merupakan satu-satunya bahasa terkaya sedunia. Kesaksian ini terekam dalam Mu’jam karya Ibn Faris, yang menyebutkan bahwa setiap satu huruf hijaiyah memiliki arti yang bervariasi. Bahkan, misalnya, tercatat lafadz bahasa Arab yang mempunyai arti onta terdapat lebih dari 82 kata.Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-57982168600057272032011-01-08T20:06:00.000-08:002011-01-08T20:06:41.871-08:00NAHWU MAZHAB BASRAH<!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
@font-face
{font-family:"Traditional Arabic";
panose-1:2 2 6 3 5 4 5 2 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:8195 0 0 0 65 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:99.25pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1098797373;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1537806932 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style> <![endif]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">STUDI NAHWU MAZHAB BASHRAH<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bashrah adalah kota perdagangan <i>di pinggir negara-negara Arab</i>. Di sana, mengalir sungai <i>Tigris dan Euphrates yang bermuara ke laut.</i> Basrah terletak pada jarak tiga ratus mil tenggara Bagdad. Namanya diperoleh dari sifat tanahnya<i>. Bashrah adalah tempat yang tanahnya halus berbatu, banyak mengandung air dan bagus untuk pertanian</i>. Hal ini diperlihatkan dengan adanya buluh (qashb), yaitu: tanah yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal, dan memungkinkan untuk berkembang dan mengambil manfaat dari tempat-tempatnya yang bersifat natural.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span>B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Struktur Bangunan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bangsa Arab adalah bangsa <i><u>Baduwi</u>.</i> Mereka lahir, tumbuh dan berkembang di daerah pedalaman. Tempat gembala mereka adalah padang sahara, makanan mereka bersumber dari alam, dan minuman mereka berasal dari air hujan yang alami pula. Mereka pun menghirup udara yang bersih. Kondisi seperti inilah yang tidak mungkin memisahkan dan menjauhkan mereka dari alam, karena alam merupakan tempat tinggal mereka, tempat sekawanan ternak yang mereka miliki dan asas kehidupan mereka, sehingga tatkala mereka keluar untuk menaklukkan negara-negara yang berdekatan, mereka sangat rindu untuk kembali ke pedalaman dan kangen akan padang sahara. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tatkala <i>khalifah Umar bin al-Khattab</i> menaklukkan Persia, ia mengutus <i>Matsna bin Harits asy-Syaibani</i> untuk melakukan serangan ke hutan, sebagai persiapan untuk melakukan penaklukkan besar-besaran. Kemudian, ditugaskan pula <i>Sa’d bin Abi Waqash</i> untuk menaklukkan kota-kota. Beliau juga mengutus tentara yang dipimpin <i>‘Utbah bin Ghazwan</i> untuk mempersulit posisi penduduk <i>Ahwaz</i>, Persia dan bergerak membantu saudara mereka yang sedang berperang yaitu <i>Sa’ad bin Abi Waqash</i>. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ketika <i>‘Utbah</i> pergi ke selatan Irak, ia bertemu dengan <i>Suwaid bin Qutbah adz-Dzuhli</i> beserta kekuatan dari <i>bani Bakr bin Wail</i> dan <i>bani Tamim</i> yang sedang bergerak mendekati pasukan yang berdekatan dengan mereka di Persi. ‘Utbahpun menyatukan tentara <i>Suwaid </i>dengan pasukannya dan mereka tingal di tenda-tenda. Akan tetapi ‘Utbah berpendapat bahwa pasukannya membutuhkan tempat tinggal yang bisa dipakai lagi jika kembali dari berperang dan melindungi mereka dari dinginnya hujan. Dia pun menulis surat pada Khalifah untuk meminta ijin tentang gagasannya tersebut. Umar membalas dengan pernyataan: “kumpulkanlah pasukanmu di satu tempat yang dekat dengan air dan terjaga, jangan ada gunung dan sungai yang memisahkan kita, dan tuliskanlah sifat tempat yang kau maksud”. Maka ‘Utbah menulis:“sesungguhnya hamba menemukan tempat yang tanahnya berkerikil, yang berada diujung pedalaman, terdapat air dan buluh di dalamnya”. Umar mengatakan:“sesungguhnya inilah Bashrah, dekat dengan sumber air, tempat perlindungan, dan juga tempat mencari kayu bakar”. Beliau menyepakatinya untuk dijadikan tempat pemukiman tentara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span>C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Bashrah: Pionir bagi Ilmu Nahwu<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Nahwu tumbuh dan berkembang di tangan para ulama Bashrah. Sebenarnya Kufah telah melakukan hal yang sama, namun bagaimanapun juga, Bashrahlah sebagai pionir dan yang paling awal dalam hal ini. Ketika para ulama Kufah mulai sibuk dengan Nahwu mutakkhir kira-kira sepadan dengan ilmuwan Bashrah di era sempurna. Terciptanya kondisi Bashrah seperti ini tidak lepas dari beberapa hal berikut: <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Letak Geografis <o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bashrah terletak pada jarak tiga ratus mil ke arah tenggara dari kota Bagdad, terdapat sungai Tigris dan Euphrates yang mengalir dan bermuara di laut. Kondisi strategis seperti ini tentunya akan berpengaruh kuat terhadap pembentukan personalitas penduduk, dan membuat mereka terkenal juga kematangan berfikir. Letak kota Bashrah yang berada di pinggir pedalaman, fasih bahasa yang murni, dan terbebas dari cacat lachn dan kata-kata asing. Di sana terdapat para ilmuwan yang kadangkala melakukan perjalanan ke pedalaman, <i>namun adakalanya membawa orang Badui ke kota mereka</i>. Di tengah perjalanan, biasanya mereka bertemu dengan orang Arab asli dan melakukan pembicaraan dari sumber bahasa yang asli. Orang yang terkenal melakukan perjalanan ke pedalaman untuk melakukan <i>survey bahasa dan mengumpulkannya adalah Khalil bin Ahmad, Yunus bin Habib, Nadhar bin Syamil, dan Abu Zaid al-Anshari</i>. Hal ini tampak jelas sekali dari perkataan Khalil ketika ditanyai oleh al-Kisai tentang sumber-sumber ilmunya (pedalaman Hijaz, Najd dan Tihama), maka dengan serta merta, <i><u>al-Kisai pun keluar menuju pedalaman dan menghabiskan lima belas botol tinta untuk menulis bahasa Arab selain dari yang sudah</u> dihafalnya</i>. Kedatangan orang-orang Badui dari pedalaman ke Bashrah sungguh telah memberikan gambaran yang beraneka ragam. Dari mereka yang tinggal hanya untuk sementara kemudian kembali ke pedalaman dan adapula yang tinggal cukup lama dan baru kembali ke qabilah mereka, bahkan jika ada yang mendapatkan tempat yang nyaman di Bashrah mereka tidak kembali. <i><u>Banyak para siswa yang belajar bahasa menemui orang-orang Badui untuk mendengar percakapan mereka dan mengambilnya.</u></i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><u><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengingat Bashrah sebagai pelabuhan perdagangan bagi Irak di teluk Arab, maka datanglah unsur-unsur asing yang berimbas pada kemajuan di bidang perdangan dan investasi. </span></u></i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari sinilah terjadi pertemuan antara orang-orang Arab, Persia dan India, sekaligus merupakan perjumpaan antara agama Nasrani, Yahudi, Majusi dan Islam. Kedekatan Bashrah dengan madrasah Gandisabur di Persia yang mempelajari kebudayaan Persia, Yunani dan India telah menghantarkan pada pertautan kebudayaan secara menyeluruh. <i><u>Maka mucullah upaya penerjemahan pada masa Umar bin Abdul Aziz yang dilakukan oleh Masir Haubah dengan menerjemahkan buku kedokteran. Hal yang sama Abdullah al-Muqaffa’ yang pandai berbahasa Arab dan Persia. Dia menerjemahkan peningalan-peninggalan sejarah dan sastra Persia ke dalam bahasa Arab. Dari putranya yang bernama Muhammad, lahirlah terjemahan bahasa Arab untuk ilmu mantiq-nya Aristoteles dan terjemahan Kalilah wa Dimnah. Terdapat juga penerjemah Yahudi yang bernama Hunain bin Ishaq yang menerjemahkan buku-buku dan mendapat imbalan berupa emas untuk setiap timbangannya. Di Bashrah, terdapat aliran Ayi’ah dan Mu’tazilah yang telah membuka lebar pengambilan keilmuan Yunani. Ini sangat berpengaruh dalam mazhab ilmu kalam mereka dan juga berimbas pula pada ilmu nahwu dalam hal taqsim, ta’lil, ta’wil dan qiyas.</u></i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Stabilitas Sosial<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bashrah adalah kota yang aman dan stabil serta terlepas dari istabilitas politik dan pertentang mazhab. Kondisi seperti ini telah menghantarkan Bashrah menjadi kota yang berperadaban, disibukkan dengan berbagai aktifitas keilmuan, dan memanfaatkan anekaragam kebudyaan. Terjadilah pertemuan keilmuan yang berbeda dan muncul pulalah mazhab-mazhab agama dan fisafat. Kehidupan yang stabil ini juga menuntut kehidupan intelektualitas yang tertib.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Pasar Mirbad<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><u><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pasar Mirbad adalah pasar yang sangat terkenal, terletak di pintu barat kota Bashrah.</span></u></i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <i><u>Dulu pasar ini dinamai Pasar Unta (suq ibil) karena terbatas hanya pada penjualan unta, kemudian dinamakan Mirbad karena unta ditinggalkan di tempat tersebut.</u></i> Oleh karena itu, setiap tempat yang digunakan untuk menambatkan unta dinamakan mirbad. <i><u>Kemudian jadilah tempat tersebut tempat yang terkenal dan di sana diadakan unjuk kebolehan di bidang puisi dan khitabah</u></i>. Adapun sebab didirikannya pasar Mirbad adalah karena orang-orang Arab yang datang ke Bashrah dari tengah Jazirah Arab menemukan di pinggiran kota tersebut tempat yang nyaman untuk menunda perjalanan. Mereka kemudian menjadi penduduk Bashrah. Mereka menanti di tempat tersebut untuk berdagang dan saling bertukar hal-hal yang bermanfaat. Alangkah cepatnya tempat tersebut menjadi pasar besar yang sibuk dengan perdagangan di mana para empunya adalah para penyair dan sastra sehingga hiduplah nuansa satra. Merekapun bersaing di Ukaz dalam keindahan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Mesjid Bashrah<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terdapat berbagai macam majelis di dalam mesjid tersebut diantaranya majelis kajian tafsir, ilmu kalam, bahasa dan lain-lain. Para imamnya adalah penduduk Bashrah sendiri yang berbangsa Arab, Persia dan India dan sebagian lagi orang-orang Badui yang datang dari pedalaman. Diantara majelis-majelis yang ada adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. <i><u>Majelis Himad bin Sulmah. Sibawaih ikut bergabung dalam majelis tersebut.<o:p></o:p></u></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Majelis Musa bin Siyar al-Aswari. Jahizd berkomentar tentangnya:“Ini merupakan keajaiban. Dia sangat fasih berbahasa Persia sama halnya dengan bahasa Arabnya. Dia duduk di majelisnya yang terkenal itu, sementara di sebelah kanannya orang Arab dan di sebelah kirinya orang Persi. Dia pun mulai membacakan al-Qur’an dan menafsirkannya dengan orang Arab menggunakan bahasa Arab dan berpaling ke orang-orang Persi dan manfsirkan ayat al-Qur’an dengan bahasa Persia”.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Majelis Abu Umar bin al-Ila. Dia megajar qira’ah, bahasa, dan nahwu. Murid-muridnya berdesak-desakan di dalamnya. Suatu ketika, Hasan al-Bashri lewat dan menyaksikan betapa berjejalnya murid-murid yang mengikuti majelis tersebut maka ia pun berkata:” la ila ha illallah, hampir para ulama menjadi tuhan-tuhanan, setiap kemualian tidak dibentengi dengan ilmu maka kehinaanlah yang berkuasa”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<i><u> Di antara majelis-majelis Bashrah yang paling terkenal adalah majelis Khalil bin Ahmad al-Farahidi, yang diikuti para murid yang kemudian menjadi pakar bahasa dan nahwu semisal: Sibawaih, an-Nadhar bin Syamil, Ali bin Hamzah al-Kisai, Abi Muhammad al-Yazidi, al-Ashmai dan yang lainnya.</u></i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<i><u> Majelis Yunus bin Habib yang dipenuhi pula murid-muird. Di antara para pemimpin majelis ini yang terkenal adalah Abu Ubaidah, al-Ashmai, Abu Zaid al-Anshari, Abu Muhammad al-Yazidi, Qathrab, Sibawaih, Abu Umar al-Jurmi, al-Kisai, al-Farra’, Khalf Ahmar dan Ibnu Salam al-Jum’i. Halaqah Yunus dimulai pada masa Khalil dan mencapai kesempurnaan setelah wafatnya. Banyak tergabung para tokoh ke dalam majelis Yunus tersebut. Tentang majelis Yunus ini, Marwan bin Abi Hafsah berkata:“Saya belum pernah melihat halaqah yang paling mulia kecuali halaqah-nya Yunus”.<o:p></o:p></u></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span>D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Basrah Mengembangkan Ilmu Nahwu<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada awal perkembangannya, nahw masih merupakan ilmu dengan lingkup yang kecil. Abu al-Aswad menemukannya dan kemudian dikuatkan oleh Imam Ali ra. Ilmu ini mendapat iklim yang bagus untuk berkembang di Basrah sesuai dengan keadaan Basrah waktu itu. Ilmu nahw sangat diperlukan di Basrah karena sangat banyak kesalahan bahasa di sana. Kaum muslim non Arab di Basrah sangat membutuhkan ilmu nahw untuk memperbaiki bahasa, menghilangkan pengaruh bahasa asing, mendalami agama Islam, dan meningkatkan kedudukan mereka di kalangan orang Arab. Setelah Abu al-Aswad membangun sistematika ilmu nahw, ternyata orang Arab juga membutuhkannya dalam berbahasa. <i><u>Setelah masa Abu al-Aswad, perbedaan mulai timbul di antara para muridnya, seperti ‘Abdurrahman bin Hurmuz, Maimun al-Aqran, ‘Anbasah al-Fil, Yahya bin Ya‘mur, Nasr bin ‘Asim, dan juga para murid berikutnya, seperti ‘Isa bin ‘Umar, Abu ‘Amr bin al-‘Ala, dan Yunus bin Habib.<o:p></o:p></u></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terkait dengan perkembangan ilmu nahw, ada lima tahap perkembangan yang penting untuk diketahui, yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Penggunaan contoh dan dalil.<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cara ini dipakai agar pendapat yang diambil benar dan sesuai dengan perkataan orang Arab. Abu al-Aswad memakai cara ini ketika Bani Qusyair mempertanyakan masuknya dia ke dalam kelompok Syiah. Kemudian Abu al-Aswad mengucapkan sebuah syair yang berbunyi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ولست بمخطئ إن كان غيا فإن يك حبهم رشدا أصبه</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Syair ini adalah bukti bahwa Abu al-Aswad tidak ragu-ragu. Pendapat Abu al-Aswad terkait dengan hak untuk berbeda pendapat. Dia menggunakan ayat al-Qur’an sebagai dalil, yaitu ayat yang berbunyi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">وإنا أو إياكم لعلى هدى أو فى ضلال مبين (سبأ : 24</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada kesempatan yang lain, Abu al-Aswad juga menjelaskan bolehnya menggunakan perkataan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">لولاي</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Hal ini sesuai dengan sebuah syair yang berbunyi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">وكم موطن لولاي طيحت كما هوى # بأجرامه من قنة النيق منهرى</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Penggunaan pendapat ulama terdahulu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hal ini misalnya yang terjadi pada ‘Abdullah bin Abi Ishaq yang membaca:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">قل هو الله أحدٌ الله الصمد</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemudian dia mendengar Nasr bin ‘Asim membacanya dengan cara:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">قل هو الله أحدُ الله الصمد</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">karena bertemunya dua tanwin. ‘Abdullah mengatakan kepada Nasr bahwa ‘Urwah membaca ayat tersebut dengan tanwin, tetapi Nasr mengatakan bahwa bacaan ‘Urwah tidak baik. Maka ‘Abdullah membaca ayat tersebut tanpa tanwin seperti yang dikatakan oleh Nasr.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Perbedaan pendapat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perbedaan pendapat ini terkait dengan prinsip-prinsip yang dirumuskan sendiri oleh para ahli nahw. Sebagai contoh adalah ‘Abdurrahman bin Hurmuz yang membaca ayat dengan bacaan:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">أو يأتيهم العذاب قُبُلاً (الكهف : 55</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hal ini berbeda dengan ‘Isa bin ‘Umar yang membaca:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">أو يأتيهم العذاب قِبَلاً (الكهف : 55</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">‘Abdullah bin Abu Ishaq juga membaca beberapa ayat dengan cara berbeda, misalnya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">يا ليتنا نردَ ولا نكذبَ بآيات ربنا ونكونَ من المؤ منين (الأنعام : 27</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">والزانيةَ والزانيَ (النور : 2</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">والسارقَ والسارقةَ (المائدة : 38</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Pemeriksaan dan Penafsiran<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para ahli nahw mulai memeriksa kaidah dan menafsirkan teks sesuai dengan kaidah yang mereka susun. Sebagai contoh adalah perbedaan penafsiran antara ‘Isa bin ‘Umar dan ‘Amr bin al-‘Ala. Keduanya membaca sebuah ayat dengan cara yang sama, yaitu ayat: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">يا جبال أوبي معه والطيرَ (سبأ </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">: 10</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) . Akan tetapi, keduanya berbeda dalam penafsiran. Bagi ‘Isa, cara pembacaan seperti di atas terkait dengan adanya nida’, sedangkan Abu ‘Amr menyatakan adanya idmar dengan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">سَخَّرْنَا</span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">seperti dalam ayat yang berbunyi: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">ولسليمان الريحَ (سبأ :</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> 12</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) .<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Pemberlakuan Aturan Nahw.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemberlakuan ini dilakukan oleh para ahli nahw terkait dengan penggunaan bahasa Arab di kalangan umat Islam. Sebagai contoh adalah Abu Muslim yang menjadi pengajar khalifah Malik bin Marwan. Dia bertanya kepada seseorang mengenai ayat</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">:(</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">تأزهم أزا (مريم : 83</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">إذا الموءودة</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">سئلت (التكوير : </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) ketika dipakai dalam contoh ungkapan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">يا فاعلٌ افعلْ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Maka orang itu menjawab dengan perkataan: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">يا آز اُز</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">يا وائد اِد</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Maka Abu Muslim merasa bahwa perkataan ini tidak pernah didengarnya dari orang Arab dan memutuskan untuk tidak digunakan di kalangan umat Islam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI NAHWU MADZHAB BASHRAH<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI PERTAMA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abul Aswad Ad-Duali<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Dzhalim bin Umar bin Supyan bin Jundal bin Ya’mur bin Halis bin Nufatsah bin ‘Uda ibn Du’al bin Abdu Manah bin Kinanah, dikatakan juga bernama Utsman. Dia seorang penduduk Bashrah dan memiliki kekuatan ingatan. Abul Aswad termasuk orang yang fasih bacaannya. Dia belajar qira’ah dari Utsman bin ‘Affan, Ali ibn Abi Thalib, yang meriwayatkan qira’ahnya adalah putranya sendiri Abu Harb dan Yahya bin Ya’mur. Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa Abul Aswad adalah orang pertama yang menyusun ilmu Nahwu setelah mendapat rekomendasi dari Ali r.a. Abul Asawad meninggal di Bashrah pada tahun 69 H, pada usia delapan puluh lima tahun ketika terjadi wabah pes, namun adapula yang mengatakan bahwa ia wafat sebelum terjadinya wabah pes.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abdurrahman bin Hurmuz<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Dawud Abdurrahman bin Hurmuz bin Abi Sa’ad al-Madini al-A’raj, hamba Ibnu Rabi’ah bin al-Harits bin Abdul Muthalib. Abdullah bin al-Hai’ah meriwayatkan dari Abi Nadhr bahwa Abdurahman bin Hurmuz adalah orang pertama yang menyusun bahasa Arab dan dialah orang pertama yang paling tah ilmu nahwu dan seorang keturunan Quraisy. Abdurrahman bin Hurmuz termasuk ahli qari dan juga termasuk rijalul hadits. Ini diriwayatkan dari Abdullah bin Bahinah, Abu Hurairah dan Abdurrahman bin Abdul Qari. Ia termasuk ahli fiqih dan berbeda pendapat dengan Malik bin Anas, ilmu yang diperdebatkan adalah mengenai ushul al-din. Abdurrahman bin Hurmuz pindah ke Iskandariah, dan bermukim di sana sampai wafat pada tahun 117 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karakteristik periode ini:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Tergabung dalam profesi Qori’. Para ulama Bashrah secara menyeluruh sebagai Qari Al-Qur’an, yang mempelajari hukum-hukumnya, yang haus akan bacaan al-Qur’an dan juga sebagai para perawi hadits.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Memberi perhatian khusus terhadap lahn dalam kalam Arab, dan dalam al-Qur’an dan menentang fenomena terlarang ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Mushaf-mushaf diberi titik dengan i‘rab yang dimulai oleh Abul Aswad Ad-Duali yang mendapat nasihat dari Ziyad ibn Abihi, kemudian diikuti oleh murid-murid setelahnya, sebagai penentangan terhadap lahn dalam al-Qur’an.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Awal penysusunan ilmu nahwu mendapat petunjuk dari Imam Ali r.a yang diawali oleh Abul Aswad dan diikuti oleh murid-muridnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Tidak terdapat peninggalan berupa tulisan tentang GENERASI ini kecuali riwayat yang diklaim oleh Ibn Nadiim dan Qifthi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KEDUA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Yahya bin Ya’mur Al-Udwan Al-Laitsi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Abu Sulaiman Yahya bin Ya’mur bin Wasyqah bin Auf bin Bakr bin Yaskur bin Udwan ibn Qais bin Ilan bin Mudhar. Dia dari golongan Bani Laits. Ibnu Ya’mur termasuk orang yang belajar dari Abul Aswad mengenai memberi titik mushaf dengan titik i‘rab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Maimun Al-Aqran<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Abu Abdullah Maimun Al-Aqran, dipanggil juga Maimun bin al-Aqran. Belajar Nahwu dari Abul Aswad. Abu Ubaidah berkata:”Orang yang pertama kali menyusun ilmu nahwu adalah Abul Aswad Ad-Duali, kemudian Maimun al-Aqran, kemudian Anbasah al-Fail, dan Abdullah bin Abi Ishaq”.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Anbasah Al-Fil<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Anbasah bin Mu’dan al-Misani al-Mahri. Orangtuanya (Mu’dan) adalah dari Misan, kemudian berpindah ke Bashrah dan bermukim di sana<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Nashr bin Ashim Al-Laitsi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Nashr bin Ashim bin Umar bin Khalid bin Hazm bin As’ad bin Wadi’ah bin Malik bin Qais bin Amir bin Laits bin Bakr bin Abdi Manah bin Ali bin Kinanah. Dalam hal keturunan ia bertemu dengan Abul Aswad Ad-Duali dari Bakr bin Abdi Mannah. Ia seorang yang faqih dan berpengetahuan di bidang bahasa Arab, termasuk dari tabiin terdahulu: Ia juga termasuk ahli Qira yang fasih, dalam hal al-Qur’an dan nahwu ia menyandarkan pada Abul Aswad. Nashr belajar Nahwu juga dari Yahya bin Ya’mur. Dari Abu Umar bin Ula dikatakan bahwa ia memiliki sebuah buku dalam bahasa Arab. Ia meninggal pada tahun 89 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karakteristik periode ini:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Tergabung dalam profesi Ahli Qira dan Ahli Hadits.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Memiliki perhatia pada realitas lahn dalam kalam Arab dan al-Qur’an, juga dalam pembicaraan para pemimpin seperti al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqfi dan pemimpin lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Ada kesepakatan dalam memberi titik mushaf dengan titik i‘rab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. memberi titik mushaf dengan titik dan harakat atas nasihat dari Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqfi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Terdapat tambahan atas penyusunan ilmu Nahwu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f. Belum terdapat peninggalan berupa tulisan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KETIGA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abdullah bin Abu Ishak<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia belajar al-Qur’an dari Yahya bin Ya’mur dan Nashr bin Ashim dan belajar nahwu dari Maimun al-Aqran. Dikatakan bahwa ia belajar nahwu dari Yahya bin Ya’mur. Hatim meriwayatkan dari Dawud bin Zibriqah dari Qatadah bin Da’amah ad-Daus, ia berkata:”Orang pertama yang menyusun nahwu setelah Abul Aswad adalah Yahya bin Ya’mur, dan belajar darinya Abdullah bin Abu Ishak.\<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abu Umar bin Ula<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Riyasy meriwayatkan dari al-Ashma‘i, ia berkata:”Saya bertanya pada Abu Umar:”Siapa namamu?” Ia menjawab:”Nama saya Abu Umar”. Abu Ubaidah berkata:”Abu Umar adalah manusia yang paling tahu di bidang sastra, bahasa Arab, al-Qur’an dan puisi”. Al-A‘shami berkata:”Saya bertanya pada Abu Umar seribu pertanyaan, maka dia pun memberi jawaban dengan seribu hujjah”. Ia meninggal di Kufah pada tahun 154 H, ada pula yang mengatakan 159 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Isa binAmr ats-Tsaqfi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia belajar nahwu dari Abdullah bin Ishak dan Abu Umar al-Ula. Kemudian, Al-Khalil bin Ahmad, Yunus bin Habib dan Sibawaih.belajar darinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karakteristik periode ini:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Dimulainya derivasi qias, dan implementasinya atas pembacaan al-Qur’an dan puisi Arab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Dimulainya ta’lil kaidah nahwu dan ta’wil terhadap hal yang menyalahi kaidah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Dimulai munculnya berbagai pendapat seperti terdapatnya pendapat antara Abu Umar al-Ula dan Abdullah bin Abu Ishak, dan antara Abu Umar al-Ula dan Isa bin Amr.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Munculnya pendapat nahwu yang bersifat individual, dan pembacaan al-Qur’an yang berbeda dari ulama Jumhur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Tidak terdapat peninggalan berupa tulisan kecuali yang diriwayatkan dari al-Jami’ dan al-Kamil karya Isa ibn Amr.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KEEMPAT<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Al-Akhfa al-Akbar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia berpendapat (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">طاءر الخفوف</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> ) yang diriwayatkan oleh Ibn Duraid: tidak ada salah-seorang dari sahabat kita yang menyebutkan kata tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Al-Khalil bin Ahmad<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karya-karya al-Khalil:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam bahasa:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. KitabMa ‘anil-Huruf<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Kitab an-Naqth wat-Tasykil<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Kitab al-Jamal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Kitab asy-Syawahid<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Kitab al-‘Ain<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam ilmu Arud:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Kitab al-Arudh<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Kitab al-Farsy wal-Mitsal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Khalil meninggal pada tahun 170 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Yunus bin Habib<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Salah satu pendapatnya berkaitan dengan Nahwu bahwa tashgir untuk kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قبائل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> adalah </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قبيّل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>, sementara Khalil dan Sibawaih berpendapat </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قبيئل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> .<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KELIMA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Sibawaih<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karya Sibawaih adalah Kitab Sibawaih, tak seorang pun yang tahu kapan penyusunan kitab tersebut. Dalam menyusun kitab ini, Sibawaih banyak mengambil manfaat dari ilmu yang dimiliki Khalil. Sibawaih meriwayatkan dalam kitabnya tentang para ahli nahwu, meskipun tidak jelas apakah dia bertemu mereka atau belajar dari mereka secara lisan, mereka itu adalah Abu Umar bin Ula, Abdullah bin Abi Ishak, Al-Ru’as dan para ahli Kuffah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tambahan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ada dua sumber yang dipakai Sibawaih sebagai argumentasi dalam menguatkan pendapatnya mengenai sebuah persoalan tatabahasa, yaitu puisi Arab dan hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam kitabnya, Sibawaih menggunakan kurang lebih seribu lima ratus bait puisi. Banyak dari puisi-puisi tersebut tidak disebutkan sumbernya, entah karena penciptanya sudah meninggal atau memang tidak diketahui. Karena takut salah, kadang-kadang Sibawaih mencantumkan dua bahkan lebih sumber untuk satu puisi. Puisi-puisi itu ada yang dinyatakan bersumber dari gurunya atau dari pendengarannya sendiri. Syaikh Muhammad ath-Thanthawy menyatakan adanya tiga puluh satu puisi tanpa sumber yang jelas, sedangkan Syaikh ‘Abdul Qadir al-Baghdady menyebut angka lima puluh. Berikut ini kami sampaikan pendapat beberapa ulama terkait puisi-puisi tanpa sumber ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. ‘Uqaibah bin Hubairah al-Asady<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">مُعَـاوِىَ إِنَّـنَا بَشَـرٌ فَأَسْـجِحْ فَلَسْـنَا بِالْجِـبَالِ وَلاَ الْحَـدِيْـدَ ا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sibawaih menyatakan bahwa kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الحديدا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> itu mansub karena ma‘thuf kepada kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الجبال</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الجبال</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">itu sendiri mansub, sedangkan ba’ adalah zaidah. ‘Uqaibah menyatakan bahwa Qutaibah menyalahkan pendapat Sibawaih di atas dan kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الحديدا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> harus dibaca majrur sebagaimana umumnya qasidah puisi Arab. Al-Mubarrad juga mengikuti pendapat Qutaibah ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Nahsyal bin Hurry<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لِيُـبْكَ يَـزِيْدٌ ضَـارِعٌ لِخُصُـوْمَـةٍ وَمُخْتَـبِطٌ مِمَّـا تُطِـيْحُ الطَـوَائِـحُ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sibawaih menyatakan bahwa kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ضـارع</span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">marfu‘ karena merupakan naibul fa‘il yang sudah diketahui dari kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ليـبك</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Nahsyal menyampaikan pendapat al-Ushmu‘i yang menyangkal pendapat ini, karena tidak ada na’ibul fa‘il dari fi‘l mahzhuf. Kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">يـزيد</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> harus tetap mansub, sedangkan kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ضـارع</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> adalah fa‘il.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Al-Akhthal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">كُرُّوْا إِلَى حَرَّتَيْكُمْ تَعْمُرُوْنَهَا كَمَا تَكِرُّ إِلَى أَوْ طَانِهَا الْبَقَرُ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sibawaih menggunakan bentuk di atas untuk orang kedua ketika dia menggunakan bentuk </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">حَرَّتـَيْكُـمْ تَعْـمُرُوْ نَهُـمَا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Al-Akhtal menyampaikan kritik Syaikh Muhammad ath-Thanthawy mengenai bait syair di atas. Bentuk di atas seharusnya digunakan untuk orang ketiga, bukan untuk orang kedua. Bagi ath-Thantawy, Sibawaih seharusnya menggunakan bentuk </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">حَرَّتـَيْهِـمْ يَعْـمُرُوْ نَهُـمَا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam menyusun kitabnya, Sibawaih telah menyusun materi-materi tatabahasa Arab dengan sistematis. Dari satu bagian ke bagian lain terdapat jalinan yang padu sehingga memudahkan para pembaca. Dalam akhir bagian selalu ada epilog yang menyambungkan dengan bagian sesudahnya. Tidak ada pemisahan pembahasan dalam setiap bagian. Pembahasan dalam kitab Sibawaih berdasar pada contoh-contoh asli bahasa Arab agar dapat langsung menentukan antara bentuk kalimat yang benar dan yang salah. Kitab itu sendiri terdiri atas 820 bab. Penyusunan bab-bab itu berbeda dengan umumnya penulis dalam beberapa hal, yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Urutan yang dipakai bukan pembahasan mengenai marfu‘at, kemudian manshubat, dan seterusnya, tetapi pembahasan dimulai dengan pembahasan fa‘il yang bersambung dengan pembahasan maf ‘ul, atau pembahasan mubtada’ yang disambung dengan pembahasan mengenai khabar.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Mendahulukan pembahasan yang seharusnya di akhir dan mengakhirkan pembahasan yang seharusnya di awal, misalnya mendahulukan pembahasan musnad ilaih dan baru disambung dengan pembahasan musnad.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Membahas dari masalah yang umum ke yang khusus, misalnya membahas tasghir secara umum, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai berbagai macam bentuk tasghir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Beberapa pembahasan dilakukan sampai selesai, misalnya pembahasan mengenai fa‘il dimulai dengan fa’il tanpa maf‘ul, fa‘il dengan satu maf‘ul, dan diakhiri fa‘il dengan dua maf’ul. Pada masa sekarang, pembahasan ini biasanya diletakkan pada pembahasan mengenai fi‘l muta‘adi dan lazim.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Kadang-kadang suatu pembahasan berada dalam satu bab, sedangkan pembahasan yang lain berada pada bab yang lain agar mendapatkan kecocokan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Karena belum ada istilah-istilah baku untuk tatabahasa Arab, Sibawaih masih menggunakan kata-kata yang panjang untuk membuat judul suatu bab, misalnya untuk inna wa akhwatuha dia menggunakan kata-kata ‘bab mengenai lima partikel yang berfungsi seperti fi‘l terkait dengan kata-kata sesudahnya’.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kitab Sibawaih banyak mendapat pujian karena kelengkapannya. Di Basrah, kitab ini adalah kitab pokok ilmu tatabahasa Arab. Akan tetapi, banyak juga orang yang tidak percaya bahwa kitab ini adalah karya Sibawaih sendiri. Mereka mengira Sibawaih mengerjakan kitab ini bersama-sama orang lain. Kitab Sibawaih telah mengalami enam kali cetak. Cetakan pertama di Paris pada tahun 1881, disambung dengan cetakan kedua di Calcutta tahun 1887, cetakan ketiga di Jerman tahun 1895, cetakan keempat di Kairo tahun 1898, cetakan kelima di Baghdad, dan cetakan keenam di Kairo tahun 1966.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Al-Yazidy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Yahya bin al-Mubarak bin al-Mughirah al-‘Adwy. Nama al-‘Adwy disambungkan kepada ‘Ady bin ‘Abd Manah bin Add bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Ma‘d bin Adnan. Kabilah ini kabilah yang besar dan terkenal. Kakeknya, al-Mughirah, adalah tuan seorang perempuan dari Bani ‘Ady. Nama al-Yazidy didapatkannya karena dia pertama kali mengajar anak-anak Yazid bin Manshur bin ‘Abdullah bin Yazid al-Hamiry yang juga paman al-Mahdy. Nama al-Yazidy ini kemudian diberikan kepada keturunannya. Al-Yazidy tinggal di Basrah. Dia belajar ilmu qira’ah kepada ‘Amr bin al-‘Ala dan nachw serta ‘arudh kepada Khalil bin Ahmad. Kemudian dia menggantikan ‘Amr mengajar sambil berguru kepada ‘Abdullah bin Ishaq dan Yunus bin Habib. Setelah itu, al-Yazidy mengajar anak-anak Yazid bin Manshur. Yazid kemudian menghubungkan al-Yazidy dengan khalifah Harun ar-Rasyid dan khalifah memerintahkan al-Yazidy untuk mengajar al-Ma’mun, sedangkan al-Kisa’iy mengajar al-Amin. Al-Yazidy dan al-Kisa’iy sering terlibat dalam perdebatan, tetapi al-Yazidy lebih sering menang. Beberapa kitab yang disusun oleh al-Yazidy di antaranya adalah: an-Nawadir fil-Lughah, al-Maqshur wal-Mamdud, Mukhtashar fin-Nachw, an-Naqth wat-Tasykil. Dia meninggal pada tahun 202 H di Khurasan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sibawaih dan al-Yazidy adalah dua ulama yang berperan pada periode kelima. Pada masa ini, ilmu tatabahasa Arab memiliki beberapa kelebihan dibandingkan periode-periode sebelumnya, yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Penyempurnaan konsep ilmu tatabahasa Arab<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Kitab-kitab yang disusun<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Adanya diskusi-diskusi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KEENAM<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Al-Akhfasy al-Awsath<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Sa‘id bin Mas‘adah, hamba Bani Mujasyi‘ bin Darim bin Malik bin Hanzhalah bin Zaid Manah bin Tamim. Al-Akhfasy adalah sebutan karena matanya kecil dan penglihatannya lemah. Abu al-Hasan Sa‘id bin Mas‘adah dikenal sebagai “al-Akhfasy al-Shaghir” sedangkan ‘Abdul Hamid bin ‘Abdurrahman dikenal sebagai “al-Akhfasy al-Kabir”. Al-Akhfasy dilahirkan di Balkh, sedangkan riwayat yang lain mengatakan di Khawarizm. Dia datang ke Basrah untuk menuntut ilmu kepada Sibawaih. Al-Akhfasy dikenal sebagai pengikut Mu‘tazilah, walaupun ada yang mengatakan bahwa dia pengikut Qadariyyah-Murji’ah aliran Abu Syimr. Al-Akhfasy adalah teman dekat Sibawaih ketika dia terusir dari Baghdad karena kalah berdebat dengan al-Kisa’iy. Al-Akhfasy adalah sumber utama konsep tatabahasa Arab yang disusun Sibawaih karena tidak ada satu konsep pun dari tatabahasa Sibawaih yang tidak dibaca al-Akhfasy. Al-Kisa’iy sendiri secara rahasia meminta al-Akhfasy untuk membacakan kitab Sibawaih dan memberikan hadiah lima puluh dinar.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebenarnya, al-Akhfasy adalah penggagas utama mazhab Kufah. Al-Kisa’iy secara khusus menempatkan al-Akhfasy di sampingnya dengan segala kemuliaan. Al-Akhfasy sendiri adalah guru putra-putra al-Kisa’iy. Banyaknya kemuliaan yang diterima al-Akhfasy di Baghdad mengakibatkan lunturnya semangat Basrah dan mendekatkan dia ke mazhab Kufah. Al-Akhfasy mulai membantah pendapat gurunya, Sibawaih serta al-Khalil, dan membantu para ulama aliran Kufah dalam menyusun mazhab mereka. Al-Akhfasy menunjukkan kepada para ulama Kufah beberapa pendapat berbeda mengenai tatabahasa yang kemudian mereka ikuti. Beberapa pendapat yang diikuti di antaranya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Min jarr za’idah dalam kalimat aktif, misalnya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;">لَـقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَـأِ الْمُرْسَلِيْـنَ (الأنعام</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> :).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Pemberlakuan ketentuan inna ketika ditambah ma, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">misalnya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">إِنَّمَـا زَيْـدًا قَائِمٌ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> .</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Penggunaan tanwin pada kata</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;">ثَالِثٌ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan nashb pada kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;">ثَلاَثَةً</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dalam frase </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;">ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Penggunaan lam al-ibtida’iyyah pada ni‘ma dan bi’sa, misalnya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إِنَّ مُحَمَدًا لَنِعْمَ الرَّجُلِ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Marfu‘ pada zharf yang muqaddam, misalnya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أَمَامُـكَ زَيْـدٌ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> .<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Akhfasy dikenal sangat cerdas. Para ulama mengakuinya karena banyak sekali kitab yang dia susun, yaitu al-Awsath, al-Maqayis, al-Isytiqaq, al-Masa’il, Waqf at-Tamam, al-Ashwat, Tafsir Ma‘ani al-Qur’anil-Karim, al-Arba‘ah, al-‘Arudh, al-Qawafi, Ma‘anisy-Syi‘r, al-Muluk, dan al-Ghanam: Alwanuha wa ‘Ilajuha. Ada beberapa pendapat mengenai tahun wafatnya al-Akhfasy, yaitu tahun 211 H, 215 H, 221 H, dan 225 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Qathrab<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia bernama Abu ‘Ali Muhammad bin al-Mustanir, hamba Salm bin Ziyad. Dia lahir dan besar di Basrah, kemudian belajar tatabahasa kepada ‘Isa bin ‘Umar, Yunus bin Habib, dan Sibawaih. Nama “Qathrab” diberikan oleh Sibawaih karena dia sering menunggui Sibawaih di depan pintu rumahnya pada malam hari ( </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قطرب ليل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> ), sehingga ketika Sibawaih bangun pagi, Qathrab sudah berada di depan rumah. Qathrab sendiri beraliran Mu‘atzilah-Nizhamiyyah. Salah seorang panglima perang khalifah Harun ar-Rasyid, yaitu Abu Dalf al-‘Ajliy memperkenalkannya kepada khalifah sehingga dia diminta mengajar al-Amin, al-Ma’mun, dan putra-putra Abu Dalf. Setelah dia meninggal, pengajaran dilanjutkan oleh putranya, al-Husain.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Qathrab memiliki beberapa pendapat yang berbeda dengan ulama-ulama sebelumnya, baik itu al-Khalil, Sibawaih, maupun al-Akhfasy. Beberapa pendapat Qathrab itu misalnya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Tanda baca pada i‘rab berupa raf‘, nashb, jarr, dan jazm, pada hakekatnya adalah tanda baca berupa dhammah, fathah, kashrah, dan sukun.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Al-Khalil dan Sibawaih menyatakan bahwa i‘rab untuk mutsanna dan jam‘ mudzakkar salim itu muqaddarah pada alif, waw, dan ya’, sedangkan Qathrab berpendapat bahwa i‘rab-nya muqaddarah pada huruf sebelum alif, waw, dan ya’.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Sibawaih berpendapat bahwa i‘rab untuk al-asma’ al-khamsah itu muqaddarah pada waw, alif dan ya’, sedangkan Qathrab berpendapat bahwa i‘rab-nya itu muqaddarah pada huruf sebelum waw, alif dan ya’.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di samping perbedaan di atas, Qathrab juga menyusun banyak kitab dalam berbgai bidang ilmu, seperti al-Qur’an, al-Hadits, dan bahasa. Di antara kitab-kitab itu adalah: Ma‘ani al-Qur’an, I‘rab al-Qur’an, ar-Radd ‘ala al-Mulchidin fi Mutasyabih al-Qur’an, Gharibil-Atsar, al-‘Ilal fin-Nachw, al-Mutsallats fin-Nachw, al-Adhdad, al-Hamz, Fi‘l wa Af‘al, al-Qawafi, ash-Shifat, al-Ashwat, an-Nawadir, al-Azminah, al-Farq, Chalaqul-Insan, dan Khuluqul-Furs. Banyaknya kitab ini membuktikan kecerdasan Qathrab sebagaimana diakui oleh para ulama. Qathrab meninggal pada tahun 206 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Akhfasy dan Qathrab adalah dua ulama dari masa periode keenam. Pada periode ini, ada beberapa kemajuan dan dicapai, di antaranya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Pemikiran yang tajam, jelas, dan luas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Akomodatif terhadap budaya secara umum.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Banyaknya karangan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Kepercayaan diri untuk menyusun pendapat sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Dekat dengan pemerintah dan kalangan elit politik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Pengembangan keilmuwan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KETUJUH<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Al-Jurmy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia bernama Abu ‘Umar Shalih bin Ishaq al-Bajly, hamba Bajilah bin Anmar bin Irasy bin al-Ghauts. Nama al-Jurmy dihubungkan dengan Jarm bin Rabban bin ‘Imran bin Ilhaf bin Qadha‘ah karena dia dihadiahkan kepada Jarm. Jarm adalah salah satu kabilah Yaman yang terkenal. Al-Jurmy lahir dan besar di Basrah kemudian belajar tatabahasa kepada al-Akhfasy al-Awsath dan Yunus bin Habib. Dia juga belajar ilmu bahasa dari Abu ‘Ubaidah, Abu Zaid al-Anshary, Ushmu‘i, dan ulama-ulama lain yang semasa. Kemudian al-Jurmy pergi ke Baghdad dan mengalahkan al-Farra’ dalam sebuah debat. Dia terkenal suka berbicara keras dalam setiap perdebatan sehingga mendapat gelar “al-Kalb (anjing)”. Al-Jurmy juga terkenal cerdas dan ahli di bidang hadits. Beberapa kitab yang telah disusun di antaranya: al-Farh, at-Tatsniyah wal-Jam‘, Tafsir Gharib Sibawaih, Mukhtashar Nahwil-Muta‘allimin, al-Abniyah, at-Tashrif, al-Arudh, al-Qawafi, dan as-Siyar. Al-Jurmy wafat pada tahun 225 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. At-Tauzy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia bernama Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin Harun. Nama at-Tauzy dihubungkan dengan negeri Tauz di Persia. Dia berguru kepada al-Usmu‘i, Abu ‘Ubaidah, Abu ‘Umar al-Jurmy, Abu Zaid al-Anshary, dan al-Akhfasy. At-Tauzy adalah salah seorang pegawai khalifah al-Watsiq dan dia menikah dengan ibu seorang ahli tatabahasa bernama Abu Dzakwan al-Qasim bin Isma‘il. At-Tauzy menyusun beberapa kitab, di antaranya: al-Amtsal, al-Adhdad, an-Nawadir, Fa‘altu wa Af‘altu, dan al-Khail. Banyak perbedaan pendapat mengenai tahun waftnya at-Tauzy, yaitu tahun 230 H, 233 H, dan 238 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Al-Maziny.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia bernama Abu ‘Utsman Bakr bin Muhammad bin ‘Utsman. Nama al-Maziny dihubungkan dengan Bani Mazin bin Syaiban bin Dzahl bin Tsa‘labah bin ‘Ukabah bin Sha‘b bin ‘Ali bin Bakr bin Wail. Dia adalah hamba Bani Sadus yang dihadiahkan kepada Bani Mazin. Al-Maziny adalah ahli tatabahasa dan qira’ah. Pada masa al-Watsiq di Samarra’, al-Maziny berada di sampingnya untuk membacakan kitab Sibawaih atas permintaan al-Mubarrad. Al-Maziny mendapatkan belanja sebanyak seratus dinar setiap bulan dari al-Watsiq. Al-Maziny wafat di Basrah pada tahun 249 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari segi ideologi, al-Maziny adalah pengikut aliran Murji’ah. Al-Maziny dikenal sebagai ulama yang sangat anti terhadap analogi (qiyas) dalam merumuskan kaidah-kaidah tatabahasa dan qira’ah. Banyak kitab yang telah disusun oleh al-Maziny, di antaranya: ‘Ulumul-Qur’an, ‘Ilalin-Nachw, Tafasir Kitab Sibawaih, Lachnul-‘Ammah, al-‘Alif wal-Lam, al-‘Arudh, al-Qawafy, dan ad-Dibaj. Dia tidak mau menyusun sebuah kitab tatabahasa dengan menyatakan bahwa siapa saja yang menyusun kitab tatabahasa setelah Sibawaih, maka dia akan merasa malu. Akan tetapi, al-Maziny memiliki pendapat sendiri, di antaranya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Alif mutsanna, waw jam‘, dan ya’ al-mukhathabah pada fi‘l, misalnya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">يَـقُوْمَـانِ , يَـقُوْ مُوْنَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> , dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تَـقُوْمِيْـنَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> , bukanlah fa‘il, tetapi tanda tatsniyah, jam‘, dan ta’nits. Adapun fa‘il adalah damir mustathir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Alif, waw, dan ya’ pada mutsanna’ dan jam‘ mudzakkar salim, misalnya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">مُسْلِمَانِ , مُسْلِمَيْنِ , مُسْلِمُوْنَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> , dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">مُسْلِمِيْنَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> , bukanlah tanda i‘rab, tetapi tanda mutsanna’ dan jam‘ mudzakkar salim.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Jam‘ mu’annats salim wajib mabni fathah jika didahului la nafiyah lil-jins, misalnya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لاَ مُطِيْعَاتَ لَكَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> .<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Al-Khalil menyatakan bahwa ‘ain fi‘l dalam kata seperti </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">اِسْتَـحْيَى</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> itu dibuang karena ada pertemuan dua sukun, sedangkan al-Maziny menyatakan bahwa ‘ain fi‘l itu dibuang karena sebagai takhfif karena banyak digunakan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Sibawaih menyatakan bolehnya qiyas pada ism tafdhil dari fi‘l mudhari‘ dengan wazan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أَفْعَـلَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> , tetapi al-Maziny menyatakan tidak boleh sehingga tidak ambigu antara fi‘l madhi dan ism tafdhil.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Abu Chatim as-Sijistany<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia bernama Sahl bin Muhammad bin ‘Utsman bin al-Qasim bin Yazid al-Juzmy as-Sijistany. As-Sijistany adalah nama musim yang terkenal di Basrah. As-Sijistany tinggal di Basrah dan menjadi mahaguru di bidang al-Qur’an, bahasa, dan sastra. Dia berguru kepada al-Akhfasy di samping banyak menyampaikan pendapat dari Abu Zaid al-Anshary, Abu ‘Ubaidah, al-Ushmu‘i, ‘Umar bin Karkarah, dan Ruh bin ‘Ubadah. Ulama semasanya juga banyak mengambil pendapat dari dia, seperti Abu Bakr Muhammad bin Duraid dan al-Mubarrad. As-Sijistany terkenal karena rutin berderma sebanyak satu dinar setiap hari dan meng-khatam-kan al-Qur’an setiap minggu. Dalam bidang fiqh, as-Sijistany sangat fanatik terhadap ahlul-hadits. Dia tidak pernah tinggal di Baghdad. As-Sijistany banyak meninggalkan kitab yang berharga, baik di bidang ilmu al-Qur’an, tatabahasa, dan lain-lain, seperti: I‘rabul-Qur’an, al-Qira’at, al-Maqathi‘ wal-Mabadi’, Ikhtilaful-Mashahif, al-Mukhtashar fin-Nachw, Lachnul-‘Ammah, al-Maqshur wal-Mamdud, al-Mudzakkar wal-Mu’annats, al-Isyba‘, al-Adhdad, al-Haja’, al-Fashahah, asy-Syajaru wan-Nabat, an-Nakhlah, al-Karam, al-‘Usybu wal-Baql, al-Wuchusy, al-Chasyarat, az-Zar‘, al-Jarad, Chuluqul-Insan, al-Qasy was-Siham wan-Nibal, as-Suyuf war-Rimach, al-Laba’ wal-Laban wal-Chalib, al-Khashb wal-Qachth, an-Nachl wal-‘Asal, asy-Syita’ wash-Shaif, al-Ibil, al-Charr wal-Bard wasy-Syams wal-Qamar wal-Lail wan-Nahar, al-Farq bainal-Adamiyyin wa baina kulli dzi Ruch, dan Asyuq ilal-Wathan. Abu Chatim as-Sijistany wafat pada bulan Rajab tahun 255 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Ar-Riyasyy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia bernama Abu al-Fadhl ‘Abbas bin al-Farj, hamba dari Muhammad bin Sulaiman bin ‘Ali al-Hasyimy. Ar-Riyasyy dihubungkan dengan seseorang dari Jadzam yang bernama Riyasy yang menjadi tuan al-Farj, ayah ‘Abbas, kemudian dia menjual al-Farj kepada al-Hasyimy. Akan tetapi, nama ‘Abbas tetap dihubungkan dengan tuan sebelumnya, yaitu Riyasy. Ar-Riyasyy adalah ahli di bidang bahasa dan puisi. Dia banyak meriwayatkan dari Ushmu‘i, Abu ‘Ubadah dan lain-lain. Ulama-ulama yang lain, seperti al-Mubarrad, Ibnu Duraid, Ibrahim al-Charby, dan Ibnu Abid-Dunya, juga mengambil pendapatnya. Ar-Riyasyy juga dikenal sebagai orang yang zuhud, banyak mempergunakan waktunya untuk ilmu, dan seorang penopang mazhab Basrah. Ar-Riyasyy tewas terbunuh di daerah Zanj di Basrah pada tahun 257 H pada masa pemerintahan khalifah al-Mutawakkil. Khalifah menyerbu Zanj karena menjadi markas perlawanan kaum Alawiyyin yang dipimpin oleh ‘Ali bin Muhammad bin ‘Isa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ar-Riyasyy adalah ulama terakhir periode ketujuh. Periode ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Ada pemisahan antara nachw dan tashrif.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Mengarah pada kemudahan dalam merumuskan kaidah tatabahasa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Banyak ulama yang menggunakan teknik taqdir (perkiraan).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Pemendekan pada teknik simak dan qiyas (analogi).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Tidak menggunakan contoh-contoh di luar bahasa Arab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Banyak perdebatan antar para ulama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Banyak teknik yang tidak fungsional dalam sharf.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. Bersandar pada pendapat sendiri tanpa mengikuti pendapat ulama sebelumnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">9. Banyak karangan dalam berbagai bidang ilmu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">10. Banyak perumusan menggunakan informasi dari orang Arab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KEDELAPAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Al-Mubarrad<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia bernama Abu al-‘Abbas Muhammad bin Yazid bin ‘Abdul-Akbar bin ‘Umair bin Hasan bin Salim bin Sa‘d bin ‘Abdullah bin Yazid bin Malik bin al-Charits bin ‘Amir bin ‘Abdullah bin Bilal bin ‘Auf bin Aslam bin Achjan bin Ka‘b bin al-Charits bin Ka‘b bin ‘Abdullah bin Malik bin Nashr bin al-Azd bin al-Ghauts. Nama al-Mubarrad diberikan oleh al-Maziny kepada Muhammad bin Mazid dia menyusun kitab “al-Alif wal-Lam”. Dia berguru pada al-Jurmy, al-Maziny, dan as-Sijistany. Al-Mubarrad terkenal kikir karena menganggap bahwa kaya itu disebabkan oleh banyak menyimpan sedangkan miskin itu oleh banyak memberi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagaimana al-Maziny, al-Mubarrad memprioritaskan perumusan kaidah dengan teknik mendengar langsung (sima‘). Hal ini berbeda dengan Sibawaih. Misalnya dalam hal taskin pada fi‘l mudhari‘ pada puisi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فَالْيَـوْمَ أَشْرَبْ غَيْـرَ مُسْتَـحْقِب إِثْـمًا مِـنَ اللهِ وِلاَ وَاغِـلِ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sibawaih memperbolehkan taskin pada kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أَشْرَبْ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>, sedangkan menurut al-Mubarrad, bacaan yang benar adalah </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فَالْيَـوْمَ اشْرَبْ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>. Demikian juga dengan dhamir jarr sebagai ganti dari dhamir raf‘ dalam kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لَـوْلاَكَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> seperti dalam puisi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أَوْمَـتْ بِكَـفَّيْـهَا مِنَ الْهَـوْدَجِ لَـوْلاَكَ هَـذا الْعَـامُ لَمْ أَحْجُـجْ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurut al-Mubarrad, bacaan seperti ini salah karena dhamir raf‘ di atas tidak bisa diganti, misalnya dalam ayat: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لَوْلاَ أَنْـتُمْ لَكُنَّـا مُـؤْمِنِـيْنَ (سبأ : 31</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) . Kata di atas seharusnya dibaca </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لَـوْلاَ أنْتَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> bukannya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لَـوْلاَكَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Pendapat yang lain adalah tasghir dari kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إِبْرَاهِيْـم</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إِسْمَاعِيْـل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Menurut Sibawaih, kedua kata di atas menjadi </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">بُرَيْـهِيْـم</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">سُمَيْعِيْـل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Adapun menurut al-Mubarrad, kedua kata itu menjadi </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أُبَيْـرِيْـه</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أُسَيْـمِيْـع</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> karena alif pada kedua kata di atas adalah asli.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada masa khalifah al-Mutawakkil, al-Mubarrad pernah dimintai fatwa terkait dengan kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">انـها</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> pada ayat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">وَمَـا يُشْعِرُكًمْ اَنَّـهَا إِذَا جِـا ءَتْ (الأنعام : 109</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) ,<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">apakah dibaca </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">اَنَّـهَا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> atau </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إِنَّـهَا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Permintaan ini terkait dengan perbedaan pendapat antara khalifah dengan al-Fath bin Khaqan. Khalifah dan umumnya ulama membaca dengan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">اَنَّـهَا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>. Al-Mubarrad menganggap bacaan itu salah dan menyatakan yang benar adalah </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إِنَّـهَا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>. Akan tetapi, al-Mubarrad tidak berani menyatakan hal ini di depan khalifah dan hanya menyembunyikan pendapatnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Mubarrad banyak menyusun kitab yang penting, di antaranya: Nasab ‘Adnan wa Qachthan, I‘rabul-Qur‘an, al-Ittifaq wal-Ikhtilaf minal-Qur‘anil-Majid, al-Fadhil, al-Kamil, al-Muqtadhab, al-Isytiqaq, at-Tashrif, al-Madkhal li-Sibawaih, Syarch Syawahidul-Kitab, Ma‘na Kitab lil-Akhfasy, ar-Radd ‘ala Sibawaih, Dharuratusy-Syi‘r, Generasi Nuchatil-Bashriyyin, al-Maqshur wal-Mamdud, dan al-Qawafy. Dia meninggal pada hari Senin tanggal 28 Dzulhijjah 286 H dan dimakamkan di sebuah rumah depan pintu masuk kota yang dibelinya. Al-Mubarrad adalah satu-satunya ulama peride kedelapan dan periode ini memiki kelebihan dibandingkan periode sebelumnya, di antaranya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Menyusun sebuah kitab berdasarkan pendapat sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Menggunakan pendapat ulama terdahulu dalam beberapa pembahasan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Pembahasan dalam bermacam-macam bidang ilmu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Penggunaan metode-metode baru dalam tatabahasa, seperti qiyas, sima‘, ta‘lil, ‘awamil, dan ma‘lumat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Banyaknya diskusi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">STUDI NAHWU MAZHAB KUFAH<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sekilas Tentang Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah panglima perang kaum Muslimin (Abu ‘Abid ats-Tsaqafi) terbunuh di tangan Persia, maka khalifah Umar Ibn Khatab menugaskan Sa’d Ibn Abi Waqash yang bekerja di Hawazan sebagai gantinya. Maka ia pun segera memimpin 19.000 pasukan untuk bertempur hingga mereka berhasil menaklukkan Persia. Untuk menentukan tempat tinggal bagi mereka, Sa’d memilih sebuah tempat di tepian sungai Efrat yang terkenal sangat subur tanahnya, sebuah tempat yang hujan banyak turun dan mengguyur dengan sangat deras, memiliki banyak sumber mata air yang memancar dari sungai seperti suburnya rerumputan yang tumbuh di sana, juga tempat pohon korma tumbuh berjajar di sepanjang tepian sungai Efrat. Mayoritas penduduk Kufah adalah para mantan tentara dari Bani Abas. Kufah didirikan oleh Sa’d ibn Abi Waqash pada tahun 16-17 H, atau antara 2-3 tahun setelah berdirinya kota Bashrah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Letak Geografis Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kufah terletak di tepian lembah sungai Efrat yang terkenal dengan kesuburan tanahnya. Di sebelah Timur berbatasan langsung dengan sungai Efrat, di sebelah Selatan berbatasan dengan Najf, dan di sebelah Barat dan Utaranya berbatasan langsung dengan padang pasir yang sangat luas dan membentang hingga ke kota Syam. Melihat kesuburan tanah di kota Kufah dan terbentangnya rerumputan, bunga-bungaan, dan sungai-sungai, penduduknya pun beramai-ramai mendirikan tempat tinggal yang nyaman untuk membangkitkan kejernihan jiwa dan kepekaan rasa dan imajinasi. Kesuburan ini tidak hanya di Kufah saja, tetapi juga meliputi kota-kota di sekitarnya, seperti Hairah, Najf, Khirnik, Sadir, Ghariyan, dan lain-lain.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penamaan Kota Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam kamus al-Muhith disebutkan bahwa Kufah pada mulanya adalah tanah yang berwarna kemerahan dengan bentuk yang membulat, atau disebut juga sebagai setiap tanah yang dilingkupi oleh kesuburan. Versi lain tentang penamaan Kufah ini menyebutkan bahwa orang-orang Arab yang datang dari Najf di sebelah Utara Kufah telah menemukan tanah yang subur ini dan mereka lalu menamainya dengan nama Kufah. Kamudian Sa’d Ibn Abi Waqash menyebut nama ini ketika mengirim surat kepada Umar Ibn Khatab. Yaqut al-Hamawi menyebut Kufah karena letak geografisnya, dan karena setiap tanah atau lahan yang dilingkupi oleh kesuburan adalah Kufah. Versi yang paling mendekati kebenaran yaitu saat usai penaklukan atas negeri ini, kaum Muslimin yang sedang mencari tempat untuk berlindung tertimpa penyakit cacar, kemudian mereka berbondong-bondong mencari tempat yang subur. Saat menemukan tempat ini, Sa’ad pun berkata kepada mereka: “Takuufuu...!, atau berkumpullah..berkumpullah...!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pembentukan Kota Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penduduk Kufah yang sebagian besar berasal dari bangsa Arab di sebelah Selatan Jazirah Arab terdiri dari 20.000 orang. 12.000 di antaranya dari Yaman, dan 8.000 sisanya berasal dari Madlariy. Penduduk Arab yang pada mulanya menjadi penduduk Kufah adalah para pejuang penakluk negeri ini setelah mereka menaklukkan Persia. Sejak saat itu, Kufah menjadi kota tempat berkumpulnya para pemimpin kabilah, para panglima perang, dan kota para pejuang. Ketika kemudian orang-orang dari segala penjuru telah berkumpul di sana, Kufah menjadi kota dengan berbagai unsur baik Arab maupun non Arab, dan menjadi kiblat yang paling dianut oleh dunia Arab pada umumnya. Menjelang abad ke-4 H, penduduk Kufah berprofesi sebagai pedagang, petani, berindustri, dan banyak di antara mereka yang menjadi ahli-ahli bahasa (linguis).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Unsur budaya asing terkuat di Kufah adalah budaya Persi. Persi merupakan kelompok penduduk terbesar yang tinggal di Kufah sejak didirikannya negeri ini. Mereka bertani, mengolah lahan pertanian, dan 4.000 orang di antaranya menjadi tentara dan pejuang. Sebanyak 20.000 orang dari Persi ini berbondong-bondong masuk Islam di bawah pimpinan al-Mukhtar Ibn Abi ‘Abid. Unsur terkuat ke dua adalah unsur Siryani. Mereka adalah kaum Muslimin yang berasal dari Yua’abah, Nasathirah, Najf, dan Hairah. Banyak juga diantara mereka yang masuk Islam. Unsur pembentuk ke tiga adalah unsur Nabthi. Mereka tinggal di kawasan yang terbentang dari Kufah hingga ke Bathaih di sebelah Selatan Irak. Banyak di antara mereka yang menganut agama Islam. Kemudian unsur Najran yang terdiri atas penduduk Yahudi dan Nasrani yang datang dari Yaman.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kufah Sebagai Kubah Bagi Islam<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagai negeri Islam, sejarah Kufah dimulai dari peristiwa perang Badar saat Umar Ibn Khatab beserta 70 orang sahabat dan 300 orang lainnya bermalam di Kufah. Mereka menunjuk Amar Ibn Yasir sebagai amir dan Abdullah Ibn Mas’ud sebagai muazin dan menteri urusan keagamaan. DR. Mahdi al-Makhzumi dan Abu Abas berkata bahwa Kufah adalah cikal-bakal negeri sastra, dan wajah dari negeri Irak, puncak impian dan harapan, tempat bermukimnya para sahabat yang terpilih dan tempat orang-orang mulia. Sebagai kota perjuangan, Kufah menjadi pusat kepemimpinan umum bagi para pejuang Muslim di Irak. Sebagai penghadir khilafah Islamiyah pada masa kepemimpinan Ali R.A., Kufah merupakan kota yang beriman, markas besar Islam, perisai dan kekuasaan Tuhan yang dianugerahkan atas kehendak-Nya. Saai itu, Kufah menjadi inspirasi bagi para pejuang, pemuka agama, dan para pemerhati umat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengenai sisa-sisa fanatisme terhadap Arab, hal ini terlihat dari banyaknya para pejuang yang datang dari Arab dan berperadaban ala Badui. Mereka hidup melajang, membangga-banggakan silsilah dan nasabnya, dan enggan berbaur dengan unsur-unsur lainnya. Maka dari itu,agar terjadi tenggang rasa, maka dihapuslah ungkapan yang mengatakan bahwa “tidak ada suatu hukum pun yang paling benar kecuali hukum Arab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kufah dan Studi Nahwu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Studi Nahwu di Kufah ini dimulai dari semakin ramainya dunia perniagaan yang dan saling bertemunya kebudayaan yang heterogen di dalamnya. Sebagai penghormatan terhadap hijrahnya para ahli bahasa dan para penyair ke negeri ini, tepatnya sejak khalifah Umar Ibn Khatab memerintah Amar Ibn Yasir sebagai pemimpin Kufah dengan Abdulah Ibn Mas’ud sebagai menterinya. Studi Nahwu dimulai dengan pembacaan ayat-ayat Qur’an, hadist Nabi, Usul-Fiqh, dan pasal-pasal dalam hukum negara. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan terhadap riwayat-riwayat puisi dan studi sastra untuk memposisikan adat-istiadat kuno yang mereka bangga-banggaakan seperti al-Mufakhirah, al-Munafarah, al-Isyadah, dan sebagainya. Studi ini dipelopori oleh Ali Hamzah as-Sa’i dan kemudian diteruskan oleh muridnya, Yahya Ibn Ziyad al-Fara’i.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nahwu Mazhab Bashrah Sebagai Titik Tolak Bagi Nahwu Mazhab Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mayoritas pada ahli bahasa dan ahli Nahwu dari Kufah menstudi Nahwu mereka dengan mazhab Bashrah. Sebagai contoh, nama-nama seperti Abu Ja’far ar-Ru’asi mengikuti mazhab Abu Amru Ibn al-Ala’i dan Isa Ibn Umar dalam bermazhab Bashrah, dan Khalah Mu’adz Ibn Muslim al-Harraa’i juga memanfaatkan mazhab keduanya dalam mempelajari Nahwu dan Shorf. Al-Kisa’i menganut mazhab Isa Ibn Umar, Khalil Ibn Ahmad, Yunus Ibn Habib, juga mengadopsi pemikiran-pemikiran Sibawaih.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Studi Nahwu Mazhab Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Studi Nahwu di Kufah ini menggunakan titik-tolak pemikiran Sibawaih sebagai pemimpin dan senior bagi studi Nahwu mazhab Bashrah, yang kemudian jejaknya diikuti oleh muridnya, Sa’id Ibn Mas’adah. Sibawaih menjadikan al-Kisa’i sebagi guru bagi anak-anaknya. Dengan kematangan cara berpikirannya, ia mulai cenderung menciptakan studi Nahwu dengan mazhab Kufah, memberikan wahana yang sebesar-besarnya bagi berbagai perbedaan pendapat yang ada. Ia juga sering bertukar-pikiran dengan gurunya (Sibawaih) yang sangat ia kagumi. Tidak jarang al-Kisa’i juga tidak sepakat dengan Sibawaih dalam banyak hal. Namun, hal ini tidak menjadi masalah bagi para penstudi Nahwu dari Kufah yang bersepakat dengan al-Kisa’i dalam mendirikan mazhab atau madrasah Kufah ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Adapun ide-ide dan pemikiran Nahwu Sibawaih yang sedikit banyak dianut oleh Al-Kisa’i yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Diperbolehkannya menta’kidkan kata yang sebenarnya berhubungan, tetapi kata tersebut terhapus dalam penggunaannya dan digantikan oleh waw athf sebagai gantinya. Contoh: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">جاء الذى ضربت نفسه، أى: ضربته نفسه</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Tambahan huruf jar </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">من</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">dalam perkataan/firman Allah SWT yang positif. Contoh: seperti firman Allah SWT:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">و يغفر لكم من ذنو بكم، ولقد حاءك من نبإ المر سلين</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Diperbolehkannya penggunaan kata</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إن</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> setelah bertemu dengan kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ما</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>. Contoh: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إنما زيدا قائم</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Bahwa </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لعل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> bermakna taqlil (minimal). Contoh: seperti firman Allah SWT </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Bahwa </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لولا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> terkadang juga bermakna </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">هلا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>. Contoh: seperti firman Allah SWT </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فلو لا كانت قرية آمنت فنفعها إيمانها</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hal ini juga diikuti oleh al-Fara’i dalam kumpulan karyanya, yaitu antara lain:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Mengakhirkan Khabar apabila ia diawali dengan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إن</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>. Contoh:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إن العلم نور قول المشهور</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Diperbolehkannya menggunakan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> ibtida bagi kata-kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">نِعْمَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">بِـئْسَ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Contoh: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إن محمدا لنعم الرجل</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Digunakannya </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إلا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> untuk sebagai pengganti </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">و</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dalam perkataan maupun makna. Contoh: seperti firman Allah SWT:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لئلا يكون للناس عليكم حجة إلا الذين ظلموا منهم</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Diperbolehkannya penggunaan “athf pada dua pernyataan yang berbeda di dalam ilmu nahwu. Contoh:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فى الدر زيد والحجرة عمرو؛ بعطف الحجرة على الدار، و عمرو على زيد</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> dan lain-lain.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Contoh-contoh di atas adalah sebagian dari ide-ide dan pemikiran para ahli Nahwu mazhab Kufah yang diikuti oleh al-Akhfasy, selain al-Kisa’i dan al-Fara’i. Kemudian, Sibawaih pun mengumpulkan permaslahan-permasalahan yang ada di seputar pemikiran tentang Nahwu ini dengan kontribusi pemikiran dari al-Khalil dan menyusunnya menjadi sebuah buku yang dinamai dengan al-Masaail al-Kabiir. Orang-orang kemudian menjuluki Sibawaih ini sebagai pioneer pertama bagi Nahwu mazhab Kufah yang diadopsi dari Nahwu mazhab Bashrah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI NAHWU MAZHAB KUFAH<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jelas bagi kita jika bahwasanya keterangan di awal telah menyebutkan bahwa berdirinya Nahwu mazhab Kufah adalah karena jasa Ali Ibn Hamzah al-Kasai beserta muridnya Yahya Ibn Ziyad al-Fara’i, dan bahwasanya promotor utama bagi pembentukan Nahwu mazhab Kufah ini adalah al-Akhfasy al-Ausath Said Ibn Mas’adah yang terinspirasi dari ide-ide dan pemikiran gurunya Sibawaih dan al-Khalil.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI PERTAMA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Mu’adz al-Hara’i<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama aslinya adalah Abu Muslim Mu’adz Ibn Muslim al-Harraa’i. Tinggal di Kufah dan mendalami Nahwu bersama anak dari saudaranya, yaitu ar-Ru’asi dan menyebarkan prinsip-prinsip Nahwu madzhab Bashrah. Di Kufah ini, ia bekerja sebagai pengajar nahwu bagi anak-anak Abd al-Malik Ibn Marwan. Ia sangat mahir dalam menguasai Nahwu dan Shorf. Menurut as-Suyuthi, orang pertama yang menyusun buku tentang tashrif adalah Mu’adz. Pendapat ini belum tentu benar karena pemikiran-pemikiran Muadz tidak begitu berpengaruh terhadap perkembangan tashrif bahasa Arab. Karya Mu’adz ini diadopsi dari kumpulan pengetahuan tentang nahwu dan sharf dari buku Masaa’il at-Tadriib. Sejak saat itu, tashrif mulai dikenal sebagai pengetahuan yang mandiri sejak abad ke-2 H ketika susunannya diperbaharui oleh Uthman Ibn Baqiyah al-Maziniy dalam kitab yaitu at-Tahsrif setelah sekian lama menjadi bagian dari studi Nahwu. Mu’adz wafat di Kufah pada tahun 187 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ar-Ru’asi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama aslinya adalah Abu Ja’far Muhamad Ibn al-Hasan. Dijuluki ar-Ru’asi karena ia mempunyai kepala yang besar. Ia dibesarkan di Kufah, datang ke Bashrah dan belajar kepada Isa Ibn Umar, Abu Amr Ibn al-‘Ala’i, dan kembali ke Kufah untuk mempelajari Nahwu bersama pamannya, Mu’adz al-Hara’i, selain belajar dari al-Kisa’i dan al-Fara’i. Ar-Ru’asi mengarang kitab Nahwu al-Faishal, yaitu kitab yang pertama kali muncul dan membahas tentang studi Nahwu madzhab Kufah. Ibn Nadim dan Ibn Anbari juga menyebutkan bahwa ar-Ru’asi ini memiliki banyak karya dalam ilmu Nahwu, diantaranya yaitu: al-Faishal, at-Tashghir, Ma’ani al-Qur’an, al-Waqf wal-Ibtidaa’, dan sebagainya. Ar-Ru’asi wafat di Kufah pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kedua pendahulu nahwu mazhab Bashrah ini telah memberikan dasar-dasar pijakan yang relatif sangat kuat dalam pembelajaran Nahwu meskipun kecenderungan ini bermula dari pembelajaran mereka terhadap Nahwu mazhab Bashrah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KEDUA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Al-Kisa’i<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Hasan Ali ibn Hamzah, berkebangsaan Persia. Sedangkan “al-Kisa’i” merupakan julukan yang diberikan kepadanya. Sebagaimana diriwayatkan bahwa julukan tersebut diperoleh karena beliau menghadiri sebuah majlis Hamzah ibn Habib az-Ziyat dengan memakai baju (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">كساء</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) hitam yang mahal. Ketika absent, sang guru pun menyakan ketidakhadirannya kepada hadirin : apa yang telah dilakukan oleh si pemakai baju bagus?. Sejak saat itu, beliau lebih dikenal dengan panggilan al-Kisa’i. Dia lahir di Kufah, pada tahun 119 H dan wafat pada 189 H dalam perjalanannya menuju Tus (sebuah wilayah di Persia).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Kisa’i giat mengikuti beragam majlis qira’ah dengan guru-guru yang beraneka pula. Salah satunya, pembacaan syair yang dipimpin oleh Khalil ibn Ahmad. Hingga akhirnya Al-Kisa’i paham bahwa syair-syair tersebut bersumber dari masyarakat Badui yang bermukim di Hijaz, Nejed dan Tihamah. Untuk memuaskan rasa keingintahuannya, beliau mendatangi masyarakat tersebut dengan menuliskan setiap apa yang didengarnya sehingga menghabiskan 15 botol tinta.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Peran al-Kisa’i dalam Mendirikan Madrasah Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keseriusannya dalam mempelajari nahwu dan kemudian menuliskannya. Ketika bermukim di Baghad, Al-Kisa’i konsen terhadap perkataan bangsa Arab kota yang bukan tidak mungkin mengandung kesalahan dalam pelafalan yang didengarnya. Al-Kisa’i tidak puas, dari sinilah berawal lahirnya dua madzhab; antara Kufah dan Bashrah, perdebatan antara Sibawaih dan Al-Kisa’i yang terkenal dengan a-Mas’alah az-Zanburiyah. Perdebatan ini dimenangkan oleh Al-Kisa’i dan moment ini menjadi tonggak stabilitas madzhab Kufah. Namun demikian, setelah kematian Sibawaih, Al-Kisa’i pun membaca “Kitab Sibawaih” (satu-satunya buku yang ditulis Sibahwaih), meskipun dengan cara sembunyi-sembunyi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karakterisitik generasi kedua:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. pembahasan yang mendalam<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. menggunakan siasat untuk meraih pengetahuan; membaca “Kitab Sibawaih” secara sembunyi-sembunyi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. berdiskusi dengan para tokoh aliran Basrah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. penulisan dan pembukuan, seperti buku yang ditulisnya: Ma’anil Qur’an, Mukhtashirun fi an-Nahwi, al-Hudud an-Nahwiyah, dan lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KETIGA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Al-Ahmar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan nama lengkap Abu Hasan Ali Ibn Hasan, tetapi terkenal dengan nama al-Ahmar. Beliau merupakan salah seorang murid Al-Kisa’i. Wafat dalam pelaksanaan haji pada tahun 194 H. Disebutkan oleh Tsa’lab bahwa beliau hapal 40 ribu syahid (kutipan, contoh) tentang nahwu. Adapun karyanya: Maqayis at-Tashrif, Tafannun al-Balgha’i<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Al-Fara’<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya ibn Ziyad ibn Abdullah ibn Marwan ad-Dailumiy. Lahir di Kufah pada tahun 144 H, berkebangsaan Persia dan meninggal pada tahun 207 dalam perjalanannya menuju Mekkah. Menghabiskan hidupnya dengan mempelajari qira’ah, tafsir, syair dari Abu Bakar ibn ‘Ayyas dan Sufyan ibn ‘Iyyinah. Sedangkan guru bahasa dan nahwunya adalah Abi Ja’far ar-Ru’asiy dan al-Kisa’i Beliau juga seorang murid Al-Kisa’i yang banyak mendapat pengetahuan riwayat mengenai bangsa Arab dari Gurunya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selanjutnya, beliau juga meneruskan studinya ke Bashrah setelah kematian Khalil ibn Ahmad, yang kemudian posisinya digantikan oleh Yunus ibn Habib. Hingga akhirnya, dia belajar kepada Yunus mengenai nahwu dan bahasa. Adapun karya-karyanya cukup banyak, yang di antaranya adalah: Lughatu al-Qur’an, an-Nawadir, al-Kitaab al-Kabiir fi an-Nahwi, dan lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Hisyam adh-Dharir<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Abdullah Hisyam ibn Mu’awiyah ad-Dharir yang wafat pada tahun 209, sedangkan untuk tahun kelahirannya tidak disebutkan. Beliau juga merupakan salah seorang murid Al-Kisa’i, yang kemudian mengabdikan dirinya dengan menjadi tutorial bagi murid-muridnya. Dengan karya tiga buku yaitu: al-Hudud, al-Mukhtashir dan al-Qiyash.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Al-Lihyaani<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan nama lengkap Abu Hasan Ali ibn Mubarak, sedangkan nama “al-lihyan” sebagai bentuk penghormatan terhadap lihyaan-nya (jenggot). Wafat pada tahun 220 H. Selain berguru kepada Al-Kisa’i, dia juga belajar kepada Abi Zayd, Abi Ubaidah dan lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karakteristik generasi ketiga<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Semakin maraknya penulisan baik dalam ilmu agama maupun ilmu bahasa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Dimulainya konsentrasi penulisan tentang Nahwu secara terpisah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Perhatian khusus terhadap kesalahan lisan secara umum dan upaya memperbaikinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Lahirnya istilah-istilah Nahwu Kufah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KEEMPAT<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Ibnu Sa’dan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Ja’far Muhammad ibn Sa’dan adh-Dharir. Lahir di Baghdad pada tahun 161 H, sedangkan tumbuh besar di Kufah. Kemudian meninggal dunia pada tahun 231 H, dengan menulis 1 buku Nahwu dan lainnya buku-buku mengenai Qira’at.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ath-Thuwal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah ath-Thuwal, dan tumbuh di Kufah. Wafat pada tahun 234 H. Belajar nahwu kepada Al-Kisa’i. kemudian ke Baghdad dengan mengikuti majlis Qira’ah Abu Umar dan ad-Dauri<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Ibnu Qadim<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Ja’far Muhammad ibn Abdullah ibn Qadim. Wafat pada tahun 251 H. Ibnu Qadim mempelajari nahwu dari al-Fara, Tsa’lab. Adapun karya nahwunya adalah: al-Kaafi dan al-Mukhtashir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karakteristik generasi ini secara umum tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya (ketiga), hanya sudah mulai mengenal sharaf.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI KELIMA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.Tsa’lab<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu al-Abbas Ahmad ibn Yahya ibn Yazid, tetapi terkenal dengan Tsa’lab. Beliau berkebangsaan Persia, namun lahir dan tumbuh di Baghdad. Tahun kelahirannya pada 200 H. Sejak kecil sudah mempelajari berbagai ilmu; membaca, menulis, menghapal al-Qur’an dan sya’ir Arab. Karyanya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Majaalis Tsa’lab; di dalamnya merangkum berbagai pemikirannya tentang nahwu, bahasa, makna al-Qur’an dan syair-syair asing<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Al-Fashih<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Qawaaidu asy-Syi’ri<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Adapun karyanya yang membahas tentang nahwu adalah:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Ikhtilafu an-Nahwiyiin<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Ma Yansharifu wa ma laa yansharif<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Haddu an-Nahwi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karakteristiknya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Pengetahuan yang beraneka ragam; nahwu, bahasa, balaghah dan lainnya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Banyaknya penulisan dari berbagai ilmu pengetahuan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">STUDI NAHWU MAZHAB BAGHDAD<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. TOKOH-TOKOH KUFAH LEBIH DULU MASUK KE BAGHDAD<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para ahli nahwu dan ahli bahasa Kuffah telah datang terlebih dahulu ke Baghdad bila dibandingkan para ahli dari Bashrah. Hal ini dapat dilihat melalui kedatangan Al-Kasai ke Baghdad dengan membawa ilmu nahwu Kuffah serta pendapat-pendapat para ahli tentang ilmu tersebut. Lebih dari itu, pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Kasai bahkan dipercaya oleh khalifah untuk menjadi guru bagi kedua putranya yang bernama Amin dan Makmun. Dan ketika kesehatannya mulai menurun, dia menunjuk temannya yang bernama Ali bin Malik Al-Ahmar untuk menggantikannya menjadi guru bagi kedua putra khalifah. Demikianlah, al-Kisa’i telah mampu menempatkan aliran nahwu Kuffah di Baghdad, dan memasukkannya ke dalam pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid. Tokoh lain yang datang ke Baghdad setelah Al-Kasai dan Al-Ahmar adalah Yahya bin Ziad Al-Fara’, yaitu tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Makmun, untuk menjadi guru bagi kedua putra khalifah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kedatangan para ilmuwan Kuffah ke Baghdad senantiasa mendapat sambutan baik dari pemerintah, bahkan mereka diberi kedudukan yang terhormat, misalnya saja sebagai guru bagi putra kaisar maupun sebagai penasehat khalifah, karena mereka dianggap telah berjasa memperkenalkan sebuah ilmu baru pada Baghdad. Penyebab dari hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Thoyyib Al-Lughawy adalah, bahwa pada masa tersebut, Baghdad hanya dikenal sebagai kota kerajaan dan bukan kota ilmu pengetahuan, sehingga mereka senantiasa memberikan tempat istimewa pada orang-oranga yang mereka anggap memiliki ilmu pengetahuan dan memperkenalkannya pada mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. BASHRAH DAN KUFAH BERTEMU DI BAGHDAD<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ketika berita tentang kemuliaan yang didapatkan oleh para pakar nahwu Kuffah dalam pemerintahan khalifah Bani Abbas di negeri Baghdad tersebar, maka hal ini memicu hasrat dari sebagian pakar nahwu Bashrah untuk mengadu nasib ke Bagdad, dengan harapan mereka dapat ikut merasakan apa yang telah diperoleh para ilmuwan Kuffah. Meskipun kedatangan mereka banyak ditentang oleh tokoh-tokoh Bani Abbas, namun pada akhirnya mereka berhasil mendapatkan posisi di Baghdad karena mereka memiliki perangai yang baik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan kedatangan para pakar Bashrah ini, maka dapat diketahui bahwa ada dua macam aliran nahwu yang masuk ke Baghdad, yaitu aliran Kuffah dan aliran Bashrah. Kedua aliran ini tumbuh di Baghdad dengan karakteristik masing-masing, sehingga pendukung keduanyapun juga terbagi menjadi dua kelompok yang berbeda. Dengan adanya berbagai perbedaan yang ada dalam kedua aliran ini, maka yang muncul ke permukaan pada tahap selanjutnya adalah adanya persaingan sengit antara keduanya dan tidak pernah mencapai titik temu. Perbedaan dan perselisihan dua aliran tersebut selanjutnya melahirkan sebuah aliran baru yang diberi nama aliran Baghdad, yaitu aliran yang memadukan aliran Kuffah dan aliran Bashrah kemudian disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Arab yang telah ada.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. PAKAR NAHWU YANG TERKENAL DI BAGHDAD<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu Musa Al-Khamidh<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Musa Sulaiman bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad. Dia belajar ilmu nahwu dari Abu Abbas, pada saat dia berusia sekitar 40 tahun. Meskipun demikian, dia juga belajar nahwu dari para pakar nahwu Bashrah. Abu Musa wafat pada malam Kamis tanggal 7 Dzul Hijjah tahun 305 H, dan dimakamkan di Baghdad. Karya-karya peninggalan Abu Musa antara lain yaitu : kitab Khalqu’l-Insan, kitab A’s-Sabaq wa An-Nidhal, kitab An-Nabat, kitab Al-wuhusy dan kitab Mukhtashar fi An-Nahwi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ibnu Kisan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Kisan. Dia belajar ilmu nahwu dari para pakar nahwu Kuffah dan Bashrah, oleh karena itu dia hafal dan faham dengan baik teori-teori serta madzhab-madzhab yang ada dalam kedua aliran ini. Pada masa itu, Ibnu Kisan terkenal sebagai seorang tokoh yang agamis dan pecinta ilmu. Dia wafat pada hari Jum’at tanggal 8 Dzul Qa’dah tahun 299 H. Karya-karya peninggalan Ibnu Kisan terdiri dari berbagai tulisan tentang kaidah-kaidah bahasa Arab. Misalnya saja karya di bidang ilmu nahwu seperti Mukhtashar fi An-Nahwi, Mudzakkar wa Muannats, Al-Fa’il wa Al-Maf’ul, dsb. Selain itu, ada pula tulisannya di bidang ilmu sharf, seperti Kitab At-Tashrif.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Ibnu Syaqir<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad bin Al-Hasan bin Al-‘Abbas bin Al-Faraj bin Syaqir. Seperti halnya Ibnu Kisan, Ibnu Syaqir juga belajar ilmu nahwu dari para pakar nahwu Kuffah dan Bashrah. Sehingga dia memadukan dua aliran yang berbeda ini. Dia wafat pada bulan Shafar tahun 317 H. Karya peninggalannya antara lain yaitu kitab Mukhtashar fi An-nahwi, kitab Al-Maqshur wa Al-Mamdud, dan juga kitab Al-Mudzakkar wa al-Muannats.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Ibnu Al-Khayyath<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Manshur bin Al Khayyath. Dia memadukan aliran nahwu Kuffah dengan aliran nahwu Bashrah sebagaimana Ibnu Kisan dan Ibnu Syaqir. Ibnu Al-Khayyath wafat pada tahun 320 H di Bashrah. Karya-karya peninggalannnya di bidang ilmu nahwu antara lain yaitu kitab An-Nahwu Al-Kabir, kitab Al-Mujaz, dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Nuftuwaih<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya yaitu Abu ‘Abdullah Ibrahim bin Muhammad bin ‘Arafah bin Sulaiman bin Al-Mughirah bin Habib bin Al-Muhallab bin Abi Shafrah Al-‘Itky Al-Azda Al-Wustho. Lahir sekitar pertengahan tahun 240 H, dan bertempat tinggal di Baghdad. Dia bersaudara dengan Khalid bin ‘Abdullah Al-Muzany. Dia juga termasuk salah satu tokoh yang memadukan aliran Kuffah dan Bashrah, namun dia menolak pendapat yang mengatakan adanya proses etimologi dalam kalam Arab. Nuftuwaih wafat pada hari Rabu tanggal 12 Shafar tahun 323 H di Baghdad, dan dimakamkan pada hari Kamis. Karya-karya peninggalan Nuftuwaih antara lain yaitu kitab At-Tarikh, kitab Al-Iqtisharat, Kitab Gharib Al-Qur’an, kitab Al-Itstitsna’, dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Ibnu Al-Anbary<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya yaitu Abu Bakar Muhammad bin Abi Muhammad Al-Qasim bin Basyar bin Al-Hasan bin Bayan Ibnu Sama’ah Ibnu Farwah bin Quthn bin Da’amah Al-Anbary. Lahir pada hari Ahad tanggal 11 Rajab tahun 271 H dan wafat sebelum berusia 50 tahun, yaitu sekitar tahun 328 H di Baghdad, dan dimakamkan di dekat makan ayahnya. Ibnu Al-Anbary adalah seorang ilmuwan yang berbudi pekerti luhur dan sekaligus memiliki hafalan yang kuat. Di bidang ilmu nahwu, dia banyak belajar dari para pakar nahwu Kuffah. Karya-karya peninggalannya sangat banyak baik di bidang ilmu nahwu, kebahasaan, sastra maupun di bidang ilmu hadits. Misalnya saja di bidang ilmu nahwu dia menulis kitab Al-Maqshur wa Al-Mamdud, di bidang kebahasaan dia menulis kitab Al-Alqab, di bidang sastra dia menulis kitab (meski belum selesai)dan kitab Gharib Al-Hadits (juga belum selesai) di bidang ilmu hadits.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Al-Akhfasy Al-Ashghar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali bin Sulaiman bin Al-Fadhl. Dia termasuk salah seorang pakar nahwu yang terkenal yang mempelajari ilmu nahwu dari berbagai pakar nahwu sebelumnya. Dan untuk itu dia banyak melakukan perjalanan meninggalkan Baghdad. Setelah dia kembali ke Bahgdad, dia mulai jatuh dalam kemiskinan hingga pada akhirnya wafat secara mendadak pada tanggal 7 bulan Dzul Qa’dah tahun 315 H dan dimakamkan di pemakaman Qantharah Baradan. Karya peninggalannya yang terkenal antara lain yaitu Sarh kitab Sibawaih, Tafsir Risalah kitab Sibawaih, kitab At-Tatsniyah wa Al-Jam’u, kitab Al-Madzhab fi An-Nahwi, kitab Al-Jarrad dan kitab Al-Anwa’.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kelompok Kedua<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Yang dimaksud kelompok kedua di sini adalah salah satu kelompok yang membesarkan aliran Baghdad. Mereka adalah para pakar nahwu yang mempelajari ilmu nahwu dengan cara berguru pada pakar nahwu Bashrah dan kemudian mempelajari ilmu nahwu aliran Kuffah. Setelah mempelajari secara mendalam dan membandingkan keduanya, kelompok ini selanjutnya juga memadukan aliran Kuffah dan aliran Bashrah menjadi sebuah aliran, yaitu aliran Baghdad. Para pakar yang masuk dalam kelompok kedua ini antara lain yaitu :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Az-Zujaj<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin As’Sury bin Sahl Az’Zujaj. Dia mendapat julukan Az-Zujaj karena bekerja sebagai pemotong kaca. Mula-mula dia mempelajari ilmu nahwu dari Kuffah dan kemudian memadukannya dengan ilmu nahwu dari Bashrah. Az-Zujaj wafat pada hari Jum’at tanggal 11 Jumadal Akhir tahun 310 H. Karya-karya peninggalannya antara lain yaitu kitab Ma’ani Al-Qur’an, kitab Al-Isytiqaq, kitab Al-Qawafy, kitab Al-‘Arudh, kitab Khalq Al-Insan, ktan Mukhtashar fi An-Nahwi, kitab Syarh Abyat Sibawaih, dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ibnu As-Siraj<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sury bin Sahl As-Siraj. Mendapat julukan As-Siraj karena dia mempunyai keahlian membuat pelana kuda. Dia termasuk salah seorang pakar nahwu dan sastra. Untuk ilmu nahwu, mula-mula dia belajar dari pakar nahwu Bashrah seperti Sibawaih. Ibnu As-Siraj wafat pada hari Ahad tanggal 3 Dzul Hijjah tahun 316 H. Karya-karya peninggalannya terdiri dari buku-buku bahasa, nahwu dan juga sharf, antara lain yaitu kitab Jumal Al-Ushul, kitab Al-Mujaz fi An-Nahwi, kitab Al-Isytiqaq, kitab Syarh Sibawaih, kitab Asy-Syi’r wa Asy-Syu’ra’, kitab Al-Muwashalat fi Al-Akhbar wa Al-Mudzkkarat, dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Az-Zujajy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Al-Qasim ‘Abdu’r-Rahman bin Ishaq Az-Zujajy. Dia bukan penduduk asli Baghdad. Dia tiba di Baghdad pada saat masih kecil. Ilmu nahwi yang dikuasainya dia pelajari dari Muhammad bin Al-‘Abbas Al-Yazidy, Abu Bakar bin Darid, Abu Bakar bin Al-Anbary, juga dari pakar yang lain termasuk Az-Zujaj. Selanjutnya dia tinggal di Damaskus. Dan pada bulan Rajab tahun 307 H, dia wafat pada saat dalam perjalanan meninggalkan Damaskus bersama Ibnu Al-Haris. Karya-karya peninggalannya berupa buku-buku bahasa ,nahwu, ‘Arudh dan sastra. Diantara buku-buku tersebut yaitu kitab Al-Jumal, Al-Kafy, Syarh Kitab Al-Alif wa Al-Lam Li’l-Mazany, Syarh khutbah Adab Al-Katib, dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Mubraman<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin ‘Ali bin Ismail Al-‘Askary. Dia belajar ilmu nahwu dari pakar nahwu Bashrah dan Az-Zujaj. Mubraman wafat pada tahun 345 H. Karya-karya peninggalannya yang terkenal di bidang nahwu dan bahasa antara lain yaitu Syah kitab Sibawaih (belum selesai), Syarh Syawahid Sibawaih, An-Nahwu Al-Majmu’ ‘ala Al-‘Ilal, dsb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Ibnu Durustuyah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad ‘Abdullah bin Ja’far bin Durustuyah bin Al-Marzuban. Dia dilahirkan di Persia pada tahun 258 H dan kemudian menetap di Baghdad. Ilmu nahwu dia pelajari dari Bahsrah dan Kuffah sedangkan ilmu sastra dia pelajari dari Ibnu Qutaybah. Ibnu Durustuyah wafat pada hari Senin tanggal 9 Safar tahun 347 H. Karya-karya peninggalannya di bidang bahasa, nahwu dan sastra antra lain yaitu kitab Al-Mutammim, kitab Al-Irsyad fi An-Nahwi, kitab Al-Hidayah Syarh Kitab Al-Jurumy, kitab Gharib Al-Hadits, kitab Tafsir Asy-Syai’, dan masih banyak lagi yang lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. PENGARUH MADZHAB BAGHDAD TERHADAP KONFLIK POLITIK<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Penopang Madzhab Baghdad<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada masa-masa awal munculnya aliran Baghdad, yaitu sekitar abad ke-3 H, perkembangan ilmu nahwu di Baghdad lebih didominasi oleh pengaruh dari Kuffah dari pada pengaruh dari Bashrah.. Hal ini tidak lepas dari campur tangan kekuasaan khalifah-khalifah Bani Abbas. Dominasi pengaruh madzhab Kuffah ini masih terus terasa, dan baru dapat berkurang setelah tokoh-tokohnya meninggal dunia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam perkembangan selanjutnya, para pakar nahwu Baghdad berupaya memadukan madzhab Kuffah dan Bashrah, kemudian mereka formulasikan ke dalam sebuah aliran baru yang disebut sebagai aliran Baghdad, di mana kaidah-kaidah yang mereka gunakan sebagian diambil dari kaidah-kaidah nahwu Kuffah, sebagian dari kaidah-kaidah nahwu Bashrah dan sebagian lagi adalah kaidah-kaidah nahwu baru hasil ijtihad ataupun istimbat mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Popularitas Madzhab Baghdad di Lingkungan Kerajaan dan di Daerah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perkembangan ilmu pengetahuan agak terhambat karena adanya campur tangan dari pemerintah, yang lebih memihak pada madzhab Kuffah. Sebagai reaksi dari kesewenang-wenangan pemerintah tersebut, membuat para ilmuwan berniat meninggalkan negeri Baghdad, yang mereka anggap tidak memberikan kedamaian. Kondisi Baghdad yang demikian masih terus berlangsung sampai datangnya Abu Al-Husain Ahmad bin Abu Syuja’ Bawaih pada tahun 334 H ke negeri tersebut dan mendirikan kekhalifahan Persi di Baghdad. Dan dalam perkembangannya, wilayah pemerintahan Bani Abbas kemudian terpecah menjadi beberapa bagian.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Seiring dengan terpecahnya kerajaan Abbasiyah, maka para pecah pula ikatan madzhab Baghdad, karena para pakar nahwu yang bermadzhab Baghdad tersebut, terpisah oleh wilayah-wilayah yang berbeda. Karena wilayah mereka telah terpisah. Oleh kaerena itu, selanjutnya para pakar nahwu tersebut menjalani kehidupan yang baru di wilayah mereka masing-masing. Hal ini berarti bahwa, para pakar tersebut mempunyai kebebasan untuk mengembangkan madzhab nahwu mereka, bebas dari pengaruh dan tekanan siapapun, termasuk pengaruh dan tekanan dari pemerintahan Bani Abbas, sehingga mereka bebas berijtihad tanpa terpengaruh oleh pakar-pakar di wilayah lain kecuali untuk kepentingan perkembangan bahasa Arab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Misi Baru Madzhab Baghdad<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berbeda dengan pemerintahan Bani Abbas, maka pemerintahan baru yang ada di Baghdad lebih memberi perlindungan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan menghormati para ilmuwan pada masing-masing bidangnya. Mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bahasa Arab, bahkan lebih dari itu, mereka dianggap sebagai bagian dari kerajaan meskipun mereka berasal dari wilayah lain. Pada masa pemerintahan As-Saljuqiyah, didirikanlah madrasah yang pertama dalam sejarah. Dikatakan pertama karena pada masa sebelumnya, proses pendidikan hanya berlangsung di masjid-masjid saja. Perhatian lebih dari pemerintah terhadap ilmu pengetahuan dan ilmuwan ini, selanjutnya memacu semangat para ilmuwan untuk lebih produktif. Sehingga pada masa tersebut, banyak bermunculanlah pengarang-pengarang besar nahwu, lebih dari apa telah ada sebelumnya, karena pada umumnya, mereka tidak cukup puas hanya menggunakan kaidah-kaidah dari pendahulu mereka saja, akan tetapi mereka mengembangkannya dengan ijtihad mereka sendiri. Dengan adanya perbedaan lingkungan dan juga perbedaan nuansa politik yang ada, selanjutnya diadakan pengelompokan terhadap para ilmuwan. Ilmuwan yang ada pada masa pemerintahan saat ini (setelah pemerintahan Bani Abbas) disebut para ilmuwan (pakar) kontemporer, sedangkan ilmuwan yang ada pada masa sebelumnya (pada masa pemerintahan Bani Abbas) disebut sebagai ilmuwan (pakar) konvensional (tradisional).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. PAKAR NAHWU KONTEMPORER MADZHAB BAGHDAD<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. As-Sirafi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Sa’id al-Hasan bin Abdullah bin Marzaban. Dia dilahirkan di Siraf (sebuah nama kota di pelabuhan di tepi laut Arab negrei Parsi yang kemudian namanya diambil dari nama kota tersebut) pada tahun 290 H. Bapaknya seorang Majusi bernama Bahzaz kemudian masuk Islam dan diberi nama Abu Said (Abdullah). Dia belajar Al Qur'an dan Qiraat dari Ibnu Mujahid, belajar ilmu linguistik dari Ibnu Duraid, ilmu nahwu dari Ibnu Siraj dan Abu Bakar Mumbraman. Dalam fiqh, beliau bermazhab Hanafi, sebagaima yang diriwayatkan oleh Abu Hayyan at-Tauhidi bahwa beliau berfatwa dalam urusan fiqh bermadzhab Hanafi selama 50 tahun. Karya-karyanya adalah syarh kitab Sibawaih, kitab Alfat al wasl dan al qit, kitab Akhbar nahwiyin bashoriyyin, kitab waqof dan ibtida', kitab sin'atu siir dan balaghah, kitab maqsurah Ibnu Duraid, kitab iqna' dalam ilmu nahwu (tidak sampai selesai) kemudian diselesaikan oleh anaknya Yusuf, kitab syarh syawahid kitab Sibawaih, kitab pengantar kitab Sibawaih dan kitab Jaziratul ‘Arab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Abu Sa’id pernah berkata:”Saya datang dalam suatu majlis Abu Bakar bin Duraid. Saya sebelumnya pernah melihatnya. Saya duduk di bagian belakang majlis. Salah satu undangan menyenandungkan dua bait puisi memuji Nabi Adam As, sampai pada kisah tatkala Qabil membunuh saudaranya Habil, yaitu :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تغيّرت البلاد ومن عليها فوجه الأرض مغبّر قبيح</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تعيّر كسلّ ذى حسن وطيب وقلّ بشاشهة الوجه المليح</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saya mengatakan:”di-nasab-kan kata (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">بشاشه</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>), dan dibuang tanwin-nya karena bertemunya dua sukun bukan karena di-idhafah-kan, maka menjadi ism nakirah yang di-nasab-kan atas tamyiz kemudian di-rafa'-kan kata (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لوجه</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) dan sifatnya di-isnad-kan oleh kata (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قل</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) maka lafalnya menjadi :</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الوجهِ المليح وقلَّ بشاشة</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>, sebagaimana Nasr bin 'Asim dan Abu Amr bin 'Ala membaca firman Allah:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">(</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قل هو الله أحدُ الله الصمد</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>), dengan membuang tanwin pada kata ( </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">احد</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> ), karena bertemunya dua sukun. Pendapat ini dikuatkan oleh Al Fara’ dari madzhab Kufah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">اسكن إلى سكن تسّر به ذهب الزمان وانت منفرد</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tinggallah kamu ke tempat yang menyenangkanmu, waktu telah berlalu dan kamu dalam kenestapaan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ترجوغدا وغد كحاملة فى الحيّ لايدرون ماتد</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kamu mengharapkan hari esok dan hari esok, seperti perempuan hamil yang terdapat di kalangan penduduk suatu kawasan, mereka tidak tahu apa yang dia lahirkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Wafatnya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal di pertengahan waktu shalat dhuhur dan ashar pada hari Senin minggu kedua bulan Rajab tahun 368 h, dimakamkan di Khazran setelah shalat asyar pada hari itu juga, umurnya 84 tahun.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ibnu Khalawaih<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Abdullah al-Husain ibn Khawaliah. Dia dilahirkan di Hamdan, kemudian pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu (314 H). Dia belajar Al Qur'an dari Ibnu Mujahid, nahwu dan sastra dari Ibnu Duraid, Nafthawaih, Abu Bakar ibn Anbari, dan Abi Amar az-Zahid; belajar hadits dari Muhammad ibn Mukhalid al-Attar. beliau bermadzhab Syafii. Karyanya Kitab Al-jamal (nahwu), Istiqaq, Itraghnu fil-Lughoh, al-Qira’at, I'rab 30 surat Al Qur'an, al-Maqsur wal-Mamdud, al-Faat, Mudzakkar wa mu’anats, Syarh Maqsurah Ibnu Duraid, Kitab Laisa, al-Badi' fil-Qira’at Sab'i, Kitab Asad, Kitab Mubtada, dan Kitab Tadzkirah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إذا لم يكن صدر المجالس سيّد فلا خير فيمن صدّرفسه المجالس</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Apabila tidak ada di sebuah majlis sosok seorang ulama, maka tidak ada kbaikan bagi orang yang datang ke majlis tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">وكم قاتل: مالى رأيتك راجلا فقلت له: من أجل أنّك فارس</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berapa banyak orang berkata: Saya tidak melihatmu berjalan kaki, maka aku katakan padanya: itu karena kau menunggang kuda.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau wafat di kota Halab pada tahun 370 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Ali al-Farisy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Ali al-Hasan bin Abdul Ghafar bin Muhammad bin Sulaiman bin Abaan. Dia dilahirkan di Fasa (sebuah kota di negeri Parsi dekat dengan ibukota Siraz) pada tahun 288 H. Dia pergi ke Baghdad pada tahun 307 H, belajar nahwu dan Zujaj, Mubraman, Akhfas, dan Nafthawaih; belajar linguistik dari Ibnu Duraid, belajar qiroat dari Bakr Ibnu Mujahid. Dia merupakan pengikut Mu'tazilah dan ada juga yang mengatakan dia merupakan pengikut Syiah. Karyanya Kitab Tafsir tentang (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">يا آيها الّذين امنوا إذا قمتم إلى الصلاة</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>), Kitab Hujjah fil-Qira’at (kitab ini berisi tentang hujjah beliau bahwa setiap qiroah didukung oleh linguistik dan puisi), Kitab at-Tatabbu' li Kalam Abi Ali al-Jabai (ilmu kalam), Kitab al-Idhoh, Kitab Takmilah, Kitab Tadzkiroh, Kitab Maqshur, Kitab Mamdud, Kitab al-Ighfal (yang dilupakan az-Zujaji dalam ma'aniihi), Kitab Awanil Miyah, Kitab Naqdul-Nadhur, Syarh Abyat ‘an I'rab (idhoh siir), Mukhtashar ‘Awamil i‘rab, Tarjamah, dan Abyat Ma'ani.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">خضبت الشيب لمّا كان عببا وخضب الشيب أولى أن يعاب</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aku mengecat ubanku karena terasa ada aibnya, karena mengecat uban lebih baik dari pada mendatangkan aib.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ولم أخضب مخافة هجر خلّ ولاعببا خشيت ولاعتابا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dan aku belum mengecat kekhawatiran yang terdapat dalam sifat keburukan yang melebih sifat yang lain, tidak aib dan celaan yang aku khawatirkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ولكنّ المشيب بدا نميما فصيّرت الخضاب له عقاب</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Akan tetapi tumbuhnya uban menjqadi tercela, maka dengan mewarnai (uban) dianggap sebagai hukuman<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Abu Ali al-Farisi meniggal di Baghdad pada hari tanggal 17 Rabiul Awal tahun 377 H, umurnya 92 tahun. Dimakamkan di Sunaiza.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Ar-Rumani<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Hasan Ali bin Isa bin Ali bin Abdullah. Dia dijuluki ar-Ruman berasal dari kata (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">من سرّمن راى</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>). Dia dilahirkan di Baghdad tahun 396 H. Dia belajar dari Ibnu Duraid dan Ibnu Siraj. Muridnya diantaranya adalah Abu al-Qasim at-Tanukhi, Abu Muhammad al-Jauhari. Beliau bermadzhab Bashri dalam pandangan nahwu dan bermadzhab Mu'tazilah dalam aliran pemikiran karena dia lebih filofis, sehingga dia kadang mengkombinasikan nahwu dengan filsafat dan mantik (logika). Karyanya tentang pembahasan Al Qur'an: kitab I'jazul Qur'an dan Kitab al-Faat fil-Qura’nil-Karim, tentang nahwu: Kitab Syarh Sibawaih, Kitab Nakt Sibawaih, Kitab Aghrad Sibawaih, Kitab Masa’il Mufrad fi Kitab Sibawaih, kitab Syarh al-Madkhal ila Sibawaih lil-Mubrad, Syarh Mukhtashar al-Jurmi, Syarh al-Masa’il lil-Akhfasy, Kitab Syarh Alif wal-Lam lil Mazni, Syarh al-Mujiz li-bn Siraj, Kitab I'jaz (nahwu), Kitab Mubtada’, Kitab Syarhul-Ushul li-bn Siraj, Kitab Kabir. Beliau meninggal pada malam Ahad tanggal 11 Jumadil awal tahun 384 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Ibnu Jinni<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu al-Fath Utsman bin Jinni, dilahirkan di Mosul sebelum tahun 330 H (ada yang mengatakan dia dilahirkan pada 320 H). Beliau berguru kepada Ibnu Muqsam, Abu al-Faraj al-Asfihani, Abu al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad dikenal dengan Imam Akhfas dan Abu Sahl al-Qattam. Dalam syarah kitab Al Mutanabbi dia berkata:"Ada seseorang yang bertanya kepada Abu Thayyib al-Mutanabbi tentang bait puisi: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">باد هواك صبرت أم لم تصبرا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Bagaimana huruf alif masih tetap pada kata </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تصبرا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> padahal ada </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لم</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> jazm, mestinya diucapkan dengan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لم تصبر</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>? Mutanabbi menjawab: seandainya ada Abu al-Fatah disini, pasti beliau menjawab: alif pada </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تصبرا</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> merupakan badal dari nun taukid khafifah. Asalnya: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لم تصبرن</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> , nun taukid khafifah disini jika waqf diganti dengan alif. Karyanya dalam ilmu nahwu: Kitab Ta'aqub fil-‘Arabiyah, Kitab Mu‘rab, Kitab Talqin, Kitab Lam, Kitab Alfadz min Mahmuz, Kitab Mudzakar wa mu’anats, Kitab Khasha’is, Kitab Sirr Sina‘atul I'rab, Kitab Syarh Maqsur wal-Mamdud, kitab Idzal-Qadd (kumpulan kuliah Abu Ali al-Farisi) Kitab Mahasinil-‘Arabiyah, Kitab Khatiriyat, Kitab Tadzkirah al-Ashibaniyah, Kitab Tanbih, Kitab Muhadzab, Kitab Tabshirah. Dalam ilmu sharf : Kitab Jumal Ushulut-Tasrif, Kitab Mushannif (Syarh Tasriful-Mazni), Kitab Tasriful-Muluki. Dalam ilmu 'arudh: Kitab ‘Arudh wal-Qawafi, Kitab Kaafi (Syarh Kitab Qawafi lil-Akhfasy). Dalam ilmu sastra dan puisi: Kitab Syi‘ir (Syarh Diwan al-Mutanabbi), Kitab al- Farq baina Kalam Khas wal-‘Am, Kitab Miratsi at-Tsalatsah dan Qasidah ar-Ruiyah li-Syarif ar-Ridho, Kitab Ma'ani Abyat Mutanabbi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau mempunyai teman tetapi temannya menceritakan aibnya, kemudian beliau membalasnya dengan melantunkan puisi :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">صدودك عنىّ ولاذنب لى يدلّ على نيّة فاسدة</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penentanganmu kepadaku menujukkan niat yang merusak tidak ada dosa bagiku<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">وقد وحياتك ممّا بكيت خشيت على عينى الواحدة</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kehidupanmu yang aku tangisi, sungguh mengkhawatirkanku karena mataku hanya Satu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ولولامخافة الاّراك لما كان فى تركها فائدة</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Seandainya tidak ada kekhawatiran untuk tidak melihatmu, maka lebih bermanfaat jika dibiarkan saja.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Wafatnya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal di Baghdad pada hari Jum'at bulan Shofar tahun 392 H, dimakamkan di Suniza disamping makam gurunya Abu Ali al-Farisi, disitu juga menjadi makamnya Syaih Junaid seorang tokoh tasawuf.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Ar-Rab'i<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Isa bin al-Faraj bin Sholih ar-Rab'i, dilahirkan di Siraj tahun 328 H, pergi ke Baghdad dan berguru kepada Sirofi kemudian kembali lagi ke Siraj dan belajar kepada Abi Ali al-Farisi 20 tahun kemudian kembali lagi ke Baghdad. Karyanya Syarh al-Idhoh li Abi Ali al-Farisi, Syarh Mukhtashar al-Jurmi. Beliau meninggal di Bagdad pada malam Sabtu tanggal 10 Muharram tahun 420 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Ibnu Burhan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu al-Qasyim Abdul Wahid bin Ali bin Umar bin Ishak bin Ibrahim bin Burhan al-Asadi al-Akbari. Dia dilahirkan di Akbara (sebuah negeri yang terletak 20 farsakh dari Baghdad). Beliau belajar hadits dari Ibnu Bittah (Abu Abdullah Ubaidillah bin Muhammad al-Akbari terkenal dengan julukan Ibnu Bittah), belajar ilmu kalam dari madzhab Hasan Basri, dan belajar madzhab Hanafi dari Abi al-Husaini al-Qaduri (nama lengkapnya Abu al-Husain Ahmad bin Ja'far bin Hamdan, seorang pemimpin madzhab Hanafi di Baghdad), belajar ilmu nahwu kepada Ali ad-Daqiqi (Abu al-Qasim Ali bin Ubaidillah Muhammad bin Harun an-Nazali), Ibnu Asras (Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin Asras), belajar bahasa kepada Abi Mansur ar-Razi dan as-Sansi, dan belajar sastra dari Abu Salam al-Basri. Dalam pandangan fiqhnya beliau bermadzhab Hanbali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. At-Tabrizy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Muhammad bin Musa bin Bustham as-Saibani, dilahirkan di Tabriz (salah satu kota di Azarbaizan) tahun 421 H. Beliau belajar ilmu hadits di kota suwar dari Daqih Abi al-Fath Salim bin Ayub ar-Razi, Abi al-Qasim Abdul Karim bin Muhammad ad-Dilal as-Sayari, dan Ghadhi Abu Thayyib at-Thobari. Beliau pergi ke Mesir belajar bahasa dari Syeikh Abu al-Hasan Thahir bin Babisad di Mesir, kemudian kembali lagi ke Baghdad dan mengajar sastra di madrasah Nidzamiyah kemudian menjabat sebagai kepala perpustakaan disana. Karyanya di bidang ilmu nahwu : Azizah al-Wujud (Syarh Kitab Asrar ash-Shin’ah) dan Syarh al-Lam‘ karya Ibnu Jinni, bidang ilmu linguistik : Tahdzib Islah al-Manthiq karya Ibnu Sikit, bidang ilmu sastra : Syarah Qasha’id al-Asr, Syarh al-Hamasah, Syarh Diwan Mutanabbi, Syarh Diwan Abi Tamam, Syarah ‘an Mufdholiyat, Syarh Maqsurah Ibnu Duraid, bidang ilmu ‘arudh : Kitab al-Kafi fil-‘Arudh wal-Qawafi,<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">bidang al-Qur’an dan hadits: Kitab I’rabul al-Qur’an dinamakan dengan Al-Mukhlis dan Tahdzib Gharib al-Hadits. Beliau wafat di Bangdad pada hari Selasa Jumadil Akhir 502 H, dimakamkan di pemakaman Bab Abraz.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">9. Malik an-Nuhat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Nazar al-Hasan bin Shofi bin Abdullah bin Nazar bin Abi al-Hasan dijuluki dengan Malik an-Nuhat (raja nahwu), dilahirkan di jalan Daar ar-Raqiq di pinggiran barat kota Baghdad tahun 489 H. Beliau belajar hadits dari Sharf Abi Thalib az-Zini, belajar fiqh Syafi’i dari Ahmad al-Usnuhi (sebuah kampung di negeri Azarbaijan), belajar ushul fiqh dari Abi al-Fath bin Burhan, belajar ilmu khilaf (bagian dari ilmu mantiq) dari As’ad al-Mihani, belajar nahwu dari Abi al-Hasan Ali bin Abi Zaid al-Fasihi al-Istirabadhi yang juga belajar nahwu dari Abdul Qahir al-Jarhani. Karyanya dalam ilmu nahwu : Kitab al-Hawi, Kitab al-Umdah, Kitab al-Muntakhab, Kitab at-Tadzkirah Syi‘riyah, dalam ilmu sharf : al-Muqtasid, dalam ilmu ‘arud : Kitab Arud, dalam ilmu qira’at : Uslub al-Haq fi Ta’lil al-Qira’ati al-‘Ahsri wa syai’un min as-syawadz, tentang ushuluddin : Mukhtasar fi Ushuluddin, bidang ilmu ushul fiqih : Mukhtasar fi-Ushul Fiqih dan al-Hakim, dalam ilmu sastra : Kitab al-Maqamat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisi yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad saw.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">جنانيك إن جاءتك يوما خصانصى وهلك أصناف الكلام المسخر</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika datang rasa kerinduan untukmu dalam lubuk hatiku disuatu hari, dan mencemaskanmu beberapa kata-kata olok-olok<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فسل منضفا عن قالتى غير جائر بحبّك إنّ الفضل للمتأخّر</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka tanyakanlah, setengah dari ucapanku tidaklah bertindak tidak adil untuk mencintaimu, sesungguhnya kemuliaan bagi nabi akhir zaman.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal hari Selasa tanggal 8 Syawal 568 H di Damaskus, dimakamkan di pemakaman al-Bab as-Sahir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">10. Az-Zamakhsyari<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Jadullah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad. Dia dilahirkan di Zamakhsyar (sebuah kampung kecil di kawasan Khawarizm) hari Rabu tanggal 27 Rajab 467 H. Sejak kecil telah diajak ayahnya ke Khawarizm (sebuah daerah yang terletak di selatan sungai Jihan, timur laut daerah Khurasan, ditaklukkan oleh Qutaibah bin Muslim tahun 86 H). Khawarizm terbentuk dari dua kata yaitu (Khawar) mempunyai arti matahari, yang ditanam, yang dimakan, dan Zem yang mempunyai arti tanah. Dengan demikian bermakna : tanah matahari, tanah pertanian dan tanah kesuburan. Beliau banyak belajar kepada para ulama di antaranya Mahmud bin Jarir adh-Dhabbi al-Asfihani (Abu Madhor), Abu Ali ad-Darir, Abu Sa’ad al-Baihaqi, dan lain-lainnya. Beliau pernah menikah tetapi bercerai tanpa mempunyai anak dan diungkapkan dalam puisinya :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تصقحت أبناء الرجال فلم أكد أصادف من لا يفضج الأمّ والأبا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aku menyalami anak-anak orang lain, maka aku belum pasti berjumpa dengan orang yang tidak mencela ibu bapak.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">رأيت أبا يشقى لتربية ابنه ويسعى لكى يدعى مكبّا ومنجبا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aku melihat seorang bapak kesulitan mendidik anaknya dan berusaha supaya dipanggil memandang ke tanah dan beranak pandai.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أرادبه النشء الأعزّ فمادرى أيوليه جحرا أم يعليه منكبا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dia menginginkan keturunan yang mulia, maka apa yang dia ketahui masuk ke sarang binatang atau bahu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أخو شقوة ماز ال مركب طفله فأصبح ذاك الطفل للناس مركبا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saudara selagi menjadi kenderaan anaknya, maka anak itu hanya menjadi kenderaan orang lain.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لذاك تركت النسل واخترت سيرة مسيحية، أحسنً بذلك مذهبا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oleh karena itu aku meninggalkan keturunan dan memilih cara Al Masih, saya rasa ini adalah jalanku yang terbaik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pendapatnya tentang pernikahan diungkapkan dalam puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تزوجت لم أعلم وأخطأت لم أصب فياليتنى قدمتّ قبل التزوج</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aku telah menikah, saya tidak tahu, aku telah berbuat salah aku tidak pernah berbuat kebenaran, maka seandainya aku mati sebelum menikah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فو الله ماأبكى على ساكنى الثرى ولكننى أبكى على المتزوج</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka demi Allah tidaklah aku menangis karena kekayaan akan tetapi aku menangis karena telah menikah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau merupakan pengarang tafsir al-Kassaf. Dalam setiap khutbahnya, dia membuka dengan kalimat </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الحمد الله الذى خلق القران</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> karena beliau merupakan seorang Mu’tazilah dan kalau lainnya membuka dengan kalimat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الحمد الله الذى انزل القران</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karyanya: Tafsir al-Kassaf, Kitab al-Faiq fi Gharibil-Hadits, Kitab Ru’usul-Masa’il fil-Fiqh, al-Minhaj fil-Ushul, kitab Dhalatun-Nasid fi ‘ilmil-Faraidh, Risalah fi-Kalimatisy-Syahadah, Safil al-‘A fi li-Syarhi Kalam al-Imam al-Syafi‘i, dalam ilmu nahwu: Kitab al-Mufsil fin-Nahwi, Ammudhuz, Syarh ba’dhi Muksilat, Syarh Abyat Kitab Sibawaih, dan Shamim ‘Arabiyah, dalam ilmu arudh : Kitab al-Qisthas fil-‘Arudh, dalam ilmu sastra : Muqaddimah Adab, A’jabal-‘Ajab fi Syarhi lamiyah al-‘Arab, Rabi‘ul-Abrar, al-Waqud Dahab, Nawabighul-Kalim. Tafsir al-Kassaf merupakan karya monumentalnya, sehingga beliau memuji dalam puisi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إنّ التفاسير فى الدنيا بلا عدد وليس منها لعمرى مثل كشّافى</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sesungguhnya kitab tafsir di duni sangat banyak jumlahnya, seumur hidupku tidak ada yang sepadan dan tafsir al kassaf adalah obatnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal di Jarjaniyah (terletak di pinggir sungai Jihan, ibukotanya Khawarizm) di malam hari Arofah (9 Dzulhijjah) 538 H, setelah kembli dari Mekkah. Zamakhsyari mewasiatkan untuk menuliskan dalam nisan kuburnya dua buah bait puisi berikut ini :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إلهى قد أصبحت ضيفك فى الثرى وللضيف حقّ عند كلّ كريم</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ya Tuhanku, aku telah menjadi tamumu dalam kekayaan, setiap tamu mempunyai hak mendapatkan kemuliaan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فهب لى ذنوبى فى قراى فإنّها عظيم ولايقرى بغير عظيم</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka hilangkanlah dosa-dosaku dalam setiap bacaanku, maka bacaan puisi ini merupakan sesuatu yang agung, tidak dibaca tanpa adanya keagunganmu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">11. Ibnu as-Sajari<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah asy-Syarif Dhiya’udin Abu as-Sa’adat Hibatullah bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abdullah Abi al-Hasan bin Abdullah al-Amin bin Abdullah bin al-Hasan bin Ja’far bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib karromallhu wajhahu. Dikenal Ibnu Sajari, banyak perdebatan mengenai penamaannya. Yakut al-Kamwi mengatakan:”Nasab kata Sajari dari pihak ibunya”. Ibnu Khalkan berkata:”Kata ini dinisbatkan pada kata Sajarah, sebuah nama kampung dan Sajarah merupakan nama seseorang laki-laki, tetapi kenapa beliau diambil dari nama tersebut apakah sebuah nama kampung atau nama salah satu kakeknya yang bernama Sajarah, wallahu a’lam”. Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Ramadhan 450 H. Beliau belajar ilmu nahwu dan bahasa dari al-Khatib at-Tibrizi dan Abu Barakat az-Zaidi al-Kufi, belajar ilmu tafsir dari Ibnu Nidhal al-Majasi’i, belajar ilmu hadits dari Ibnu Qasim as-Shairifi, belajar sastra dan puisi dari Ibnu Thabatiba’ al-‘Alawi dan Ibnu Nabhan al-Kurhi. Karyanya dalam bidang nahwu, sorof, bahasa dan sastra diantaranya adalah: Kitab al-‘Amali, al-Intishar, al-Hamasah, Syarh Tashrif Muluki karya Ibnu Jinni, Syarh al-Lam’i dan lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Alkisah, Syekh Zamkhsyari pernah datang ke Banghdad dalam perjalanan haji, kemudian Syekh Syarif Ibnu Sajari menyambutnya, mengucapkan selamat dan memujinya dengan mensenandungkan puisinya :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">كانت مساءله الركبان تخبرنى عن أحمد بن دؤاد أطيب الخبر</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">dua pengendara kuda memberikan kepedaku tentang Ahmad bin Duad sebagai berita paling indah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">حتىّ التسقينا فلا والله ماسمعت أذنى باحسن ممّا قدرأى بصرى</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sehingga kami bertemu, maka demi Allah telingaku tidaklah mendengar sesuatu yang baik dibandingkan apa yang dilihat oleh pandanganku<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">وأستكبر الأخبار قبل لقائه فلمّا التقينا صدّق الخبرَ الخبرُ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal pada hari kamis tanggal 26 Ramadhan 542 H di Baghdad, tidak mempunyai anak dan dimakamkan di Kurh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">12. Ibnu Khasab<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Ahmad bin Ahmad bin Abdullah bin Nasr bin al-Khasab. Dia dilahirkan di Baghdad tahun 492 H. Ibnu Khasab merupakan seorang pengikut Sunni beraqidah ahlus sunnah, bermazhab Ahmad bin Hambal. Di waktu mudam, beliau merupakan seorang yang sering menghabiskan waktunya di kedai-kedai kopi dan bermain catur bersama orang-orang yang awam, tetapi akhirnya berubah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ودى اوجه، لكنّه غير بائح بسرٍّ وذى الوجهين للسرّ مظهر</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">تفاجيك بالأسرار وجهه فتفهمها مادمت بالعين تنظر</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dan bagi pemiliki wajah, akan tetapi tidak dengan rahasia dan pemiliki 2 wajah setiap rahasia tampak<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karyanya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Kitab al-Murtajil,<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Syarh Kitab al-Jumal karya al-Jarhani<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Syarh Kitab al-Lam‘u karya Ibnuu Jinni<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Syarh Muqaddimah Ibnu Hubairah dalam ilmu nahwu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Syarh Jumal az-Zujaji (Bantahan terhadap Ibnu Babisad)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Tahdib Islah al-Mantiq (Bantahan terhadap al-Khotib at-Tibrizi)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau dipanggil Allah pada hari Jumat tanggal 3 Ramadhan 567 H di rumah Abu al-Qasim bin Fara’ di Bab al-Azji di Baghdad.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">13. Ibnu Duhan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu Muhammad nasihuddin Said bin Mubarok bin Ali bin Abdullah bin Said bin Muhammad bin Nasr bin Asim bin Roja bin Abi bin Sabal bin Abi al-Yasar Ka’ab al-Anshari. Dia dikenal dengan nama Ibnu Duhan. Dia dilahirkan di daerah sungai Thabiq, di sebuah kampung di kawasan Baghdad pada hari kamis tanggal 26 Rajab 494 H. Beliau belajar hadits dari Abi al Qasim Hibatullah bin Husain dan Abi Ghalib Ahmad bin Hasan bin Bina’, belajar ilmu nahwu dari para pakar nahwu diantaranya: Ibnu Jawaliqi, Ibnu Sajari, Ibnu Khosab dan Ibnu Burhan. Beberapa karyanya diantaranya adalah: Kitab ad-Durus fin-Nahwi, Kitab ‘Arudh, Kitab Tafsir al-Qur’an, Kitab Tafsir Surat al-Fatihah, Kitab Tafsir Surat al-Ikhlas, Diwan Syi‘ir, Syarah al-Fushul al-Kubra karya Ibnu Mu’ti, dan Syarh al-Fushul ash-Shughra karya Ibnu Mu’ti.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لاتجعل الهزل دأبا فهو منقصة والجدّ تعلو به بين الورى القيم</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ولايغرّنك من ملك تبسّمه ما تصخب إلاّ حين تيتسم</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal di Mosul hari ahad bulan Syawal 569 H, dimakamkan di pemakaman Ma’ani bin Imran Bab Maidan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">14. Al-Anbari<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu al-Barakat Kamaluddin Abdurrahman bin Abu al-Wafa Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Said Muhammad bin Hasan bin Sulaiman al-Anbari. Dia dilahirkan di Anbar (sebuah kota kuno di tepi sungai Eufrat) pada bulan Rabiul akhir tahun 513 H. Beliau belajar fiqh dari Said bin Razaz, belajar nahwu dari Ibnu Sajari, belajar sastra dari Ibnu Jawaliqi. Beliau mempunyai karya ilmiah sangat banyak sekitar 65 dalam bentuk kitab dan makalah. Di antara karyanya adalah Kitab Lam’ul-Adillah fin-Nahwi, Asrarul-‘Arabiyah, Mizanul-‘Arabiyah, Halbatul ‘Arabiyah, Ghara’ib I’rab al-Qur’an, Diwan Lughah, Syarh Diwan al-Mutanabbi, al-Wajiz fit-Tasrif, az-Zahran fil-Lughah, Kitab Alif wa Lam, Kitab al-Lam’ah fi Shina’ah asy-Syi’r.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إذا ذكرتكِ كاد الشوق يقتلنى وأرقتنى أحزان وأوجاع</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">وصار كلّى قلوبا فيك دامية للسقم فيها وللآلام إسراع</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">فإن نطقت فكلى فيك ألسنة وإن سمعت فكلّى فيك أسماع</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal pada malam Jumat tanggal 9 Sya’ban 577 H di Baghdad dan dimakamkan di pemakaman bab Abraz disamping makam Abi ishak as sirozi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">15. Al Matrazi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Shadrul afadil Abu al fath Nasir bin Abi al makarim abd as sayyid bin Ali, terkenal dengan nama Al Matrazi. Beliau dilahirkan di bulan Rajab 538 H di Khawarizm, beliau juga dijuluki sebagai khalifah Zamkhasari karena Zamkhasari meninggal di tahun yang sama Matrazi dilahirkan dan di kota yang sama pula. Belajar hadits dari Abi abdullah muhammad bin Abi saad at tajir, dan beliau bermadzhab Hanafi dalam amalan fiqihnya dan beraliran mu’tazilah dari sisi pemikirannya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beberapa karyanya diantaranya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Kitab al misbah dalam ilmu nahwu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Al muqoddimah almatraziyah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Al iqna’ dalam ilmu bahasa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Mukhtasar islahul mantiq karya Ibnu Sakit<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Syarhu maqamat al hariri<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">وإنّى لأستحيى من المجد أن أرى حليف غوان أو أليف أغانى</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal di Khawarizm pada hari selasa tanggal 21 Jumadil awal 610, beliau mewariskan 300 puisi Arab dan Parsi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">16. Al Kindi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Tajuddin Abu al-Yaman Zaid bin Hasan bin Zaid bin Hasan bin Zaid bin Hasan bin Said bin Ashomah bin Hamir bin Harits. Dia dilahirkan di Baghdad di hari Rabu pagi 25 Sya’ban 520 H. Nama Kindi dinisbahkan pada suku Kindah, salah satu suku Arab yang terkenal. Yang menamai demikian adalah Umruul Qais bin Hajar. Beliau memulai pengembaraan ilmunya ke Baghdad, hafal Al Qur’an pada umur 7 tahun, dan menyempurnakan belajar qira’at-nya pada umur 10 tahun. Beliau merupakan ulama yang ahli dalam ilmu qiraat. Imam adz-Dzahabi berkata:”saya tidak mengetahui ada seseorang yang hidup setelah menghafal Al Qur’an berumur sampai 83 tahun selainnya”. Belajar nahwu dari Abu Muhammad Sabat Abi Mansur al-Khayat, Ibnu Sajari, Ibnu Khasab dan belajar bahasa dari Mauhub al-Jawaliqi. Dia belajar hadits dari Abu Bakar bin Abdul Baqi. Pada mulanya beliau bermadzhab Hanbali kemudian menjadi Hanafi dan menjadi tokoh dalam madzhab Hanbali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Antara al-Kindi, Ibnu Dahiyah, dan Ibnu al-Jazari<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Diriwayatkan pada tanggal 13 Rajab 605 H, al-Kindi datang pada perjamuan makan atas undangan menteri Izzuddin Farukh Syah. Datang juga Ibnu Dahiyah. Ibnu Dahiyah menyebutkan hadits tentang syafa’at ketika sampai pada kata: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">قول الخليل – عليه السلام - : أنما كنت خليلا من وراءَوراءَ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurut Kindi: </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">وراءُوراءُ</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>, (di-dhommah kedua hamzahnya), Ibnu Dahiyah merasa keberatan dengan pendapatnya. Ibnu Dahiyah kemudian menyusun kitab berjudul:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الصارم الهندى فى الرد على التاج الكدى</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span> . Al-Kindi pun tidak diam begitu saja dan mempertahankan argumennya dengan menyusun kitab berjudul:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">نتف اللحية من ابن دحية</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Persoalan lain pernah ditanyakan kepada Kindi perbedaan antara<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">( </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">طلقتك إن دخلت الدار</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>) dan (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">إن دخلت الدار طلقتك</span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>), kemudian Kindi menyusun sebuah kitab untuk menjawabnya (tidak dijelaskan disini bagaimana solusi dari permasalahan tersebut-pen) kemudian dibantah oleh Muinuddin Muhammad bin Ali bin Ghalib al-Jazari, dengan menyusun kitab yang diberi nama:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">الإعتر اض المبدى بوهم التاج الكندى</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Diriwayatkan beliau banyak membuat beberapa puisi yang berisi hikmah, pujian kepada para pemimpin dan raja yang dekat dengannya. Di antara beberapa puisinya yang berisi tentang pujian:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">يا سيف دين الله عشت سالما فالدين ماعشت به باره</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ودم لأهل العلم مادامت الدنـ ـيا فأنت العالم الداره</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أنّ الذي يسمو ألى نيل ما شيّدتَ من أكرومة واره</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">كم لك عند الروم من وقفة ذكره فى الدنيا بها جاره</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal di Damaskus pada hari Senin tanggal 6 Syawal 613 H, dimakamkan di gunung Qasiyun.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">17. Al-‘Akbari<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Muhibbudin Abu al-Baqa Abdullah bin Husain bin Abdullah bin Husain al-‘Akbari. ‘Akbaro adalah sebuah kota di tepi sungai Dajlah ± 10 farsakh dari Baghdad. Beliau dilahirkan di Baghdad di awal tahun 538 H. Dia belajar nahwu dari Yahya bin Najah, Ibnu Khasab dan ulama di masanya, belajar hadits dari Abi al-Fath bin Batti, dan Abi Zar’ah al-Muqaddasi, belajar madzhab Hanbali dari Qadhi Abi Ya’la al-Iza. Diantara karyanya adalah Tafsir al-Qur’an, I’rab al-Qur’an, Tasyabih al-Qur’an, I’rab al-Hadits, Syarh Abyat Sibawaih, Talqin, Tahdib fin-Nahwi, Isim Isyaroh, Talkhis, dan I’rab Syi’ir al-Khamsah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya ketika memuji Menteri Nasir bin Mahdi al-‘Alawi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">بك أضحى صدر الزمان محلى بعد أن كان من علاه مخلى</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">لايجاريك فى نجاريك خلق أنت أعلى قدرا وأعلى محلاّ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">دمت تحيى ماقد أميت من الفضـ ل و تنفى فقراوتطرد محلا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal pada malam ahad tanggal 8 Rabiul akhir 616 H. dimakamkan di pemakaman Imam Ahmad di Bab Harb.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">18. Ibnu Khabaz<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya Abu al Abbas Samsuddin Ahmad bin Husain bin Ahmad bin Abi al-Ma’ali bin Manshur bin Ali al-Arbali al-Mosuli. Beliau merupakan pakar nahwu, bahasa, arudh dan faraidh. Banyak para ulama nahwu lainnya yang menukil darinya, diantaranya Ibnu Hisyam, Badar Damamini, Khalid al-Azhari, Arbili, Jalal as-Sayuti, Syaikh Yasin al-Hamsi, Abdul Qadir al-Baghdadi. Karyanya adalah:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Kitab al-Kifayah dalam ilmu nahwu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Kitab Nihayh dalam ilmu nahwu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Syarh Idhoh karya Abi Ali al-Farisi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Syarh al-Muqaddimah al-Jazuliyah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Syarh al-Fushul karya Ibnu Mu’ti<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Syarh al-Lam‘ karya Ibnu Jinni<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Kitab Duratul Mukhofiyah (Syarh Alfiyah Ibnu Mu’ti)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. Kitab al-Faridah fi Syarhil-Qasidah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Puisinya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">أعر اضهم لم تزل مسودّة فإذا قدحت فيه أصاب القدح حرّاقا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">بلوتهم فطعمت السمّ فى عسل وما وجدتُ سوى الهجران درياقا</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beliau meninggal di Mosul tanggal 10 Rajab 637 H. Imam Syofdi menyebutkan beliau wafat pada tahun 639 H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">STUDI NAHWU MADZHAB MESIR<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perhatian dunia Arab pada bidang bahasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu-ilmu pokok dalam Islam. Seperti : al-Qur`an, Hadist, Fiqh, Faroid, Muamalat; sehingga para ahli bahasa biasanya juga terdiri dari para Qurro' al-Qur`an, muhaddist dan Faqih seperti Abdurrohman ibnu harmaz, Isa ibnu Umar, Abi Amru ibnu 'Ala`, Kasai. Bahkan pencetus pertama dalam penulisan tata bahasa Arab yaitu Abi al-aswad addualiy yang sangat terpengaruh oleh Sibawaih itu juga memulai belajarnya dengan mempelajari dari Hadist, Fiqh dari tangan Chamad ibnu salmah, ketika itu berbicara tentang kesalahan dalam penulisan Hadist yang akhirnya pindah belajar kepada ilmu Nahwu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mesir termasuk daerah yang ramai dan menjadi salah satu pusat ilmu bahasa setelah Irak. Jarak Irak yang lebih dekat kepada jazirah Arab Makkah dan Madinah menjadikannya lebih unggul daripada Mesir. Namun begitu, Mesir ternyata lebih dulu daripada daerah Magrib dan Cordova.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Benturan dua bahasa antara Arab dan Qibti<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebelum Islam masuk ke Mesir maka telah ada bahasa Qibti. Sehingga dalam perjalanannya, bahasa Arab di Mesir cukup mengalami benturan dengan penganut Kristen Koptic yang merupakan pemakai mayoritas bahasa Qibti. Setelah terjadi Fath L-Islam di Mesir, bahasa Arab diperjuangkan agar bisa menjadi bahasa identitas kaum muslim di sana.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Benturan dua bahasa ini sangat berpengaruh pada bahasa-bahasa keseharian di sana. Meskipun akhirnya bahasa Arab lebih unggul dalam pemakaian resmi dan dijadikan bahasa negara daripada bahasa asli setempat yaitu Qibti, tapi dalam banyak hal di masyarakat masih banyak ditemukan pengaruh-pengaruh bahasa Qibti yang sangat tidak sama dengan kaidah yang dipakai oleh bahasa Arab. Sehingga kadang disebut dengan istilah Arab Mesir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pelajaran Keislaman di Mesir<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Semenjak terjadi Fath L-Islam di Mesir maka muncul berkembang pesat pengajaran-pengajaran keislaman. Pengajian Qur`an dan tafsir serta Qiro`atnya menjamur di mana-mana. Begitu juga Hadist, Fiqh dan ilmu-ilmu agama yang lainnya. Para sahabat rosulullah saw yang ke Mesir menjadi sentral pengajaran-pengajaran keislaman. Di bidang Qiroat Qur`an ada sahabat Abdurrahman bin Umar yang merupakan Qori` resmi pertama di Mesir. Kemudian sahabat Uqbah ibn Charist al-Fahri. Untuk Hadist Nabawi telah diutus sahabat rosulullah saw yang sangat terkenal yaitu Abu hurairoh ra. Dan diikuti oleh para sahabat yang lain seperti Abdullah bin Umar bin Khottob, Abdullah bin Abbas, Jabir bin abdullah, Abdullah bin amru bin Ash, Abu dzar al-Ghifari, Saad bin abi waqosh, dll.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sekitar abad kedua hijriyah, muncul generasi baru dari orang Mesir sendiri. Sehingga nampak dalam bidang Qiroat Qur`an ada Utsman bin said al-Qibti dan dikenal dengan warosh. Dia adalah Qori` pertama dari orang Mesir dan telah berguru pada Nafi' bin Abdurrohman muqri` ahli Madinah yang telah terkenal menjadi salah satu rujukan Quro` yang tujuh itu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah lahir generasi baru dari orang Mesir sendiri dan terus berkembang hingga abad ketiga hijriyah. Hingga akhirnya mulailah masa penulisan pada bidang-bidang keislaman, seperti ; Qiroat Qur`an, tafsir yang ditulis oleh ulama Mesir Abu ja'far An-nahas. Tulisannya berkisar: I'rob Qur`an, maani al-Qur`an, nasikh wa mansukh, waqof wa ibtida`.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk Hadist Nabawi ada kitab Al-jami' fi al Chadist yang ditulis oleh Abdullah bin wahab seorang Qibti dan menulis juga pada bidang Qiroat dan tafsir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dan dalam bidang Fiqh maka terdapat seorang fakih pertama Mesir yang terkenal dengan ijtihadnya yaitu Yazid bin Abi Chabib yang merupakan mufti pertama Mesir. Kemudian bermunculan setelah itu para fakih yang lain dan berkembang sistem pengajaran Fiqh dengan empat madzhab yang terkenal, seperti al-Laits bin said.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengajaran Bahasa<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perhatian pada bidang bahasa di Mesir terbilang terlambat dari Irak. Namun, lebih maju dari yang lain seperti daerah Syam, Maghrib dan Andalus. Bisa dibilang, orang-orang Mesir mulai menggeluti bahasa secara serius setelah di Irak telah sangat maju. Kota-kota seperti Basroh, Kufah dan Baghdad telah menjadi pusat bahasa dan ilmu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kebanyakan orang-orang Mesir setelah fath l-Islam lebih berkonsentrasi dalam mempelajari ilmu-ilmu pokok keislaman dibanding bahasa. Mereka lebih mencukupkan untuk mengikuti perdebatan dan hasil-hasil penelitian tentang bahasa yang terjadi di Irak. Orang Mesir yang terkenal pertama kali membawa ilmu nahwu adalah Walid bin Muhammad Attamimi. Dia telah pergi ke Basroh dan menjadi murid Mahlabi, Kholil bin Ahmad dan para guru yang lain. Kemudian dia membawa buku-buku nahwu dan bahasa ke Mesir. Setelah itu langkah beliau diikuti oleh ulama Mesir yang lain seperti; Abu Ali Ahmad bin ja'far ad-dainuri yang telah mengambil dari al-mazini kitabnya Sibawaih dan membacanya di pusat-pusat belajar Baghdad dan mengajarkannya di Mesir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Transfer ilmu bahasa Jalur Irak ke Mesir terus berlanjut dan diikuti oleh generasi-generasi seterusnya. Dan akhirnya orang Mesir yang telah menulis dalam bidang bahasa adalah Ibnu Walad (al-intishor li Sibaweh minalburrod), (kitab al-maqsur wa al-mamdud), Abu ja'far Annahas (kitab al-muqni' fi ikhtilaf al-bashriyiin wa kufiyiin, (kitab Tufahah), (kitab al-kafi).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tobaqoh Ulama Nahwu Mesir<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam kitab "tobaqot an-nahwiyyin al-Misriyyin" karya Abu bakar az-zubaidi ada bab khusus tentang tobaqot ulama nahwu Mesir. Berikut adalah beberapa petikannya ;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tobaqoh pertama<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.Wilad at-Tamimi al-Mashodiri atau nama aslinya Walid bin Muhammad at-Tamimi al-Mashodiri. Berasal dari Basroh kemudian menetap di Mesir dan meninggal di bulan Rojab tahun 263H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Mahmud ibnu Hasan. Nama aslinya Abu Abdillah Mahmud bin Hasan. Seorang ahli nahwu Mesir dan meninggal pada bulan Rojab tahun 272H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Hasan al-A'izzu. Belajar pada Ali bin Hamzah al-Kasa`I dan akhirnya menjadi ahli nahwu yang banyak dijadikan rujukan bagi orang-orang Andalus yang belajar padanya pada tahun 227H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tobaqoh kedua<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu Ali Ahmad bin Ja'far, berasal dari Dainuri sehingga sering menjadi nama panggilannya. Beliau belajar nahwu di Basroh kepada al-Mazani dan mempelajari kitabnya Sibaweh di Baghdad dengan Abi Abbas kemudian kembali ke Mesir setelah menikahi putri gurunya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ibnu Mazro' , nama lengkapnya adalah Abu Abdillah dan Abu bakar Yamut bin Mazro' bin Musa bin Sayyar al'abqoai. Berasal dari Basroh dan belajar di Baghdad dengan beberapa ulama, seperti; Mazani, Abi Khatim as-Sajistani, Riyasyi, Abdurrahman ibnu akhi Ashmu'i, Rofi' bin salamah, Amru bin bahr al-Jahith (pamannya). Ibnu Mazro' meninggal di thobariyah tahun 304H. pendapat lain mengatakan dia meninggal di Damsiq.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu husain muhammad bin walid bin wulad at-tamimi. Berasal dari Basroh kemudian bersama ayahnya pindah ke Mesir. Beliau belajar nahwu dengan para ulama Mesir, seperti ; Abi Ali addainuri, Mahmud bin hasan dan ulama lainnya. Setelah itu Abu Husain pergi ke Irak dan bermukim di sana selama delapan tahun untuk memperdalam ilmu nahwu. Kitabnya yang terkenal dalam ilmu nahwu al-munmiq. Beliau wafat tahun 298H dalam usia kelima puluh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tobaqoh ketiga<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu hasan Ali bin hasan al-hana`I al-uzdi. Berasal dari Oman dan pindah ke Mesir bersama keluarganya. Beliau belajar dari para ulama di Baghdad baik dari kubu Basroh maupun Kuffah. Tapi, beliau lebih cenderung kepada pendapat Basroh meskipun dalam karya-karyanya beliau berusaha untuk memaparkan kedua-duanya dengan adil. Sehingga beliau sering diberi julukan Kuro' An-Naml. Adapun beberapa tulisan-tulisan pentingnya dalam bahasa adalah: al-mundid fi al-lughoh, al-mujarod fi lughoh wa mukhtasoruhu, almujhid fi-llughoh wa mukhtasoruhu, amtsilah ghorib al-lughoh, mushaf al-munadhom. Beliau wafat di Mesir pada tahun 310H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Walid bin Muhammad at-tamimi. Belajar dengan ulama nahwu di Baghdad seperti Aba Ishaq bin Sirri az-zujaj dan yang lainnya. Abu Abbas Ahmad terkenal sangat bagus menurut Abu bakar Azzubaidi dalam kiasnya ketika berbicara tentang I'lal pada huruf wawu. Beliau wafat di Mesir pada tahun 332H.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Qosim Abdullah bin Muhamad bin Walid bin Muhamad Attamimi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Abu ja'far ahmad bin Muhamad bin Ismail bin Yunus. Terkenal dengan nama Abu ja'far Annahas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Abu Nasr Muhamad bin Ishaq bin asbath Alkindy.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Ali bin Hasan bin Muhamad bin Yahya terkenal dengan nama Allan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tobaqoh keempat;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu Bakar Muhamad bin Ali bin Muhamad al-Idfawi, dari salah satu perkampungan di Mesir yaitu; Idfo.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abu Hasan Ali bin Ibrahim bin Said bin Yusuf alkhoufi dinisbatkan pada khof bilbis dari propinsi Syarqiyah dan nama desanya sering disebut dengan Syubro Nahlah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Hasan Thohir bin Ahmad bin Babsyadz (dari kata Persi yang bermakna senang dan bahagia) bin Dawud bin Sulaiman bin Ibrahim. Menurut riwayat beliau berasal dari Dailim dan dulu kakek dan ayahnya adalah seorang pedagang yang datang ke Mesir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Abu Abdullah Muhamad bin Barokat bin Hilal bin AbdulWahid Assaidi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tobaqoh Kelima [Zaman Ayubiyah] ;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Tajuddin Abu Fathi Ustman bin Isa bin Mansur bin Muhamad alBulthi berasal dari Musol.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abu Abdulghoni Taqiyuddin Sulaiman bin Banin bin Kholaf Addaqiqi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Husain Zainuddin Yahya bin Abdulmu'thi bin Abdunnur Azzawawi..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Abulhusain Ali bin Abdussomad bin Muhamad bin Mufarroj dan dikenal dengan Ibnurrimah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Abulhasan Ilmuddin Ali bin Muhamad bin Abdussomad bin Abdul Ahad bin Abdulgholib Alhamadani Assakhowi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Abu Amru Jamaluddin Utsman bin Umar bin Bakar bin Yunus Addarini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Thobaqoh Keenam; Masa Mamalik :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu Abdillah Bahauddin Muhamad bin Ibrahim bin Muhamad bin Abi Nasr ibnunnahas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Asiruddin Muhamad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf bin Hayyan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Ali Badruddin Hasan bin Qosim bin Abdillah bin Ali Almurodi dikenal dengan Ibnu Ummu Qosim yaitu dinisbatkan pada neneknya dari ibu bapaknya yang bernama Zakhro'.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Abu Muhamad Jamaluddin Abdullah bin Yusuf bin Ahmad bin Hisam Al-Ansori.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Bahauddin Abdullah bin Abdirrohman bin Abdullah bin Muhamad bin Muhamad bin Aqil. Berasal dari Hamadan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Syamsuddin Muhamad bin Abdurrohman bin Ali bin Abilhusain Azzamrudi dan dikenal dengan Ibnusshoigh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Muhibbuddin Muhamad bin Yusuf bin Ahmad bin Abdiddayim.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Thobaqoh Ketujuh<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Izzuddin Muhamad bin Abi Bakar bin Abdil Aziz bin Muhamad bin Ibrahim bin Saadillah ibnu Jamaah dan berasal dari Khamah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Badruddin Muhamad bin Abi Bakar bin Umar bin Abi Bakar bin Muhamad bin Sulaiman bin Ja'far Addamamini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Muhamad bin Muhamad bin Hasan bin Ali bin Yahya Ibnu Muhamad bin Kholfullah bin Kholifah Assyumna.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Abu Abdullah Muhyiddin Muhamad bin Sulaiman bin Saad bin Mas'ud Arrumi Albar'ami dan dikenal dengan AlKafiji.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Thobaqoh Kedelapan;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Zainuddin kholid bin Abdullah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abu Fadl Jalaluddin Abdurrohman bin Abi Bakar bin Muhamad bin Sabiq bin Utsman bin Muhamad bin Khidir bin Ayyub bin Muhamad bin Hamam dan dikenal dengan nama panggilan Assuyuthi karena berasal dari daerah Assyuth yaitu salah satu propinsi di Mesir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abu Hasan Nuruddin Ali bin Muhamad bin Isa bin Yusuf bin Muhamad Al-Asymuni.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Syihabuddin Ahmad Ashibagh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Thobaqoh Kesembilan; masa Utsmani :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu Bakar Syihabuddin Ismail bin Umar bin Ali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abdullah bin Abdurrohman bin Ali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Yasin bin Zainuddin bin Abi Bakar bin Alam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Yusuf bin Salim bin Ahmad Alkhafani (Khafana adalah daerah Mesir Utara).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Abu Irfan Muhamad bin Shobban.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Thobaqoh Kesepuluh; periode sekarang :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Muhamad bin Ahmad 'Arfah Addasuqi. Lahir di desa Dasuq dari propinsi Kafur Syekh, Mesir. Merantau ke Kairo sejak kecil.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Hasan bin Muhamad bin Mahmud Al-Attor. Berasal dari Maroko.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Hasan bin Ali Qowaidir Alkholili.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Muhamad bin Musthofa bin Hasan Alkhudhori.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Abdulhadi Naja Al-Ibari<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">STUDI NAHWU MADZHAB ANDALUSIA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. PENAKLUKAN ISLAM ATAS ANDALUSIA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada masa khalifah Umawiyah yang dipimpin oleh al-Walid ibnu Abdul Malik (93H-711 M), Panglima Arab Musa ibnu Nasir telah menyelesaikan dalam menguasai negara Magrib yang diwakilkan kepada Tariq bin Ziyad dengan pasukan 7000 dari kaum muslimin. Mayoritas mereka dari kelompok Barbar dan minoritas dari Arab untuk memerdekakan negara Andalusia. Setelah dikalahkan oleh Lylyan ‘Amil Luzariq, salah satu benteng di Afrika yang belum pernah ditaklukan oleh kaum muslimin sebelumnya, maka setelah berhasil menaklukkan Luzariq, kaum muslimin yang dipimpin oleh Tariq bin Ziyad berhasil melewati Laut Andalusia kemudian terakhir menuju Syarmain. Pada bulan Ramadhan mereka memerdekakan orang-orang muslim Syarmain tepatnya pada tahun ke-92H/717M. Dimana saat itu telah berdiri pemerintahan Islam, di Andalusia. Saat itu terjadi krisis panjang di pulau Qurabah selatan selama delapan abad. Penaklukan itu meliputi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Masa Penaklukkan (Al-Wulat)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dimulai sejak penaklukan yang dipimpin oleh Tariq bin Ziyad (92H/712M) dan berakhir dengan berdirinya Daulah Umawiyah di tangan Abdurrahman ad-Dakhil yang dijuluki dengan rajawali Quraisy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Masa Bani Umawiyah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Diawali dengan berdirinya Daulah Bani Umawiayah oleh Abdurrahman ad-Dakhil dan berakhir dengan jatuhnya saat pembesar Qortuba memilih pemerintahan berbentuk Republik (422H/1031M)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Masa Mulukut Tawaif<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Diawali dengan runtuhnya Daulah Bani Umawiyah yang dipimpin oleh Yususf bin Tasyifin (493H/1092M)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Masa Al-Murabitin<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Diawali daei Yusuf bin Tasyifin menguasai Andalusia dan berakhir dengan jatuhnya negara tersebut dan berdiri Daulah al-Muwahidin (541H/1146M)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Masa al-Muwahidin<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awal berdirinya dengan runtuhnya Daulah al-Murobbitin dan diakhiri dengan jatuhnya muwahhidin dimana saat itu orang-orang Nasrani sebagai kaum mayoritas memusuhi kaum muslimin sebagai minoritas. Orang-orang muslim dikucilkan dalam komunitas yang sedikit daei selatan kerajaan Qurtubah di bawah pemerintahan al-Ahmar.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Masa al-Gharnaty<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dimulai dari berdirinya kerajaan Ghurnato (668H-1369M) dan berakir dengan diserahkannya al-Madinah al-Islamiyah kepada orang-orang Nasrani Isbania (891H/1492). Dengan demikian berakhirlah penaklukan Arab di Andalusia. Dan jatuhnya pulau persia di tangan orang-orang Nasrani maka terlepaslah hubungan politik dengan kerajaan Islam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. ILMU NAHWU DI ANDALUSIA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dimulainya perbincangan ilmu nahwu di Andalusia, Negara Arab Timur. mempunyai dua faktor penting:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Setelah permasalahan Andalusia dengan negara Timur Irak, maka tersebarlah kajian Nahwu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Tenggelamnya Arab sejak masuknya Andalusia kepada purifikasi dari Faronjah dengan mengikuti jejak mereka untuk menguatkan kekuasaan mereka yang diawali dari aspek peradaban dan pemikiran.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dua khalifah Bani Umawiyah hampir memerdekakan pemerintahan Andalusia dan menguatkan kekekuasaan pemerintahan mereka. Khalifah membuat peraturan penaklukan dengan menganjurkan para ulama untuk menuntut ilmu dan memberikan hadiah bagi mereka yang gemar mengkaji dan meneliti. Kegemaran penulisan merupakan aktifitas untuk mengembalikan kemuliaan pemerintahan bani Umawiyah yang telah dibinasakan oleh Bani Abbas di negara Timur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tentunya ilmu bahasa/linguistik bermula di segala penjuru untuk mempelajari al-Qur’an, membaca as-Sunnah an-Nabawiyah dan riwayat-riwayatnya, fiqh mazhab serta hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, tujuan laian mempelajari bahasa adalah untuk memahami al-Quran, mengetahui riwayat as-Sahihah dan Hadist an-Nabawiyah dan keberlangsungan kebenaran agama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemudian di Andalusia terdapat para penulis dan guru-ruru yang mengajarkan para pemuda di Cordova peradaban Andalusia, awal mula bahasa Arab, nash-nash dan syair-syair dengan tujuan untuk menghapal al-Quran dam kebenaran bahasa dan membacanya. Mayoritas mereka adalah qori al-Quran. Mereka bepindah ke negara Timur dan mengajarkannya kepada orang lain sehingga menghasilkan hukum-hukum fiqih dan kaidah-kaidah bahasa. Diantara qori terkenal adalah Abu Musa al-Hawari yang berpindah ke Masyriq (timur) dan menjumpai Malik dan mendapatkan ilmu fiqih begitu pula ia menjumpai al-Asma’iy dan Abu Zaid al-Anshary dan al-Qori, Ibnu Qois yang memulai qiraah dari Nafi’ bin Na’im (qori penduduk Madinah) dan dia belajar qiraahnya dari Usman bin Said al-Misry yang dikenal dengan nama “Warsy” dan ia masukkan ke Andalusia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak diragukan lagi bahwasanya pembelajaran ilmu Nahwu mulai muncul di Andalusia sejak kembalinya Hudy bin Usman dari Masriq (timur) dan setelah berguru kepada al-Kasaiy dan al-Fara’iy dimana dia adalah orang yang pertama memasukkan buku-buku Nahwu berdasarkan mazhab mereka dan masih terus mempelajari nahwu al-kufy untuk murid-muridnya sampai ia meninggal pada tahun 198 dan setelah itu ,mumcul Mufraj bin Malik yang meletakkan penjelasan dari Kitab al-Kasaiy dan setelah itu datanglah Abu Bakar ibnu Khatib al-Makfuf yang meletakkan Buku Nahwu berdasarkan mazhab al-Kufy.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari yang telah disampaikan di atas maka jelaslah bahwa ilmu nahwu di Andalusia berawal dari mazhab kufy dan Mazhab ini berlangsung hampir satu abad di,mana berpindah ke masriq Muhammad ibnu Musa bim Hasyim yang terkenal dengan al-Ifsyniq yang meninggal tahun 307 dan dia menjumpai Abu Ja’far ad-Dinury di Mesir dan mengutip dari buku Sibawaih dan para muridnya di Cordova mulai membacanya begitu pula para sastrawan dan guru mulai mengajarkannya di sekolah dan yang paling terkenal adalah Ahmad bin Yusuf bin Hajaj.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemudian Muhammad bin Yahya al-Malabay ar-Rabahiy al-Jayaniy belajar ke Msir dengan Abu Ja’far an-Muhas dan belajar dari Sibawaih Novel/cerita dan kembali ke Cordova untuk dibaca oleh murid-muridnya untuk menjelaskan dan menafsirkan serta membantu untuk memenuhi keinginannya dalam ketepatan berpikir, mantiq dan penguasaanya dalam mengambil keputusan dan menganalisis al-ibarat. Sebagaimana Andalusia kembali dari Bagdad, Abu Aly al-Qoly yang membawa modal bahasa, syair dan nahwu dan terpenting yang ia bawa yaitu kitab sibawaih yang dikutip oleh Ibnu Dustuwiyah dan al-Mubarod dan ia condong kepada mazhab al-Basary dan dia mempertahankan dari segi pemikirannya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan demikian kita berpendapat bahwa Dirosah Nahwu di Andalusia berawal dari mazhab Kufy dan mengenyampingkan mazahb Basary selama seabad. Hampir pertengahan abad keempat kita jumpai kedua mazhab ini dapat berjalan beriringan diaana sebagian ulama stabil dalam menggunakan mazhab Kufy sedangkan ulama lainnya menggunakan mazhab Basary sedangkan kelompok ketiga menggunakan gabungan dari kedua mazhab ini. Sedangkan Muhammad bin Asim al-Asimy murid ar-Ribahy dan pembawa novel Kitab Sibawaih. Dan Ibnu Abban mempunyai dua penjelasan dari buku al-Kasai dan al-Ahfas dan ibnu al-Qurtuby menggabungkan kedua mazhab ini. Dan Abu Bakar az-Zubaidy yang menulis buku nahwu alwadih. Yang paling mengejutkan menjelang abad ke-5 kita menjumpai para ulama Andalusia yang mengutip mazhab al-Bagdady dan manhaj mereka mengikuti pemikiran al-Basariyin dan al-kufiyin dan yang paling terkenal dianrtara ulama tersebut adalah Ibnu Sayid ad-Darir (al-Mukhasas) dan al-Muhakam dimana ia menyebutkan pada mukaddimahnya (al-Muhakam). Sedangkan yang ia sebarkan berupa buku-buku nahwu klasik al-Mudamminah lita’lili lughah. Buku-buku Abu aliy al-Farisy, al-Halabiyah, al-Bagdadiyat, al-Ahwaziyat dan tadzkirah, al-Hujjah, dan al-idhah dan buku-buku Abu al-Fatah Usman bin abi Jana seperti al-Mu’rab, at-tamam, syarahahu li syi’r al-Mutammabu, al-Khosois dan sirrus shina’ah. At-Taakub dan al-Muhtasib.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan demikian al-A’lam Syatmir adalah orang yang pertama meletakkan dasar atau merintis di Andalusia menuju Bagdad dalam corak dan potensi sebagaimana dia merupakan yang pertama yang mengajak kepada al-‘ilal as tsanawiy sebagaimana dijelaskan dalam kitab “al-Jumal” yang ditulis oleh az-Zujajy al-Bagdady, dengan demikian berlngsunglah para ulama Andalusia dalam melanjutkan upaya-upaya tersebut dan mengutip dari referensi-referensi Nahwu dari tiga mazhab yaitu Kufy, Basry dan Bagdady.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sejak itu pelopor dalam kajian mereka adalah Kitab Sibawaih bahkan menjadi referensi rujukanya dan pergerakan keilmuwan di Andalusia berkembang dengan pilar utamanya dalah Kitab yang ditulis Sibawaih. Dan mereka berlomba-lomba menyusun Ilmu Nahwu yaitu ilmu yang dihargai sepanjang zaman meskipun terjadi kevakuman pada abad ke-7 H sehingga berhentilah dari perhatian para ulama. Dalam hal ini, Ibnu Said al-Magrib sebagaimana dikutip al-Makary dan ilmu Nahwu bagi mereka adalah tingkatan yang tertinggi sehingga bagi mereka pada zaman ini sebagaimana masa Kholil dan Sibawaih tidak bertambah kecuali hanya sedikit dan mereka banyak membahas di dalamnya sebagaimana mazhab–mazhab fiqih dan di dunia setiap ilmu tidak terlepas dari ilmu Nahwu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemudian terulang kembali masalah-masalah mazhab Andalusia modern terpecah dan kaidah-kaidahnya musnah terhambat perkembangan sehingga orang-orang Tumur (Masriq) berusaha untuk mengambil dan mengutipnya setelah keadaaan Andalusia melemah dengan jatuhnya Bagdad di tangan al Maglul dan terputuslah bantuan dari Irak dan mayoritas penduduk Andalusia pergi menuju negara Timur untuk menunaikan Haji, memimpin pengajaran dan memanfaatkan masjid dan sekolah di Timur disamping itu terdapat penulis dan penyusun keiluan seperti Ibnu Malik, Abi Hayan dan sebagainya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GENERASI NAHWU MAZHAB ANDALUSIA:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Generasi Pertama<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu Musa al-Hawary<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Al-Ghazy bin Qais<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Judy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Al-Ahdab<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Siwar bin Tariq<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Syamir bin namir<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Generasi kedua<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Abu Hursyan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Khusaib al-Kalby<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abdullah bin al-Ghazy bin Qais<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Ibnu Abi Ghazalah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Abdullah bin Siwal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Abdul malik bin Habib<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Bakr al-Kinany Said ar-Rasyas<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. Abbas bin Nasih<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Generasi ketiga<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Harsyan bin Abi Harsyan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ahmad bin Na’im as-Salma<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Abdul Malik bin Muhtar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Usman bin al-Matsani<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Ahmad bin Batry<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Usman bin Syinni<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Ibnu al-Rumlah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. Al-Laby<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">9. Muhammad bin Abdullah bin Ghazy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">10. Al-Khasyany<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">11. Abbas bin Farsan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">12. Muhammad bin Abdullah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Generasi keempat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Yazid bin Thalhah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Abu Shalih al-Maafiry<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Thahir bin Abdul Aziz<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Ibnu Hatib<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Al-Bughlu<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Generasi kelima<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Ufain bin Masud<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Ibnu Azhar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Ibnu Ma’afy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Al-Hakim<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Al-Qalfat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Al-Afsyiniq<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. Ibnu al-Aqbas<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. Ibnu Arqam<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">9. Zaid al-Barid<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">10. Al-Ghafiqy<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">11. Tsabit bin Abdul Aziz<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">12. Qasim (putra Tsabit bin Abdul Aziz).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f. Generasi Keenam<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Mundzir bin Said<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Yusuf al-Balwaty<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Ahmad bin Muhammad al-A‘raj<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Ahmad bin Yusuf<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Al-Maafiry<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Muhammad bin Yahya ar-Ribahy<o:p></o:p></span></div>Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-13504340966217218762011-01-08T07:51:00.000-08:002011-01-08T07:51:12.994-08:00PERKEMBANGAN ILMU NAHWUDorongan utama dari penyusunan Ilmu Nahwu ini adalah semata-mata untuk membentengi bahasa Arab dari kesalahan-ungkap (lahn) yang pada masa itu mulai menular serta merusak “edisi” Arab fusha.<br />
Dengan dilema yang ada, maka para ulama merasa khawatir atas keautentikan bahasa Arab yang akan berimplikasi pada pengkontaminasian cara membaca dan memahami al-Qur’an. Keprihatinan ini amatlah wajar sebab, sebelum bahasa Arab terjangkit lahn, masyarakat Arab sendiri sudah mendapat masalah internal dalam ketatabahasaan: mereka terbagi ke dalam klan (suku) yang bermacam-macam, tiap klan memiliki bahasa yang berbeda-beda antara satu dan yang lain. Upaya menyatukan bahasa menduduki urutan penting pertama sebelum memerangi virus lahn yang datang setelah agenda penaklukan (Arab: al-futûhât).<br />
Atas perintah Khalifah Ali ibn Abi Thalib, Abu al-Aswad al-Duali (Nama lengkapnya: Dhalim ibn ‘Amru ibn Sofyan ibn Hambal ibn Jundl ibn Sulaiman ibn Hils al-Duali al-Kinnani [1 SH-69 H/605-688 M]) berjuang untuk menyusun kaidah-kaidah dasar bahasa Arab yang akan menjadi rujukan di kala terjadi kesalahan-ungkap tersebut.<br />
Meski para sarjana bahasa berbeda pendapat tentang Abu al-Aswad sebagai peletak dasar Ilmu Nahwu. Namun tidak boleh dilupakan bahwa di sana banyak sekali pendapat yang menguatkan keabsahannya sebagai pioner Ilmu Nahwu (Arab: wâdhi`-u `Ilm al-Nahw-i) itu sendiri, seperti disinggung dengan bagus oleh Ahmad Amien, bahwa Ibn Qutaybah dalam kitab al-Ma’ârif mengafirmasi posisi Abu al-Aswad sebagai orang: “Yang pertamakali meletakkan dasar pondasi Nahwu”, Ibn Hajar pun dalam kitab Fî al-Ishâbah mengutarakan hal yang senada: “Orang yang pertamakali memberikan “titik” di mushaf dan meletakkan pondasi Nahwu adalah Abu al-Aswad.<br />
Inovasi yang digagas oleh Abu al-Aswad ini, lambat-laun, kemudian disambut hangat oleh para penduduk Arab dikala itu. Maka tak heran jika ilmu ini berkembang begitu pesatnya sehingga melahirkan banyak generasi mahir di bidang ilmu Bahasa Arab.<br />
Setelah Abu al-Aswad wafat, dua muridnya yaitu: Nashr ibn Ashim al-Laitsi (Wafat 89 H) dan Yahya ibn Ya’mur (Wafat 129 H) langsung siagap mengambil tongkat estafeta gurunya dalam mempelopori perkembangan bahasa Arab dari masa ke masa. Selang beberapa tahun kemudian, setelah kematian murid-murid Abu al-Aswad, munculah seorang ulama popular yang karya agungnya menjadi disiplin ilmu terkenal dalam sastra arab yaitu: Khalil ibn Ahmad al-Farahidi. Estafeta Khalil ini melahirkan murid brilian, Sibawaehi, dengan karya besarnya: “al-Kitâb”.<br />
Lagi-lagi di sini menarik sekali menyelipkan argument Ahmad Amien, bahwa Sibawaehi tercatat sebagai murid Khalil ibn Ahmad al-Farahidi, pengarang kitab “Mu’jam al-Ayn”, darinya pula ia belajar gramatika bahasa Arab dengan benar. Ahmad Amien memuji Khalil telah memberi sumbangsih banyak dalam memperkaya khazanah Nahwu, tapi herannya selepas al-Kitâb Sibawaehi muncul pamor nomer satu Khalil merosot. Malah, seperti amatan Ahmad Amien, dalam kitab al-Zubaidi Mukhtasar Kitâb al-`Ain misalnya, menyebut al-Kitâb karya Sibawaehi telah melumpuhkan kitab-kitab Nahwu sebelumnya dan mematahkan kitab-kitab Nahwu yang datang setelahnya. Ini adalah isyarat bahwa peran Sibawaehi sudah melampaui gurunya sendiri.<br />
2. Polemik ahli nahwu basrah dan kuffah<br />
Sejarah mencatat bahwa formulasi gramatika bahasa Arab tidak berjalan mulus apa adanya, di sana ada pergolakan yang akut. Kiranya tiga kota besar: Bashrah, Kuffah dan Baghdad, patut diperhitungkan untuk meninjau kasus polemik ilmu Nahwu.<br />
Di antara tiga kota besar itu adalah Bashrah dan Kuffah yang banyak mewarnai polemik pembahasan ilmu bahasa Arab. Faktor penyebabnya tiada lain karena kedua kota tersebut sama-sama memiliki ulama ahli bahasa andalan. Bashrah memiliki pakar bahasa sekaliber Khalil ibn Ahmad al-Farahidi dan Sibawaehi, sedangkan di Kuffah, sejak munculnya Abu Ja’far al-Ruasi kemudian disusul dua orang muridnya: al-Farra’ dan al-Kisa’i, tercatat menjadi lawan (oposan) bagi ulama bahasa Bashrah.<br />
Penting diketahui bahwa imbas perbedaan ulama Bashrah dan Kuffah, dengan sendirinya, membuat Mazhab pemikiran keduanya berbedah drastis. Aliran Bashrah berpijak pada qiyas karena terpengaruh pada logika Yunani yang kuat waktu itu, sedangkan Kuffah lebih tergiur pada pendengaran (sama’ie).<br />
Sementara itu kegiatan mengembangkan bahasa di Bahsrah dan Kuffah semakin sistematis, masing-masing dari dua kubu tersebut memiliki sebuah majlis khusus bagi pecinta bahasa maupun syi’ir. Majlis hanya digunakan untuk mengkaji, mendalami, dan meningkatkan bakat bahasa Arab. Kelompok ini kemudian dikenal dengan “madrasah”. Dalam perkembangannya, Bashrah telah mendirikan madrasahnya jauh lebih lama daripada Kuffah, dengan selisih 100 tahun lamanya. Di Bashrah nama madrasah itu “Ukadz” yang berdiri sejak zaman jahiliyah, sementara nama madarasah di Kuffah adalah “al-Naqasyah”.<br />
Dalam mempelajari ilmu tata Bahasa Arab, prioritas yang harus diutamakan adalah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharf sebagaimana kata sebagian ulama: إعلم أن الصرف أم العلوم والنحو أبوها Ilmu Sharf diasumsikan induk segala ilmu, sebab ilmu inilah yang dapat melahirkan semua bentuk kalimat, sedangkan kalimat-kalimat itu menjadi petunjuk segala ilmu. Adapun Ilmu Nahwu diasumsikan sebagai bapaknya karena ilmu inilah yang mengatur susunan kalimat tersebut.Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-26408710766445096002011-01-08T07:45:00.000-08:002011-01-08T07:45:42.986-08:00TOKOH-TOKOH ULAMA’ BASRAH1. Abdullah bin Abu Ishak<br />
Ia belajar al-Qur’an dari Yahya bin Ya’mur dan Nashr bin Ashim dan belajar nahwu dari Maimun al-Aqran. Dikatakan bahwa ia belajar nahwu dari Yahya bin Ya’mur. Hatim meriwayatkan dari Dawud bin Zibriqah dari Qatadah bin Da’amah ad-Daus, ia berkata:”Orang pertama yang menyusun nahwu setelah Abul Aswad adalah Yahya bin Ya’mur, dan belajar darinya Abdullah bin Abu Ishak.<br />
2. Sibawaih<br />
Adalah Sibawaehi (Nama lengkapnya: ‘Amr ibn Utsman Ibn Qunbar [148-180 H./765-795 M.]) pengarang al-Kitâb yang terkenal itu. Julukannya adalah: “Abu Bisyr” tapi orang banyak mengenalnya: “Sibawaehi”. Dalam bahasa Persia, kata Sibawaehi artinya: harum buah apel.Imam pakar Ilmu Nahwu ini dilahirkan di suatu komunitas besar di kota Baidha’, salah satu kota di propinsi Istikhar, Persia (Iran sekarang).<br />
Dalam umur yang relatif dini, Sibawaehi kecil bersama keluarganya hijrah ke kota Bashrah meninggalkan tanah kelahirannya, Baidha’. Dunia metropolitan Bashrah yang menjadi basis keilmuan Islam saat itu merupakan saksi awal keilmuan Sibawaehi dibangun dan ditata. Di situlah tempat ia menuntut ilmu bersama para ulama-ulama terkemuka di zamanya hingga ajal menjemput di usia yang belum terlalu tua, tahun 180 H. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang di kota Ahwaz, Iran.<br />
Hingar-bingar keilmuan Bashrah membuat Sibawaehi kecil kerasan alias beta, dengan tekun ia belajar Hadits dalam halaqah Syeikh Himad ibn Salamah ibn Dinar, salah seorang Muhadist termashur saat itu. Dalam kegigihan itu, Sibawaehi mendapati lahn (kesalahan-ungkap) pada pembelajaran Syeikh ketika membacakan beberapa hadist Nabi. Ia kecewa dengan sang guru. Dirinya bertekat tidak mengulangi kesalahan tersebut (lahn) sebagaimana telah dialami Syeikh Himad. Di sinilah awal Sibawaehi tergiur belajar bahasa Arab agar terhindar dari lahn yang mengjengkelkan itu.<br />
Karya Sibawaih adalah Kitab Sibawaih, tak seorang pun yang tahu kapan penyusunan kitab tersebut. Dalam menyusun kitab ini, Sibawaih banyak mengambil manfaat dari ilmu yang dimiliki Khalil. Sibawaih meriwayatkan dalam kitabnya tentang para ahli nahwu, meskipun tidak jelas apakah dia bertemu mereka atau belajar dari mereka secara lisan, mereka itu adalah Abu Umar bin Ula, Abdullah bin Abi Ishak, Al-Ru’as dan para ahli Kuffah.<br />
Tambahan<br />
Ada dua sumber yang dipakai Sibawaih sebagai argumentasi dalam menguatkan pendapatnya mengenai sebuah persoalan tatabahasa, yaitu puisi Arab dan hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam kitabnya, Sibawaih menggunakan kurang lebih seribu lima ratus bait puisi. Banyak dari puisi-puisi tersebut tidak disebutkan sumbernya, entah karena penciptanya sudah meninggal atau memang tidak diketahui. Karena takut salah, kadang-kadang Sibawaih mencantumkan dua bahkan lebih sumber untuk satu puisi. Puisi-puisi itu ada yang dinyatakan bersumber dari gurunya atau dari pendengarannya sendiri. Syaikh Muhammad ath-Thanthawy menyatakan adanya tiga puluh satu puisi tanpa sumber yang jelas, sedangkan Syaikh ‘Abdul Qadir al-Baghdady menyebut angka lima puluh. Berikut ini kami sampaikan pendapat beberapa ulama terkait puisi-puisi tanpa sumber ini.<br />
1. ‘Uqaibah bin Hubairah al-Asady<br />
مُعَـاوِىَ إِنَّـنَا بَشَـرٌ فَأَسْـجِحْ فَلَسْـنَا بِالْجِـبَالِ وَلاَ الْحَـدِيْـدَ ا<br />
Sibawaih menyatakan bahwa kata الحديدا itu mansub karena ma‘thuf kepada kata الجبال . Kata الجبالitu sendiri mansub, sedangkan ba’ adalah zaidah. ‘Uqaibah menyatakan bahwa Qutaibah menyalahkan pendapat Sibawaih di atas dan kata الحديدا harus dibaca majrur sebagaimana umumnya qasidah puisi Arab. Al-Mubarrad juga mengikuti pendapat Qutaibah ini.<br />
2. Nahsyal bin Hurry<br />
لِيُـبْكَ يَـزِيْدٌ ضَـارِعٌ لِخُصُـوْمَـةٍ وَمُخْتَـبِطٌ مِمَّـا تُطِـيْحُ الطَـوَائِـحُ<br />
Sibawaih menyatakan bahwa kata ضـارع marfu‘ karena merupakan naibul fa‘il yang sudah diketahui dari kata ليـبك . Nahsyal menyampaikan pendapat al-Ushmu‘i yang menyangkal pendapat ini, karena tidak ada na’ibul fa‘il dari fi‘l mahzhuf. Kata يـزيد harus tetap mansub, sedangkan kata ضـارع adalah fa‘il.<br />
3. Al-Akhthal<br />
كُرُّوْا إِلَى حَرَّتَيْكُمْ تَعْمُرُوْنَهَا كَمَا تَكِرُّ إِلَى أَوْ طَانِهَا الْبَقَرُ<br />
Sibawaih menggunakan bentuk di atas untuk orang kedua ketika dia menggunakan bentuk حَرَّتـَيْكُـمْ تَعْـمُرُوْ نَهُـمَا . Al-Akhtal menyampaikan kritik Syaikh Muhammad ath-Thanthawy mengenai bait syair di atas. Bentuk di atas seharusnya digunakan untuk orang ketiga, bukan untuk orang kedua. Bagi ath-Thantawy, Sibawaih seharusnya menggunakan bentuk حَرَّتـَيْهِـمْ يَعْـمُرُوْ نَهُـمَا<br />
Dalam menyusun kitabnya, Sibawaih telah menyusun materi-materi tatabahasa Arab dengan sistematis. Dari satu bagian ke bagian lain terdapat jalinan yang padu sehingga memudahkan para pembaca. Dalam akhir bagian selalu ada epilog yang menyambungkan dengan bagian sesudahnya. Tidak ada pemisahan pembahasan dalam setiap bagian. Pembahasan dalam kitab Sibawaih berdasar pada contoh-contoh asli bahasa Arab agar dapat langsung menentukan antara bentuk kalimat yang benar dan yang salah. Kitab itu sendiri terdiri atas 820 bab. Penyusunan bab-bab itu berbeda dengan umumnya penulis dalam beberapa hal, yaitu:<br />
1. Urutan yang dipakai bukan pembahasan mengenai marfu‘at, kemudian manshubat, dan seterusnya, tetapi pembahasan dimulai dengan pembahasan fa‘il yang bersambung dengan pembahasan maf ‘ul, atau pembahasan mubtada’ yang disambung dengan pembahasan mengenai khabar.<br />
2. Mendahulukan pembahasan yang seharusnya di akhir dan mengakhirkan pembahasan yang seharusnya di awal, misalnya mendahulukan pembahasan musnad ilaih dan baru disambung dengan pembahasan musnad.<br />
3. Membahas dari masalah yang umum ke yang khusus, misalnya membahas tasghir secara umum, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai berbagai macam bentuk tasghir.<br />
4. Beberapa pembahasan dilakukan sampai selesai, misalnya pembahasan mengenai fa‘il dimulai dengan fa’il tanpa maf‘ul, fa‘il dengan satu maf‘ul, dan diakhiri fa‘il dengan dua maf’ul. Pada masa sekarang, pembahasan ini biasanya diletakkan pada pembahasan mengenai fi‘l muta‘adi dan lazim.<br />
5. Kadang-kadang suatu pembahasan berada dalam satu bab, sedangkan pembahasan yang lain berada pada bab yang lain agar mendapatkan kecocokan.<br />
6. Karena belum ada istilah-istilah baku untuk tatabahasa Arab, Sibawaih masih menggunakan kata-kata yang panjang untuk membuat judul suatu bab, misalnya untuk inna wa akhwatuha dia menggunakan kata-kata ‘bab mengenai lima partikel yang berfungsi seperti fi‘l terkait dengan kata-kata sesudahnya’.<br />
Kitab Sibawaih banyak mendapat pujian karena kelengkapannya. Di Basrah, kitab ini adalah kitab pokok ilmu tatabahasa Arab. Akan tetapi, banyak juga orang yang tidak percaya bahwa kitab ini adalah karya Sibawaih sendiri. Mereka mengira Sibawaih mengerjakan kitab ini bersama-sama orang lain. Kitab Sibawaih telah mengalami enam kali cetak. Cetakan pertama di Paris pada tahun 1881, disambung dengan cetakan kedua di Calcutta tahun 1887, cetakan ketiga di Jerman tahun 1895, cetakan keempat di Kairo tahun 1898, cetakan kelima di Baghdad, dan cetakan keenam di Kairo tahun 1966.<br />
3. Al-Akhfasy al-Awsath<br />
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Sa‘id bin Mas‘adah, hamba Bani Mujasyi‘ bin Darim bin Malik bin Hanzhalah bin Zaid Manah bin Tamim. Al-Akhfasy adalah sebutan karena matanya kecil dan penglihatannya lemah. Abu al-Hasan Sa‘id bin Mas‘adah dikenal sebagai “al-Akhfasy al-Shaghir” sedangkan ‘Abdul Hamid bin ‘Abdurrahman dikenal sebagai “al-Akhfasy al-Kabir”. Al-Akhfasy dilahirkan di Balkh, sedangkan riwayat yang lain mengatakan di Khawarizm. Dia datang ke Basrah untuk menuntut ilmu kepada Sibawaih. Al-Akhfasy dikenal sebagai pengikut Mu‘tazilah, walaupun ada yang mengatakan bahwa dia pengikut Qadariyyah-Murji’ah aliran Abu Syimr. Al-Akhfasy adalah teman dekat Sibawaih ketika dia terusir dari Baghdad karena kalah berdebat dengan al-Kisa’iy. Al-Akhfasy adalah sumber utama konsep tatabahasa Arab yang disusun Sibawaih karena tidak ada satu konsep pun dari tatabahasa Sibawaih yang tidak dibaca al-Akhfasy. Al-Kisa’iy sendiri secara rahasia meminta al-Akhfasy untuk membacakan kitab Sibawaih dan memberikan hadiah lima puluh dinar.<br />
Sebenarnya, al-Akhfasy adalah penggagas utama mazhab Kufah. Al-Kisa’iy secara khusus menempatkan al-Akhfasy di sampingnya dengan segala kemuliaan. Al-Akhfasy sendiri adalah guru putra-putra al-Kisa’iy. Banyaknya kemuliaan yang diterima al-Akhfasy di Baghdad mengakibatkan lunturnya semangat Basrah dan mendekatkan dia ke mazhab Kufah. Al-Akhfasy mulai membantah pendapat gurunya, Sibawaih serta al-Khalil, dan membantu para ulama aliran Kufah dalam menyusun mazhab mereka. Al-Akhfasy menunjukkan kepada para ulama Kufah beberapa pendapat berbeda mengenai tatabahasa yang kemudian mereka ikuti. Beberapa pendapat yang diikuti di antaranya:<br />
1. Min jarr za’idah dalam kalimat aktif, misalnya<br />
لَـقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَـأِ الْمُرْسَلِيْـنَ (الأنعام )<br />
2. Pemberlakuan ketentuan inna ketika ditambah ma, misalnya إِنَّمَـا زَيْـدًا قَائِمٌ .<br />
3. Penggunaan tanwin pada kata ثَالِثٌ dan nashb pada kata ثَلاَثَةً dalam frase ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ<br />
4. Penggunaan lam al-ibtida’iyyah pada ni‘ma dan bi’sa, misalnya إِنَّ مُحَمَدًا لَنِعْمَ الرَّجُلِ<br />
5. Marfu‘ pada zharf yang muqaddam, misalnya أَمَامُـكَ زَيْـدٌ .<br />
Al-Akhfasy dikenal sangat cerdas. Para ulama mengakuinya karena banyak sekali kitab yang dia susun, yaitu al-Awsath, al-Maqayis, al-Isytiqaq, al-Masa’il, Waqf at-Tamam, al-Ashwat, Tafsir Ma‘ani al-Qur’anil-Karim, al-Arba‘ah, al-‘Arudh, al-Qawafi, Ma‘anisy-Syi‘r, al-Muluk, dan al-Ghanam: Alwanuha wa ‘Ilajuha. Ada beberapa pendapat mengenai tahun wafatnya al-Akhfasy, yaitu tahun 211 H, 215 H, 221 H, dan 225 H.<br />
4. Al-Mubarrad<br />
Dia bernama Abu al-‘Abbas Muhammad bin Yazid bin ‘Abdul-Akbar bin ‘Umair bin Hasan bin Salim bin Sa‘d bin ‘Abdullah bin Yazid bin Malik bin al-Charits bin ‘Amir bin ‘Abdullah bin Bilal bin ‘Auf bin Aslam bin Achjan bin Ka‘b bin al-Charits bin Ka‘b bin ‘Abdullah bin Malik bin Nashr bin al-Azd bin al-Ghauts. Nama al-Mubarrad diberikan oleh al-Maziny kepada Muhammad bin Mazid dia menyusun kitab “al-Alif wal-Lam”. Dia berguru pada al-Jurmy, al-Maziny, dan as-Sijistany. Al-Mubarrad terkenal kikir karena menganggap bahwa kaya itu disebabkan oleh banyak menyimpan sedangkan miskin itu oleh banyak memberi.<br />
Sebagaimana al-Maziny, al-Mubarrad memprioritaskan perumusan kaidah dengan teknik mendengar langsung (sima‘). Hal ini berbeda dengan Sibawaih. Misalnya dalam hal taskin pada fi‘l mudhari‘ pada puisi:<br />
فَالْيَـوْمَ أَشْرَبْ غَيْـرَ مُسْتَـحْقِب إِثْـمًا مِـنَ اللهِ وِلاَ وَاغِـلِ<br />
Sibawaih memperbolehkan taskin pada kata أَشْرَبْ, sedangkan menurut al-Mubarrad, bacaan yang benar adalah فَالْيَـوْمَ اشْرَبْ. Demikian juga dengan dhamir jarr sebagai ganti dari dhamir raf‘ dalam kata لَـوْلاَكَ seperti dalam puisi:<br />
أَوْمَـتْ بِكَـفَّيْـهَا مِنَ الْهَـوْدَجِ لَـوْلاَكَ هَـذا الْعَـامُ لَمْ أَحْجُـجْ<br />
Menurut al-Mubarrad, bacaan seperti ini salah karena dhamir raf‘ di atas tidak bisa diganti, misalnya dalam ayat: لَوْلاَ أَنْـتُمْ لَكُنَّـا مُـؤْمِنِـيْنَ (سبأ : 31) . Kata di atas seharusnya dibaca لَـوْلاَ أنْتَ bukannya لَـوْلاَكَ . Pendapat yang lain adalah tasghir dari kata إِبْرَاهِيْـم dan إِسْمَاعِيْـل . Menurut Sibawaih, kedua kata di atas menjadi بُرَيْـهِيْـم dan سُمَيْعِيْـل . Adapun menurut al-Mubarrad, kedua kata itu menjadi أُبَيْـرِيْـه dan أُسَيْـمِيْـع karena alif pada kedua kata di atas adalah asli.<br />
Pada masa khalifah al-Mutawakkil, al-Mubarrad pernah dimintai fatwa terkait dengan kata انـها pada ayat<br />
وَمَـا يُشْعِرُكًمْ اَنَّـهَا إِذَا جِـا ءَتْ (الأنعام : 109)<br />
apakah dibaca اَنَّـهَا atau إِنَّـهَا . Permintaan ini terkait dengan perbedaan pendapat antara khalifah dengan al-Fath bin Khaqan. Khalifah dan umumnya ulama membaca dengan اَنَّـهَا. Al-Mubarrad menganggap bacaan itu salah dan menyatakan yang benar adalah إِنَّـهَا. Akan tetapi, al-Mubarrad tidak berani menyatakan hal ini di depan khalifah dan hanya menyembunyikan pendapatnya.<br />
Al-Mubarrad banyak menyusun kitab yang penting, di antaranya: Nasab ‘Adnan wa Qachthan, I‘rabul-Qur‘an, al-Ittifaq wal-Ikhtilaf minal-Qur‘anil-Majid, al-Fadhil, al-Kamil, al-Muqtadhab, al-Isytiqaq, at-Tashrif, al-Madkhal li-Sibawaih, Syarch Syawahidul-Kitab, Ma‘na Kitab lil-Akhfasy, ar-Radd ‘ala Sibawaih, Dharuratusy-Syi‘r, Generasi Nuchatil-Bashriyyin, al-Maqshur wal-Mamdud, dan al-Qawafy. Dia meninggal pada hari Senin tanggal 28 Dzulhijjah 286 H dan dimakamkan di sebuah rumah depan pintu masuk kota yang dibelinya. Al-Mubarrad adalah satu-satunya ulama peride kedelapan dan periode ini memiki kelebihan dibandingkan periode sebelumnya, di antaranya:<br />
a. Menyusun sebuah kitab berdasarkan pendapat sendiri.<br />
b. Menggunakan pendapat ulama terdahulu dalam beberapa pembahasan.<br />
c. Pembahasan dalam bermacam-macam bidang ilmu.<br />
d. Penggunaan metode-metode baru dalam tatabahasa, seperti qiyas, sima‘, ta‘lil, ‘awamil, dan ma‘lumat.<br />
e. Banyaknya diskusi.<br />
TOKOH-TOKOH ALIRAN KUFAH<br />
1. Al-Kisa’i<br />
Nama lengkapnya Abu Hasan Ali ibn Hamzah, berkebangsaan Persia. Sedangkan “al-Kisa’i” merupakan julukan yang diberikan kepadanya. Sebagaimana diriwayatkan bahwa julukan tersebut diperoleh karena beliau menghadiri sebuah majlis Hamzah ibn Habib az-Ziyat dengan memakai baju (كساء) hitam yang mahal. Ketika absent, sang guru pun menyakan ketidakhadirannya kepada hadirin : apa yang telah dilakukan oleh si pemakai baju bagus?. Sejak saat itu, beliau lebih dikenal dengan panggilan al-Kisa’i. Dia lahir di Kufah, pada tahun 119 H dan wafat pada 189 H dalam perjalanannya menuju Tus (sebuah wilayah di Persia).<br />
Al-Kisa’i giat mengikuti beragam majlis qira’ah dengan guru-guru yang beraneka pula. Salah satunya, pembacaan syair yang dipimpin oleh Khalil ibn Ahmad. Hingga akhirnya Al-Kisa’i paham bahwa syair-syair tersebut bersumber dari masyarakat Badui yang bermukim di Hijaz, Nejed dan Tihamah. Untuk memuaskan rasa keingintahuannya, beliau mendatangi masyarakat tersebut dengan menuliskan setiap apa yang didengarnya sehingga menghabiskan 15 botol tinta.<br />
Peran al-Kisa’i dalam Mendirikan Madrasah Kufah<br />
Keseriusannya dalam mempelajari nahwu dan kemudian menuliskannya. Ketika bermukim di Baghad, Al-Kisa’i konsen terhadap perkataan bangsa Arab kota yang bukan tidak mungkin mengandung kesalahan dalam pelafalan yang didengarnya. Al-Kisa’i tidak puas, dari sinilah berawal lahirnya dua madzhab; antara Kufah dan Bashrah, perdebatan antara Sibawaih dan Al-Kisa’i yang terkenal dengan a-Mas’alah az-Zanburiyah. Perdebatan ini dimenangkan oleh Al-Kisa’i dan moment ini menjadi tonggak stabilitas madzhab Kufah. Namun demikian, setelah kematian Sibawaih, Al-Kisa’i pun membaca “Kitab Sibawaih” (satu-satunya buku yang ditulis Sibahwaih), meskipun dengan cara sembunyi-sembunyi.<br />
Karakterisitik generasi kedua:<br />
a. pembahasan yang mendalam<br />
b. menggunakan siasat untuk meraih pengetahuan; membaca “Kitab Sibawaih” secara sembunyi-sembunyi<br />
c. berdiskusi dengan para tokoh aliran Basrah<br />
d. penulisan dan pembukuan, seperti buku yang ditulisnya: Ma’anil Qur’an, Mukhtashirun fi an-Nahwi, al-Hudud an-Nahwiyah, dan lainnya.<br />
2. Al-Fara’<br />
Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya ibn Ziyad ibn Abdullah ibn Marwan ad-Dailumiy. Lahir di Kufah pada tahun 144 H, berkebangsaan Persia dan meninggal pada tahun 207 dalam perjalanannya menuju Mekkah. Menghabiskan hidupnya dengan mempelajari qira’ah, tafsir, syair dari Abu Bakar ibn ‘Ayyas dan Sufyan ibn ‘Iyyinah. Sedangkan guru bahasa dan nahwunya adalah Abi Ja’far ar-Ru’asiy dan al-Kisa’i Beliau juga seorang murid Al-Kisa’i yang banyak mendapat pengetahuan riwayat mengenai bangsa Arab dari Gurunya<br />
Selanjutnya, beliau juga meneruskan studinya ke Bashrah setelah kematian Khalil ibn Ahmad, yang kemudian posisinya digantikan oleh Yunus ibn Habib. Hingga akhirnya, dia belajar kepada Yunus mengenai nahwu dan bahasa. Adapun karya-karyanya cukup banyak, yang di antaranya adalah: Lughatu al-Qur’an, an-Nawadir, al-Kitaab al-Kabiir fi an-Nahwi, dan lainnya.<br />
3.Tsa’lab<br />
Nama lengkapnya adalah Abu al-Abbas Ahmad ibn Yahya ibn Yazid, tetapi terkenal dengan Tsa’lab. Beliau berkebangsaan Persia, namun lahir dan tumbuh di Baghdad. Tahun kelahirannya pada 200 H. Sejak kecil sudah mempelajari berbagai ilmu; membaca, menulis, menghapal al-Qur’an dan sya’ir Arab. Karyanya:<br />
a. Majaalis Tsa’lab; di dalamnya merangkum berbagai pemikirannya tentang nahwu, bahasa, makna al-Qur’an dan syair-syair asing<br />
b. Al-Fashih<br />
c. Qawaaidu asy-Syi’ri<br />
Adapun karyanya yang membahas tentang nahwu adalah:<br />
a. Ikhtilafu an-Nahwiyiin<br />
b. Ma Yansharifu wa ma laa yansharif<br />
c. Haddu an-Nahwi<br />
Karakteristiknya:<br />
a. Pengetahuan yang beraneka ragam; nahwu, bahasa, balaghah dan lainnya<br />
b. Banyaknya penulisan dari berbagai ilmu pengetahuanUmar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-49863567974404798012011-01-06T00:14:00.000-08:002011-01-06T00:14:03.790-08:00KELAHIRAN ILMU NAHWUIlmu Nahwu (gramatika bahasa Arab) sejak awal perkembangannya sampai sekarang senantiasa menjadi bahan kajian yang dinamis di kalangan para pakar linguistik bahasa Arab. Sebagai salah satu cabang linguistik (ilmu lughah), Ilmu Nahwu dapat dipelajari untuk dua keperluan. Pertama,Ilmu Nahwu dipelajari sebagai prasyarat atau sarana untuk mendalami bidang ilmu lain yang referensi utamanya ditulis dengan bahasa Arab, misalnya Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, dan Ilmu Fiqih. Kedua, Ilmu Nahwu dipelajari sebagai tujuan utama (sebagai spesialisasi Linguistik bahasa Arab). Dua bentuk pembelajaran (learning) Ilmu Nahwu itu telah menjadi tradisi yang berkembang secara berkesinambungan di kalangan masyarakat Arab (Islam) dahulu sampai sekarang. Hampir semua pakar agama Islam sejak akhir abad kesatu Hijriah sampai sekarang mempunyai penguasaan yang baik terhadap Ilmu Nahwu. Bahkan tidak jarang dari mereka yang menjadi pakar dalam bidang nahwu di samping kepakaran mereka dalam bidang agama. Sebagai contoh, Imam Ibnu Katsir, An-Nawawi, Jalaluddin As-Suyuthi, Ibnu Hisyam, dan Az- Zamakhsyari adalah tokoh-tokoh handal dalam bidang ilmu agama, dan pada saat yang sama kepakaran mereka dalam bidang Ilmu Nahwu juga diakui di kalangan ulama. Di Indonesia, tokoh-tokoh agama semisal Syekh Nawawi Banten, Buya Hamka, Prof. Mahmud Yunus, dan K.H. Bisri Musthafa juga mempunyai penguasaan nahwu yang mendalam,bahkan rata-rata mereka telah menulis atau menerjemahkan lebih dari satu judul buku tentang nahwu. Sementara itu, tokoh-tokoh nahwu seperti Imam Sibawaih, Al-Farra', Ibnu Jinny, dan Ibnu Yaisy, lebih dikenal sebagai pakar dalam bidang Ilmu Nahwu. Al-Fadlali (1986) dalam bukunya Mara:kizud-Dira:sat an- Nahwiyyah membagi perkembangan Ilmu Nahwu secara kronologis berdasarkan kurun waktu dan peta penyebarannya. Di bagian akhir bukunya dia membuat skema perkembangan Ilmu Nahwu sebagai berikut<br />
<br />
Tabel 1. Peta Perkembangan Ilmu Nahwu<br />
Pusat Perkembangan Abad Hijriah ke<br />
Bashrah, Mekah, Medinah<br />
Kufah, Baghdad, Mushal, Irbal, Andalus 1<br />
Marocco, Persi 2<br />
Mesir 3<br />
Damaskus, Haleb 4<br />
Nejed, Yaman 5<br />
Hulah, Eropa 6<br />
India 7<br />
Romawi 8 <br />
Rusia, Amerika, Afrika non-Arab 14<br />
<br />
Dari peta di atas tampak bahwa Al-Fadlali tidak memasukkan negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia dalam peta perkembangan nahwu. Padahal bagaimanapun juga di negara-negara itu perkembangan nahwu cukup pesat. Di samping itu, ia juga tidak mengemukakan alasan mengapa ia langsung melompat dari abad ke 8 menuju abad ke14 dengan mengabaikan lima abad yang ada di antaranya. Namun, terlepas dari kekurangannya, bagan tersebut cukup berarti dalam<br />
memberikan gambaran secara global tentang peta perkembangan Ilmu Nahwu. Sementara itu, Dlaif (1968) membagi perkembangan Ilmu Nahwu berdasarkan aliran-aliran (madzhab) dengan menyebutkan sejumlah tokoh yang dominan pada setiap aliran. Ia menyebutkan secara kronologis lima aliran nahwu sebagai berikut.<br />
(1) aliran Bashrah,<br />
(2) aliran Kufah,<br />
(3)aliran Baghdad<br />
(4) aliran Andalusia, dan<br />
(5) aliran Mesir. <br />
<br />
Dua aliran pertama, Bashrah dan Kufah, disebutnya sebagai aliran utama, karena keduanya mempunyai otoritas dan independensi yang tinggi, kedua aliran tersebut juga mempunyai pendukung yang banyak dan fanatik, sehingga mampu mewarnai aliran-aliran berikutnya. Adapun tiga aliran yang lain disebutnya sebagai aliran turunan yang berinduk pada salah satu aliran utama atau merupakan hasil paduan antara keduanya. Di Indonesia, sejalan dengan perkembangan agama Islam, Ilmu Nahwu juga banyak dipelajari. Akan tetapi, pembelajaran nahwu di Indonesia lebih banyak sebagai alat (untuk mempelajari bahasa Arab) dan bukan sebagai tujuan. Karena itu, referensi yang banyak dipelajari adalah buku-buku yang bersifat praktis dan textbook oriented yang substansinya mengacu pada peran nahwu sebagai alat bantu pembelajaran agama (Islam), sementara buku-buku yang bersifat historis teoretis cenderung kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika referensi nahwu yang banyak ditemukan di pesantren-pesantren maupun di kalangan perguruan tinggi Islam adalah buku-buku semacam Al- Ajrumiyyah dengan berbagai syarah1-nya, Alfiyah Ibnu Malik dengan berbagai syarahnya, dan Al-'Umrithiy. Sementara, buku-buku yang banyak menyinggung aspek historis seperti Sirru Shina'atil I'rab karya Ibnu Jinny, Al-Mazhar karya Jalaluddin Assuyuthi, dan Mizanudz Dzahab karya Ibnu Hisyam kurang populer. Bagi para linguis bahasa arab, atau pemerhati Ilmu Nahwu pada khususnya, pembelajaran nahwu dari perspektif sejarah merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan, karena dengan itu cakrawala mereka tentang dinamika Ilmu Nahwu menjadi lebih luas dan pada akhirnya dalam diri mereka akan tumbuh toleransi yang tinggi terhadap perbedaanperbedaan yang ada. Selain itu, karya-karya monumental para pakar Ilmu Nahwu sejak abad permulaan sampai pertengahan abad 20 M itu ada khazanah yang terlalu mahal untuk disia-siakan.Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-82475918613129289852011-01-05T09:29:00.000-08:002011-01-05T09:29:37.400-08:00TOKOH MADZHAB ANDALUSIA MODERN (HAL. 317-326)Madzhab Andalusia mulai memperhatikan ilmu nahwu pada abad ke-17. Di antara tokoh madzhab Andalusia modern, yaitu:<br />
1). Ibnu al-Hajj<br />
- Nama aslinya yaitu Abu al-Abas Ahmad bin Muhammad al-Azadi. <br />
- Wafat tahun 651 H <br />
- Masyhur dengan penjelasannya tentang buku karangan Imam Sibawaih dan kitab “Sir as-Sina’ah” karangan Ibnu Jinni dan masih banyak kitab-kitab yang lain. <br />
- Dia berpegangan pada pendapat Ibnu Mubarrad, bahwa “kaana” adalah huruf dan bukan sebagai fi’il (kata kerja). <br />
- Ia berpendapat bahwa “kaana” tidak menunjukkan pada pekerjaan, tapi termasuk isim dan khabarnya yang mempunyai faedah menunjukkan arti lampau pada khabar.<br />
- Isim isyarah tidak bisa menggantikan rabith untuk jumlah khabariah, kecuali apabila mubtada’nya berupa isim mausul atau mausuf. <br />
2). Ibnu ad-Dhoi’<br />
- Nama aslinya yaitu Abu Hasan Ali bin Muhammad al-Katami al-Ubadi<br />
- Wafat tahun 688 H <br />
- Pernah memberikan syarah (penjelasan) tentang buku karangan Imam Sibawaih, yang di kombinasikan dengan syarah Imam Syairofi dan Ibnu Kharuf. <br />
- Menyangkal pendapat Ibnu Ushfur, yang mengatakan bahwa lam mustaghats li ajlih, seperti dalam kalimat يا لزيد لعمرو terkait dengan fi’il yang dibuang, yang dikira-kirakan ادعوك لعمرو hingga huruf nida (يا) tidak terkait dengan fiil yang dibuang tersebut. Sedeng Ibnu ad-Dhoi’ sendiri berpendapat bahwa keduanya (huruf nida dan fi’il yang dibuang) tersebut mempunyai perbedaan makna.<br />
- Setuju dengan pendapat Suhaili tentang keharusan adanya pertentangan pada ma’thufnya لا, seperti kalimat جاءني رجل لا امرأة<br />
3). Ibnu Abi ar-Rabi’<br />
- Nama aslinya adalah Ubaidillah bin Ahmad al-Umawi al-Isybili<br />
- Wafat tahun 688 H <br />
- Memberikan syarah (penjelasan) tentang buku karangan Imam Sibawaih, Al-Farisi, dan az-Zujaji yang tersusun sampai 10 jilid. <br />
- Berpendapat bahwa apabila huruf ليت bertemu dengan sesuatu yang bisa masuk pada fi’il, seperti ليتما قام زيد dan seperti kalimat ليتما زيدا أكلمه (kata زيد dibaca nashab karena isytighal). Sedang mayoritas ahli nahwu berpendapat bahwa kata زيد adalah isim dari ليت<br />
- Mengatakan bahwa kata عيونا dalam kalimat وفجّرنا الارض عيونا adalah badal dari kata الأرض<br />
4). Qasim bin Ali<br />
- Murid dari Ibnu Ushfur<br />
- Berpendapat bahwa khobar itu bisa athaf pada insya’ begitupula sebaliknya. Ia berhujjah dengan firman Allah SWT : وبشر الذين آمنوا وعملوا الصالحات yang di athafkan pada kalimat فإن لم تفعلوا فاتقوا النار التى وقودها الناس والحجارة أعدت للكافرين <br />
5). Abu Ja’far<br />
- Nama aslinya lengkapnya yaitu Ahmad bin Ibrahim bin Zubair. <br />
- Wafat tahun 710 H .<br />
- Darinya lahir ahli nahwu terkemuka di Andalusia setelah Ibnu Malik, yaitu Abu Hayyan. <br />
6). Abu Hayyan <br />
- Nama aslinya adalah Atsir ad-Din bin Yusuf al-Gharnathi al-Andalusi<br />
- Wafat tahun 745 H <br />
- Dalam bidang nahwu, ia merupakan murid dari Abu Ja’far dan Ibnu ad-Dhoi’. <br />
- Ahli dalam ilmu tafsir, hadits, qira’at, dan sejarah. <br />
- Darinya lahir para ahli nahwu Mesir, seperti: Ibnu ‘Ufail dan Ibnu Ummu Qasim.<br />
- Mengatakan bahwa buku nahwu klasik terbaik adalah karangan Imam Sibawaih, buku kalangan modern terbaik adalah “Tashil” karangan Ibnu Malik, dan “Mumthi’” karangan Ibnu ‘Ushfur.<br />
- Mengarang buku-buku nahwu. Yang paling urgen yaitu “Al-Irtisyaf” sebanyak 6 jilid dan ringkasannya sebanyak 2 jilid. <br />
- Sebelumnya ia bermazhab dzahiri, kemudian berpindah ke madzhab Syafi’i. <br />
- Mendeskripsikan perbedaan para ahli nahwu tentang makna shorof, dan ia berkata bahwa hal tersebut merupakan perbedaan yang tiada gunanya. Ia juga mendeskripsikan analisa mereka pada ta’ yang dibaca dhommah, seperti kata: كلمت untuk mutakallim (orang yang berbicara), fathah untuk mukhattab (mitra bicara laki-laki), dan kasrah untuk mukhattabah (mitra bicara perempuan).<br />
- Memberikan komentar terhadap beberapa perbedaan 7 ahli nahwu pada fiil mudhori’ yang dibaca rafa’ dengan berkata : “Perbedaan ini sungguh tidak ada manfaatnya, Karena memang tidak ada penerapan yang muncul darinya”.<br />
- Mengatakan bahwa perbedaan yang terjadi antara ulama’ Basrah dan Kufah dalam permasalahan apakah fi’il atau masdar yang jadi asal dari isytiqaq. <br />
- Terhadap pendapat Ibnu Ushfur dan muridnya, Ibnu ad-Dho'i yang mengatakan bahwa kata كلّما dalam contoh kalimat: كلما استدعيتك فإن زرتني فعبدي حر dibaca rafa' sebab menjadi mubtada', sedang khobarnya berupa kalimat syarat dan jawabnya. Abu Hayyan menolak pendapat tersebut, dan mengatakan bahwa kata كلّما harus di baca nashab, seperti kalimat: كلّما أضاء لهم مشوا فيه <br />
- Tidak setuju dengan pendapat Ibnu al-Badisy yang membolehkan menjadikan fi'il sebagai mudzakar. Contoh: الهندان هما يفعلان<br />
- Menolak pendapat Ibnu Malik tentang fi'il madli terkadang menunjukkan waktu yang akan datang, di antaranya yaitu: setelah hamzah taswiyah, setelah adat takhsish, setelah kata كلّما , setelah kata حيث , setelah shilah, dan ketika fi'il madli tersebut menjadi mensifati isim nakiroh. <br />
- Ibnu Malik yang berpendapat bahwa huruf ba' terkadang bisa ditambahkan dengan hal, dengan berdasar pada ucapan salah satu pujangga:<br />
فما رجعت بخائبة ركاب ¤ حكيم بن المسيّب منتهاها<br />
Disangkal oleh Abu Hayyan juga dengan mengeluarkan 2 bait.<br />
- Pendapat Ibnu Malik bahwa dhomir yang kembali pada silah boleh dibuang dengan syarat terdapat huruf yang menyertainya, shilah tersebut diqiyaskan dengan jumlah khobariyah. Seperti pada kalimat: الذى سرت يوم الجمعة . Abu Hayyan berpendapat bahwa mengqiyaskan shilah dengan jumlah khobariyah itu tidak diperkenankan. Hal tersebut diperbolehkan apabila memang terdapat shima' dari orang asli Arab.<br />
- Tidak sepakat dengan pendapat Ibnu Malik yang mengatakan bahwa pada kalimat لم يك huruf nun yang dibuang di baca jazm dikarenakan untuk meringankan. Abu Hayyan berpendapat bahwa pembuangan huruf nun tersebut dikarenakan seringnya penggunaan, dengan alasan bahwa huruf nun itu serupa dengan huruf illat.<br />
- Ia berpendapat bahwa huruf lam pada kalimat ولقد علمتم الذين اعتدوا منكم فى السبت adalah lam ibtida' yang berfungsi sebagai arti taukid (penguatan), dan diperbolehkan sebelumnya terdapat qasam yang dikira-kirakan ataupun tidak ada. <br />
- Ia tidak sepakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa huruf ما yang nakiroh bisa disifati. Ia sendiri berpendapat bahwa huruf ما tersebut adalah zaidah (tambahan). Seperti dalam kalimat: مررت بما معجب لك<br />
- Terhadap perkataan sebagian orang Arab: ما أنت وزيدا dan كيف أنت وزيدا adalah mengira-ngirakan kata كان yang terbuang. Dengan kata lain yaitu: ما كنت وزيدا dan كيف تكون وزيدا . Al-Farisi dan para ahli nahwu yang lain berpendapat bahwa كان yang dikira-kirakan tersebut adalah taam (sempurna). Adapun Abu Hayyan berpendapat bahwa كان tersebut adalah naqish (yang butuh pada khobar). <br />
- Mayoritas ahli nahwu berpendapat bahwa nashab pada kalimat أنت الرجل أدبا dan أنت زهير شعرا dan kalimat lain yang serupa dengannya adalah hal. Abu Hayyan berpendapat bahwa itu adalah tamyiz.<br />
- Mayoritas ahli nahwu berpendapat bahwa kata نعم pada kalimat نعم هذه أطلاهم adalah untuk menjadikan mudzakar. Sedang Abu Hayyan berpendapat itu berfungsi untuk membenarkan apa yang jatuh setelah نعم dan didahulukan di depan kalimat.Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2125461891775775368.post-12135717318317914342011-01-04T10:13:00.000-08:002011-01-04T10:13:53.854-08:00Halo apa kabar indonesiaManusia hidup didunia dengan berbagai ras, suku dan beragaman...<br />
Ketahuilah itu manusia......<br />
Apakah engkau tetap bertempur...<br />
Tetep EGOIS dengan pendapatmu...<br />
COBA MARILAH KITA BERFIKIR DAN MERENUNG!!!!!!!Umar Ma'rufhttp://www.blogger.com/profile/08752919563870604083noreply@blogger.com0